Menunggu hal yang tak pasti, di tambah harapan tinggi, dikurangi kepercayaan diri, dibagi kekecewaan, dikali pengkhianatan, sama dengan membunuh masa depan.
Seblak_Rasa
_________________________Sebuah mobil Avanza berwarna hitam memasuki gerbang pondok di ikuti oleh nyanyian sholawat yang merdu beriringan dengan alat musik rebana.
Nampak beberapa santri wanita yang berebut untuk berdiri paling depan. Ada juga beberapa santriwati yang memegang spanduk bertuliskan "selamat datang kembali Gus Zaine".
Layaknya Dheesa yang mengidolakan artis kpop. Mereka juga sangat mengidolakan sosok Zaine.
Mobil tepat berhenti di depan pondok, terlihat kaki yang keluar dari dalam mobil tersebut.
Kini nampak seorang laki-laki dengan baju serba hitam berdiri di depan semua orang.
"Gus Zaine..!!!" para santriwati berteriak seolah ini adalah jumpa fans pertama mereka.
Lelaki dengan tubuh tinggi kekar, paras yang tampan dengan bulu halus di sekitar dagu menambah kesan gagah dan berwibawa.
Ya, dia adalah Zaine Dhibras Samad. Putra pertama dari kiyai Samad dan nyai Fatima. Lelaki berprestasi yang akan jadi penerus memimpin pondok pesantren As Samad.
"Assalamu'alaikum. Umi, Abi." senyuman tersungging di bibirnya.
Pelukan hangat dari kedua orangtua yang sangat menantikan kepulangan anaknya membuat suasana menjadi haru bercampur bahagia.
Fatima mencium kedua pipi anaknya "Alhamdulillah, akhirnya kamu pulang juga."
"Selamat datang kembali anakku." pa Yai menepuk punggung Zaine.
Lelaki itu kembali tersenyum "Terimakasih. Abi."
Wanita paruh baya segera menghampiri mereka "Ayo kita masuk, hidangan sudah di siapkan."
"Bi Ifa?"
"Iya, saya Gus." jawab Sarifa.
Zaine segera memeluk wanita itu.
"Bagaimana kabar bibi?"
Sarifa masih nampak kaget dan kebingungan "Alhamdulillah baik, Gus."
Mata lelaki itu menyapu sekelilingnya seakan mencari sesuatu yang sangat ingin ia lihat.
"Ayo kita masuk dulu, kamu pasti lelah." ajak Fatima.
Zaine pun mengikuti kedua orangtuanya di susul oleh Sarifa dan para santri yang kemudian membubarkan diri.
"Tambah ganteng saja ya." ucap salah seorang santriwati.
"Dia calon imam yang sempurna." timpal yang lainnya.
"Andai dia jadi jodohku." ujar santriwati yang masih memegangi spanduk di tangannya.
Teman di sebelahnya menyenggol bahu gadis itu "emangnya kamu siapa?"
"aku Aliyah." jawabnya santai.
Santriwati yang lain terkekeh dengan jawaban gadis dengan wajah polosnya itu.
________________________Dheesa terus berkali kali merapikan pakaian yang menutupi seluruh tubuhnya "Ribet banget sih." gerutunya.
Gadis itu memang tak terbiasa memakai baju gamis, ia lebih terbiasa memakai kaos oblong dengan celana jeans. Ya, ia berbeda dengan kebanyakan gadis di lingkungannya. Bahkan saat ibunya memerintahkan untuk sekolah di As Samad ia lebih memilih masuk sekolah negeri yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ramadheesa
Romans[ USAHAKAN FOLOW DULU SEBELUM BACA !! ] "Nikah sama gue ya?" "Gila lo!!" "Lagian kakak gue udah nikah kan? lo gak bakal bisa dapetin dia lagi." ujarnya tak mau menyerah. "Enggak." "Gue siap jadi pelampiasan lo." ia menyenggol lengan gadis di samping...