dua puluh delapan

11 1 0
                                    

Warning! Cerita ini mengandung kekerasan verbal dan nonverbal, sexual desire, dan Using dangerous weapons.

❗Only 18+ mohon baca sesuai usia ya, bijaklah dalam memilih bacaan.

"Gegabah akan memperburuk keadaan, bukannya itu yang selalu lo bilang?" Rhea juga mencoba memberi pengertian kepada Ola.

Rhea menatap mata Ola cukup lama, lama kelamaan hati Ola luluh juga, gadis itu lalu melepas kacamatanya dan mengucek matanya yang terasa kesat. "Oke, gue udah waras." Ucapnya sambil melekatkan kembali kacamatanya.

Semua temannya pun tersenyum, begitulah manusia jika berhadapan dengan masa lalu kelamnya, kadang akal sehat pun seketika tak berfungsi.

"Apa aja yang lo tau soal Jordan, la?" Shenna membuka cerita.

Ola menghembus napas berat, "gue udah cukup lama bekerjasama dengan dia, sejujurnya selama NauCops dan Jordan bekerjasama, pendapatan kita naik secara signifikan."

Semuanya mangut-mangut mendengar penjelasan dari Ola, "kayaknya dia cukup tenang dan gak banyak tingkah, berarti lo benci sama dia semenjak lo dijebak sama Adel waktu itu?" Tanya El kemudian.

"Ya, karena kejadian mengerikan itu gue sempat beradu mulut sama dia, gue juga sempat ngancam akan menggulingkan semua miliknya," Ola mendadak lesu, "ternyata gue dan Naufal yang digulingkannya." Tampak kesedihan dan kekecewaan terlukis diwajah Ola.

"Gausa sedih, ini waktunya lo balas dia." Celutuk El.

Rhea menambahkan, "perusahaannya sudah amat sangat meluas, kita berempat gak akan cukup untuk menjatuhkannya."

"Gue setuju, kita bakal mulai dari mana dulu El? Kita butuh bantuan tambahan." Shenna tampak setuju.

El lalu beranjak dan mengambil sebuah kertas didalam brangkas nya. Ia mengarahkan kertas itu ke hadapan teman-temannya.

Wajah Rhea, Ola, dan Shenna saling berdekatan. Mereka berusaha melihat isi dari kertas itu. "Open recruitment JoeJordan Cops?" Ola membaca judul dalam kertas tersebut.

"Lo dan gue bakal antar berkas kesana dan jadi pegawainya dalam waktu sebulan ini." El menunjuk Ola.

"Gue?" Ola menunjuk balik dirinya, "gue takut jadi siluman pas liat muka dia nanti." Ola lalu cemberut.

"Hmm, waktu yang pas untuk itu bakal ada kok, lo bebas acak-acak hidupnya, tapi sebelum itu lo harus berlagak lemah dan gak berdaya, perlahan-lahan lo tancapkan pedang dari balik punggungnya." El merasuk kedalam mata Ola.

Ola tampak kurang senang, "tapi gue gak yakin bisa, gue takut keulang lagi."

"Lo gak sendiri, kita bakal jadi rekan kerja di perusahaan orang, kita cuma mengais dikit-dikit tentang dia." El menepuk pundak Ola.

"Ayo Ola, gue yakin lo bisa!" Tegas Rhea mengepalkan tangannya sambil menyemangati Ola.

Shenna juga menambahkan, "Ini waktunya, gue yakin lo bisa."

Awalnya Ola termenung memikirkan banyak hal yang akan terjadi kedepan, setelah itu ia menatap satu persatu wajah temannya yang penuh dengan suka cita dan semangat. Melihat itu ia jadi merasa kuat, merasa ada tempat baginya untuk bisa berkeluh-kesah.

"Yaudah, ayo kita kesana hari ini juga!!" Teriak Ola.

"Wuhuuu! That's ma girl." Goda Shenna sambil memeluk Ola.

Ola tersenyum kecut, "Tolong jaga gue dari jauh ya, Shen, Re."

"Pasti sayang.. yaudah gue bakal siapin keperluan kalian ya." Rhea

R.O.S.ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang