Five

1K 81 16
                                    


Dering ponsel di atas meja mengalihkan fokus Hinata dari masakan di depannya, wanita itu mencuci tangan di wastafel dan bergegas untuk melihat siapa yang menghubunginya.

Di layar itu tertera nama salah satu dosennya. "Halo sensei, iya ada apa ?" Yang menelpon wanita itu ternyata adalah dosen pendamping dari kampus, Kurenai namanya, sudah di anggap oleh Hinata lebih dari sekedar dosen.

"Hinata, apa kau sudah tau kabar terbaru dari Frantzén, aku memasukan namamu dalam daftar seleksi penerimaan juru masak disana, dan kau terpilih untuk seleksi selanjutnya" Hinata terdiam mendengar kabar dari pembimbingnya itu, wanita itu menempuh pendidikan di bidang tata boga, dan itu sudah di lakukannya dari sekolah menengah sampai di perkuliahannya saat ini, Hinata senang memasak, orang tuanya dulu juga mendukung karirnya.

Tapi untuk sampai ke tahap meninggalkan Jepang dan harus ke Swedia dia jadi sedikit ragu, apa benar dia bisa dan pantas jika di terima disana ?

Tapi bukankah ini mimpinya dari dulu, bisa membanggakan orang tuanya menjadi juru masak di restoran ternama sekelas Frantzén.

Ada perasaan berat di hati Hinata sebenarnya. "Aku belum melihatnya sensei" respon wanita itu sedikit tidak bersemangat, berbeda sekali saat awal dia meminta pada Kurenai untuk mencarikan info mengenai pekerjaan yang pantas untuknya jika lulus nanti.

"Ada apa Hinata, kau terdengar seperti tidak berminat lagi ? Hinata, kesempatan seperti ini hanya akan datang sekali dalam seumur hidup, mereka tidak sering menerima juru masak dari negara lain" Kurenai coba memberikan semangat pada murid kebanggaannya itu, Hinata sangat berbakat dan bakat itu sayang sekali jika tidak di gunakan untuk kesempatan yang lebih besar dari sekedar hanya bekerja di restoran kecil di Jepang nanti.

Hinata menghela napas pelan, apa yang di katakan oleh dosennya itu adalah benar, ini mimpinya dari lama, dan dia tidak akan menyia-nyiakan begitu saja, "Baik sensei, aku akan lihat surel dari mereka untuk langkah selanjutnya. Nanti akan aku pelajari"

"Baiklah, sensei hanya bisa memberikan semangat Hinata, kau sangat berbakat, orang tuamu disana pasti akan bangga sekali jika kau bisa lolos dan bekerja disana"

"Terima kasih banyak sensei, terima kasih untuk bantuannya selama ini." Selain Naruto, Kurenai adalah orang yang turut andil dalam pendidikan wanita itu, wanita paruh baya itu selalu mendukungnya dan memberikan support seperti yang orang tuannya selalu lakukan dulu.

"Dua bulan lagi wisuda kelulusan akan diadakan, jika kau lulus dari seleksi akhir Frantzén, mungkin kau harus berangkat ke Swedia secepatnya setelah wisuda Hinata" lanjut Kurenai, dia hanya ingin memberikan gambaran pada Hinata, agar anak didiknya itu bisa mempersiapkan segalanya nanti.

Hinata juga tidak punya siapa-siapa lagi di Jepang saat ini, dan Kurenai pikir, wanita itu bisa meninggalkan Jepang untuk memulai karirnya di Swedia.

Tanpa Kurenai tahu, kalau wanita itu sudah menjual kediaman orang tuanya dan hidup dengan seorang pria selama ini.

"Baik sensei, terima kasih "

Panggilan itu berakhir dengan perasaan Hinata yang jadi tidak karuan, apa yang sebenarnya memberatkan langkahnya untuk meninggalkan Jepang, apa karena pria itu, Naruto ? Jujur Hinata tidak paham dengan perasaannya saat ini.

Di satu sisi, dia ingin sekali bekerja disana, dan di sisi lain, berat rasanya untuk meninggalkan Jepang. Semua kehidupannya ada disini, makam orang tuanya dan juga pria itu.

Walaupun saat ini mereka berada dalam hubungan yang tidak jelas, Hinata tetap meresa berat meninggalkan Naruto, pria yang telah membantunya selama ini.

Wanita itu kembali menaruh ponselnya di meja, masalah ini akan dia pikirkan nanti saja. Belum pasti juga dia lolos sampai ke seleksi tahap akhir.

Am I a Sex Slave ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang