BELVA mendesah kasar. Menyorot dalam-dalam seorang cowok yang turun dari motor bersama seorang cewek lain. Kedua tangannya terkepal kuat. Gemuruh dalam dadanya menaikkan emosi. Belva mengingat baik-baik wajah cewek itu.
"Lo ... dasar cewek ganjen," dia mendesis, "gak akan gue lepasin."
°°°
Antagonist
"Karena gak ada yang cinta lo sebesar cinta gue. Kenapa lo gak ngerti-ngerti?"
°°°
"Jauhin Kenzie, apa lo gak paham sama omongan gue?!" Belva berteriak di antara dinding-dinding koridor yang mendingin. Mendorong tubuh ringkih Anyara hingga si empunya tersungkur, Belva menginjak tangan cewek itu sambil mengusek-usekkannya.
Anyara menangis. "Belva, sakit."
"Makanya lo jauh-jauh dari Kenzie, Setan!" Belva makin menggila. Napasnya memburu, matanya memelototi Anyara bengis.
Kalau saja Anyara tidak menggoda Kenzie, kalau saja cewek sok lugu ini tidak sok-sok'an terluka saat Belva menghantamkan bola voli ke mukanya, Kenzie tidak akan memalingkan wajahnya dari Belva. Hanya dalam sekali kejadian, mereka kian dekat. Kenzie dan Anyara langsung membuat kehebihan seantero sekolah.
Ini tidak bisa dibiarkan.
Belva tidak mungkina diam saja. Karena Kenzie miliknya. Sejak dulu, mereka selalu bersama. Dan akan selalu begitu. Belva dan Kenzie ... bukan Anyara dan Kenzie.
"Va, mampusin aja, gih. Kurung di kamar mandi atau gudang gitu. Udah pada pulang semua anak-anak. Gak bakal ada yang bukain pintu buat dia." Fiara mengusulkan sembari memberi pandangan rendah pada Anyara. Cewek itu tersenyum lewat sudut bibir.
Belva mengerlingkan mata. Mulai terpikirkan akan rencana sang teman. Dia kembali menyorot Anyara dingin. Cewek itu menggelengkan kepala samar-samar. Bibirnya bergetar menggumamkan kata 'jangan'. Tapi, Belva tidak menghiraukan.
Mengangkat satu sudut bibir, sedikit memiringkan kepala dan menyedekapkan kedua tangan di depan dada, Belva berkata, "Boleh juga."
"Belva, please, jangan." Anyara memohon. Rambutnya bahkan sudah acak-acakan karena Belva jambak beberapa saat lalu. Dan seragamnya yang tidak kalah berantakan dengan kancing paling atas terbuka. Belva jadi semakin ingin menghancurkan cewek di bawahnya ini.
Ditariknya rambut Anyara, Belva menyeret paksa cewek itu dan mendorongnya masuk dalam kamar mandi. Tidak mau basa-basi lebih panjang. Belva segera menutup pintu. Menguncinya dua kali dan mencabut kuncinya, Belva melemparnya hingga masuk dalam kotak sampah tidak jauh dari tenpatnya.
"Berisik!"
"Belva! Bel, buka pintunya!" Anyara berteriak dari dalam. Terdengar suara gagang pintu yang diputar-putar berusaha dibuka. Belva menendang pintu kamar mandi itu. Membuat Anyara terjenggit kaget.
"Diem lo, Setan!" teriak Belva garang. "Gue gak bakal ngampunin siapa pun yang berani ngerebut Kenzie dari gue! Ini belum seberapa, jadi harusnya lo bersyukur!"
Belva mendesah kasar, berkacak pinggang lalu mendengus sebal. "Waktu gue jadi kebuang percuma gara-gara ngurusin hama sialan itu."
"Ngafe?" Fiara menawar, mengangkat sebelas alis sambil tersenyum. Belva menggeleng.
"Gue mau pulang." Dia menyumpal telunjuknya di kedua lubang telinga. Mengerlingkan mata ke arah kamar mandi sinis, berlalu setelah bergumam, "Berisik."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Antagonist [END]
Teen FictionBelvania benar-benar terkejut ketika seorang cewek bernama Raya datang, memintanya untuk berhenti mencintai Kenzie atau ia akan mati. Awalnya Belva tidak mau mengindahkan sama sekali. Karena mau seburuk apapun perlakuan Kenzie padanya, Belva tidak b...