Namanya Rakan

945 71 1
                                    

Keduanya sama-sama diam. Rakan yang malas bicara, serta Seline yang bergelut dengan pikirannya seperti benang kusut. Dia sudah berusaha mengusir pria misterius itu, sayangnya dirinya malah yang kena usir balik. Seline tak terima, ini rumahnya rumah orang tuanya.

Namun, dia masih berpikir dari mana datangnya pria tampan dengan perilaku minus itu. Jika bukan maling, lalu dari mana dia datang hingga tidur di kamarnya.

"Oke, rumah lo di mana?" Seline menatap pria misterius itu penuh harap. Siapa tau dia hanyalah seseorang yang nyasar, ya Seline hanya berpikir seperti itu.

"Amerika," balasnya tanpa beban.

"Yang bener elah!"

"Siapa nama lo!" Seline mendekati tubuhnya, berusaha mendengar dengan jelas.

"Rakan, Rakan Syakalano."

Seline terbengong, matanya membesar bahkan bibirnya terbuka lebar. Yang parahnya lagi Seline sampai terjungkal dari kursi yang dia duduk, dan pria yang mengaku sebagai Rakan itu tampak tak peduli sedikit pun.

"Gimana bisa?" Seline bangkit, tetapi masih belum pulih dari keterkejutannya.

"Apanya yang bisa?" tanya Rakan curiga.

"Lo beneran Rakan, atau emang kebetulan aja?" Rakan mengedikkan bahu sebagai jawaban.

"Lo Rakan anaknya Mami Jena? Lo kenal Seno sama Lala?" Kali ini tampak kecurigaan dalam diri Rakan setelah Seline menanyakan semua itu.

Seline tersentak kaget saat Rakan mendekat lalu mencengkeram kerah bajunya, mata pria itu terlihat menyeramkan membuat Seline berusaha kabur, sayangnya semuanya tak berhasil.

"Gimana lo bisa tau?" Rakan bertanya dengan suara serak. Seakan menggambarkan bagaimana kepribadian kerasnya.

Seline terbungkam, sepertinya memang benar dugaannya. Jika Rakan yang berada di depannya ini adalah seseorang dari dunia yang berbeda dengannya.

"Jawab!" Rakan menggoncangkan tubuh Seline dengan keras.

Seline memejamkan matanya, merasa gemetar menghadapi situasi yang benar-benar tak pernah dia alami. Yang lebih parahnya dia sendiri tau bagaimana kepribadian pria di depannya ini.

"Jawab, atau lo gue bunuh!" ancam Rakan.

"Lo tokoh dalam novel," balas Seline terbata. Dia yakin Rakan semakin marah mendengar semua ini.

"Anjing lo!" Tanpa perasaan tubuh kecil Seline dia hempaskan ke lantai begitu saja, hingga membuat Seline terjatuh cukup keras di sana.

"Siapa penulis novel itu?" Rakan kembali mendekat, menatap Seline penuh ancaman.

Seline berusaha mengedarkan tatapannya, sungguh terlalu berbahaya berlama-lama dengan tokoh antagonis buatannya. Ya, Rakan adalah tokoh antagonis, yang sengaja dia buat untuk pemanis ceritanya. Namun, siapa sangka situasi aneh semacam ini terjadi di dunia nyata.

"Gu—e," balas Seline gugup. Rasanya tenggorokannya benar-benar kering.

"Anjing lo!" Seline menutup matanya erat-erat saat Rakan mengangkat kakinya. Namun, Seline tak merasa apa pun, hingga akhirnya kembali membuka mata.

"Kenapa gue ada di sini? Ini pasti ulah lo!" Seline menggeleng membantah.

"Gue beneran enggak tau, sumpah!" Rakan berdecak sinis dengan jawabaj Seline.

Seline langsung bangkit, menjauh dari Rakan. Dia ingin menangis rasanya karena apa yang terjadi. Jika dia tau akan seperti ini, mungkin dia tak akan pernah menciptakam tokoh antagonis bernama Rakan.

Sekarang parahnya lagi dia tidak tau bagaimana caranya Rakan untuk kembali ke dunianya. Jika mengusirnya pun itu bukan pilihan yang tepat, karena tak mungkin dia tega membuat Rakan menjadi gembel di jalan.

"Jadi sekarang gue gimana?" Rakan bersedekap dada menunggu keputusan Seline.

"Gimana cara gue pulang?" Lanjutnya.

"Jujur, gue enggak tau," balas Seline takut-takut.

"Aish!" Seline menggigit bibir dalamnya gugup. Sepertinya singa besar ini susah untuk dijinakkan.

"Jadi gue tinggal di sini, rumah kecil gini!" Seline melotot tak terima.

"Awas lo!" Seline merentangkan tubuhnya melarang Rakan.

"Itu ruangan bokap gue, enggak boleh ke sana." Rakan memutar bola matanya malas.

"Trus gue tidur di mana, sialan!" Seline menghela napas kasar, tampak berpikir sejenak.

"Sementara lo boleh tidur di kamar tamu, tapi setelah orang tua gue pulang gue bakal pikirin lagi." Seline berusaha menutupi kegugupannya, bagaimana tidak seumur hidup dia tak pernah menyembunyikan pria di rumah.

Untung saja semua pembantu di rumahnya sengaja diliburkan karena Seline yang memintanya, untuk orang tua keduanya memang sedang berada di luar negeri untuk beberapa hari ke depan.

"Oke, tunjukin kamarnya."

"Eits!" Seline menghentikan tubuhnya mendadak saat Rakan membalikkan tubuh.

"Jangan kira lo lolos, semua ini salah lo. Terus gimana bisa gue malah jadi karakter fiksi buatan, bukannya manusia!" Seline meringis dan mengangguk.

Dia juga heran, masih tak percaya dengan apa yang terjadi. Lagi pula semua ini di luar kendalinya.

"Iya," balas Seline.

Sepertinya Seline harus menurut sementara, untuk nanti lebih memastikan bagaimana bisa Rakan sampai ke dunianya. Alih-alih menjadi tokoh antagonis yang telah dia persiapkan.

Terimakasih yang sudah mampir

Jangan lupa vote dan komen!

I Love You, Tuan AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang