Bab 23

53.1K 4K 82
                                    

Vote, sebelum baca!!!
Tandain typo..

Happy Reading
.
.
.

Selama perjalanan pulang menuju mansion, Jeanna terus termenung setelah mendengarkan ucapan Olivia yang mengaku sebagai ibu mertuanya. Jeanna bingung, bingung menentukan langkah apa yang harus dia ambil selanjutnya. Di satu sisi, Jeanna ingin tetap berpegang teguh pada prinsipnya. Namun disisi lain, dia menginginkan kebahagiaan untuk calon kedua anaknya yang masih dalam kandungan.

Jeanna dan Olivia kini berada di taman rumah sakit setelah pemeriksaan pada kandungan Jeanna.

Olivia menggenggam tangan menantunya dengan erat.

"Jeanna, maafkanlah semua kesalahan suamimu. Mommy sudah tahu semua yang terjadi di antara kalian berdua. Mommy tahu, anak mommy salah karena memaksakan semua keinginannya hanya untuk mempertahankanmu di sisinya. Tapi Jeanna, pernikahan bukanlah suatu hal yang dapat disepelekan. Kalian telah mengikrarkan janji suci di hadapan tuhan meskipun kau tidak mengingat akan hal itu, namun calon anak kalian membutuhkan sosok orang tua yang lengkap. Kau mungkin berpikir dapat memberikan kebahagiaan kepada calon anak kalian melalui materi, namun kasih sayang orang tua bukan hanya tentang materi, mereka berhak menerima kasih sayang dari kedua orang tuanya secara utuh. Cobalah untuk membuka hati, menerima Luxio dan pernikahan kalian, perbaikilah hubungan kalian yang telah rusak, berbagilah suka duka dengannya, mommy percaya kau nantinya akan menjadi sosok istri dan ibu yang baik untuknya dan calon anak-anak kalian."

Hati Jeanna terasa sakit setelah mendengarkan penuturan dari ibu mertuanya. Beliau benar, anaknya kelak juga akan membutuhkan sosok seorang ayah yang akan menjadi panutannya, super heronya. Jeanna sadar bahwa dia terlalu sombong karena mampu menafkahi kedua calon anaknya dan melimpahi mereka dengan kasih sayang seorang diri tanpa memikirkan bahwa materi dan kasih sayang seorang ibu tunggal tidak cukup untuk kedua calon anaknya.

Olivia memeluk menantunya ketika isak tangis mulai terdengar. Olivia tahu, menantunya masih belum bisa menerima kehadiran putranya yang tiba-tiba hadir dalam kehidupannya. Apalagi setelah Luxio bersikap kasar terhadap istrinya.

"Maafkan saya mom, saya tidak pernah berpikir jauh ke depan dan membuat kalian semua kecewa," isaknya lirih.

"Sayang, dengar!" Olivia memegang pundak menantunya agar menatap ke arahnya.

"Kau sekarang sudah menjadi seorang istri, tempatmu berbagi adalah dengan suamimu. Masalah apapun yang terjadi dalam rumah tangga kalian, setidaknya hadapilah dengan kepala dingin. Mommy percaya, kalian bisa menjalani kehidupan pernikahan ini dengan baik."

Jeanna mengangguk kemudian menyeka air mata yang terus membasahi pipinya. Mungkin dia memang harus mengalah dan mengesampingkan egonya demi masa depan calon anak-anaknya.

Olivia kembali memeluk menantunya dan memberikan beberapa petuah mengenai rumah tangga.

"Kami akan selalu menunggu, kapanpun itu. Rumah kami terbuka untukmu sayang. Sudah, jangan menangis lagi, mommy hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kebahagiaan kalian. Jaga kesehatan ya sayang, jaga cucu mommy dengan baik."

Jeanna memeluk ibu mertuanya dengan erat, dia cukup berterima kasih karena memiliki ibu mertua yang begitu pengertian kepadanya.

"Terima kasih mom, Jeanna pamit pulang."

"Iya, hati-hati di jalan, sayang."

Olivia menatap kepergian menantunya yang mulai menjauh dengan sedih. Dia berharap dengan berbicara dari hati ke hati dengan Jeanna, bisa sedikit meringankan beban yang dipikul oleh putra bungsunya.

Become A Mother My Son [RE-UPLOAD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang