It's not over until it's over
...
"Jangan berantem sama ayah. Kalo lo udah kayak gini, yang lain gabisa apa-apa,"
Kalimatnya mambuatku tertegun. Apa maksudnya?
Kami sama-sama bergeming. Aku tidak tau apa yang dimaksud Bang Sungchan, dan kakakku yang satu ini tetap tidak melanjutkan kalimatnya barusan. Dia dengan hati-hati membersihkan luka kecil yang ada di telapak tanganku dan sudut bibirku –yang tidak kuketahui.
"Maksud lo apaan?" tanyaku.
Dia menghela nafas.
"Lo tau kan gua sering ngelawan ayah?" aku mengiyakannya tanpa perlu menjawab. "Karena gua ngelawan, ayah gasuka. Tapi gapapa karena gua bisa ngelawan balik serangan ayah. Tapi kalo lo yang mulai pertengkaran duluan sama ayah, apalagi sampe luka begini," katanya sambil menjuk sudut bibirku yang sobek. "Ayah pasti gabakal ngebolehin yang lain ikut campur," suaranya memelan. "Bang Doyoung, Bang Taeyong, Bang Kun, Haechan, Jaemin, gua, semua bakal Cuma bisa ngeliatin lo dimarahin," dia memalingkan wajahnya, menatap gemintang diatas sana.
"Gua bisa ngelawan," kataku cuek.
"Iya, terus lo ditamparin lagi, yang lain Cuma bisa ngeliatin lo sambil duduk, gitu?" nada suaranya mengeras. "Enga, enga lagi," dia menggeleng perlahan. "Joo, gua dah sering di tonjikin sama ayah dan gua gamau lo juga kena,"
"Makanya lo punya kotak P3K disini?" tanyaku mengalihkan topic.
Dia masih melamun –tidak membalas pertanyaanku. Aku tidak tau mereka bisa berpikir begitu. Kukira mereka masa bodoh denganku.
Kembali hening.
Kami sama-sama menatap bintang yang bertaburan diatas sana. Seperti kunang-kunang yang takkan pernah bisa digapai. Suasana di rooftop sangat menyenangkan. Tidak heran Bang Sungchan menjadikan tempat ini miliknya.
"Bang," aku memecah keheningan. "Lo pernah liat merak gak disini?"
"Merak apaan?" tanyanya mengernyit.
"Merak..." akupun bingung menjelaskan.
"Kalo lukisan, kantor ayah banyak," jawabnya sambil beranjak dari tempat duduk dan berjalan kearah pintu.
"Masuk joo! Dingin," setelah ia mengatakan itu, aku merasakan ujung hidungku baru terasa kebas karena udara dingin yang menerpa sejak aku berada di rooftop. Aku mengikuti langkahnya untuk masuk kembali ke dalam rumah.
"Banyak? Bukannya Cuma satu?" Tanyaku lagi.
"Gua sering bolak-balik kantor ayah," ia terus melangkah tanpa menoleh –menuju kamarnya.
Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti. Aku memiringkan kepalaku, menunggu apa yang hendak ia katakan.
"Kalo lo nyari kursi kosong-," suaranya lirih, namun cukup terdengar dari jarakku yang ada di belakangnya. "Ada di bawah," kalimatnya selesai dan dia kembali melangkah tanpa berbalik. Aku cukup mendengar kalimat terakhirnya, dan ia berhasil membuatku terdiam sekali lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUZZLE PIECE | NCT 2020
Fanfic"It's not your fault, it will never be your fault," -ljm. Start : January 18th, 2022 Finish : July 27th, 2023