Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ricky terkejut saat tiba-tiba Wonyoung mendatanginya yang tengah bersama Jeonghyeon dan menggeretnya pulang tanpa mengatakan apapun.
Bukan pulang ke asrama, tapi pulang ke rumah Gyuvin. Dimana disana sudah ramai banyak orang.
Selama dijalan pun, Wonyoung sama sekali tak berkata apapun. Raut wajahnya pun sulit di terka. Membuat Ricky kebingungan sendiri tentang sikap sahabatnya itu.
"Wonyoung, ini ada apa?" tanya Rucjy begitu sudah sampai di latar rumah milik Gyuvin.
Wonyoung tampak menghela nafasnya dengan kasar. Mengusak wajahnya lalu tiba-tiba memeluk erat Ricky dan mulai terisak.
"Won——"
"Gyuvin udah gak ada, Ky."
Ricky mengernyit tak paham. "Maksud kamu apa? Gyuvin kemana?" tanyanya.
"D-dia udah meninggal, Ricky."
Detik itu Ricky melepas paksa pelukan Wonyoung dan berlari memasuki rumah Gyuvin. Diruang tengah, Ricky bisa melihat dengan jelas Gyuvin yang baru saja selesai dibenahi dan dibajui dengan setelan kemeja serta jas berwarna hitam. Gyuvin-nya terlihat sangat tampan dengan pakaian itu. Namun ia air matanya langsung meluruh begitu melihat Gyuvin-nya di masukkan ke dalam sebuah peti mati.
Suara tangis Mama dan Adik perempuan Gyuvin mendominasi ruangan yang tak luas itu. Membuat dada Ricky semakin sesak dan sakit.
Ia mendekat kearah Mama Gyuvin.
"Ma..." panggilnya.
"Ricky," Mama Gyuvin memeluk Ricky dengan erat. Mengusap rambutnya dengan lembut dan membisikkan kata menenangkan.
Ricky tertawa dalam hati. Mama Gyuvin mencoba terlihat kuat seakan melupakan bahwa tadi sempat menangisi kepergian putranya.
"Gyuvin sudah pergi, nak."
Tangis Ricky semakin pecah. Ia menoleh kearah peti mati yang berisikan Gyuvin di dalamnya. Dengan wajah pucat penuh luka dan tanpa ekspresi membuat Ricky sadar.
Ia ditinggal sendirian.
Luka disekujur tubuh Gyuvin memang tak terlihat. Menyisahkan luka pada area wajah dan sekitar yang membuat siapapun melihatnya meringis ngilu. Gyuvin benar-benar pergi dengan cara yang mengenaskan. Ricky merutuki diri sendiri dan menyalahkan dirinya atas kepergian Gyuvin.
Jika bukan karena diamuk masa dengan luka seperti ini, lantas Gyuvin mati karena apa? Tdiak ada jawaban lain selain alasan diatas.
"Gyuvin, semoga kamu mendapat tempat yang terbaik. Tunggu aku,"
Ricky berjalan mendekat pada Gyuvin. Mengelus surai hitam pujaannya yang tersisir rapi dan memasang senyum terbaik. Ia harus melepas Gyuvin-nya dengan tenang agar Gyuvin juga merasa damai dalam tidurnya.
