Namanya keajaiban kan?
🍂
"Hentikan Jisung!"
"Sebentar saja, Chenle. Gapapa kan?"
"Jangan!" perintah Chenle tetapi Jisung tetap abai.
"Aish, sudah kubilang jangan menyentuhku dengan tangan dinginmu" larang Chenle ketika menahan tangan Jisung yang kembali mendekat ke arah pipinya.
Wajah Jisung memelas, "Tapi suhu tubuhku kan memang dingin. Hangatkan dong!"
Jisung kembali berusaha untuk menyentuh pipi Chenle yang terasa hangat dan juga lembut.
Tanpa mereka sadari, interaksi mereka berdua membuat sedikit perhatian dari teman kelas mereka.
"Mereka selalu akrab ya" ujar salah satu siswi yang sedari tadi memperhatikan tingkah mereka.
"Mereka pacaran?" Tanya teman sebangkunya yang ikut memperhatikan.
"Sayangnya enggak. Mereka tetangga dan berteman sejak kecil"
Jisung memandang Chenle yang tengah pasrah pipinya menjadi sasarannya sebagai penghangat tangan Jisung. Sedangkan Chenle terlihat fokus dengan komik yang ia baca, mengabaikan tatapan Jisung karena sudah terbiasa.
"Nanti pulang bareng ya"
"Yak! Kamu gak bilang gitu pun kita tetap pulang bareng" sungut Chenle kesal. Padahal mereka kan memang sering pulang bareng sedari kecil, kecuali jika Chenle ada eskul. Itupun terkadang Jisung mau menunggunya.
"Kamu ga ada eskul kan hari ini?"
"Ga ada" jawab Chenle seadanya.
*
*Jisung menunggu Chenle yang sedang merapikan alat tulis milik lelaki itu. Bel pulang sudah berbunyi 10 menit yang lalu, dan juga hanya ada beberapa orang yang dikelas termasuk Jisung dan Chenle.
Chenle sedikit telat tadi saat mencatat pelajaran Bahasa Inggris, pelajaran terakhir mereka.
"Itu pulpen mu ketinggalan" Jisung menunjuk ke arah laci meja milik Chenle menggunakan dagunya. Chenle dengan sigap mengambilnya dan menaruh di kotak pensil.
"Sudah?"
Chenle memperhatikan sekitar mejanya, takut ada yang tertinggal. Setelah memastikan tak ada satu pun yang tertinggal, Chenle mengiyakan pertanyaan Jisung tadi.
Mereka berjalan beriringan disepanjang koridor sekolah untuk menuju gerbang sekolah. Terkadang masih ada beberapa murid yang masih ada disekolah karena sesuatu yang lain atau tugas piket.
"Dinginnn" Jisung mengeratkan jaketnya.
"Aku lupa bawa sarung tangan, boleh aku pegang tanganmu?"
"Eh? Yasudah apa boleh buat" ujar Chenle mengiyakan.
"Sejak kecil Chenle suhu tubuhnya hangat"
"Soalnya Jisung suhu tubuhnya rendah sih" ledek Chenle membuat Jisung terkekeh.
"Nanti mampir minimarket dulu ya Ji" pinta Chenle diangguki Jisung.
Sejak kecil mereka tumbuh bersama-sama dan sudah biasa bersama-sama. Chenle menyukai Jisung.
Mungkin karena itu Chenle dimanjakan oleh hubungan mereka yang membuat Chenle nyaman.
Perasaan dari sekedar teman ini, tidak pernah Chenle nyatakan. Ia takut Jisung hanya ada perasaan sebagai teman dan mereka menjadi asing.
"Maaf aku lama" ujar Chenle yang baru keluar dari minimarket.
"Gapapa" sahut Jisung.
"Eh?" Langkah Chenle mendekati Jisung terhenti. "Siapa anak laki-laki itu?"
Jisung menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat anak laki-laki yang Chenle maksud, tapi nihil tidak ada siapa-siapa disekitar mereka.
"Anak laki-laki mana?"
Chenle mengernyit heran, "Apa maksudmu yang mana? itu yang disebelahmu" ditunjuknya tepat dimana anak laki-laki yang ia lihat itu berada.
Jisung langsung melihat kesamping, "Hah?! Gak ada kok"
"Kamu baik-baik saja?" Tanya Jisung lembut.
"Justru aku yang harusnya nanya begitu!" Sungut Chenle.
"Anu... kamu tidak bercanda kan Le?
"Eh... iya"
Jangan-jangan anak ini hanya bisa dilihat olehku? batin Chenle.
Jisung dan Chenle saling tatap-tatapan sebelum mereka lari terbirit-birit dan berteriak hantu.
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel Sky || Sungle
Short Storyin each destiny, is there a miracle? 🐹🐬 BxB! [Remake]