A Destiny

57 14 0
                                    

Suasana hening menyelimuti mereka sejak tadi. Chenle yang masih menenangkan diri dan Jisung membantu menenangkan Chenle.

Bel masuk sudah berbunyi dua puluh menit yang lalu, tetapi mereka enggan beranjak. Jisung tidak masalah jika harus membolos pelajaran di jam pertama, sekarang Chenle lebih penting baginya.

Setelah puas memeluk Jisung, Chenle sedikit melonggarkan pelukan dan menatap Jisung yang juga menatapnya.

"Jisung, aku akan meminta sesuatu yang aneh"

"Chenle—"

"Tapi dengarkan saja dan jangan tanya apa-apa ya" potong Chenle cepat membuat Jisung tidak jadi melanjutkan ucapannya.

"Mulai sekarang, jangan pergi keluar tanpa aku. Aku belum bisa mengatakan alasannya, pokoknya jangan berpisah dariku"

"Kumohon!"

Jisung bingung mengapa Chenle meminta begitu, tapi melihat matanya yang berbinar dan ucapan yang serius membuat Jisung tidak ingin menanyakan alasannya. Mungkin suatu saat Chenle akan mengatakannya.

Dengan pandangan yang lembut menatap Chenle, "Baiklah, aku mengerti" Jisung tersenyum teduh.

"Kamu gak mungkin mengatakan hal seperti itu tanpa alasan. Kalau sudah mengatakan sesuatu, kamu juga keras kepala, tapi nanti kamu akan katakan alasannya kan?"

"Iya, aku pasti akan memberitahumu Ji" Jawaban Chenle membuat Jisung semakin melebarkan senyumannya.

Aku tidak akan membiarkan Jisung meninggal. Aku akan melindunginya.

*
*

"Percuma saja, karena hal itu sudah diputuskan"

"Kamu malaikat kan? Kalau begitu, tolonglah Jisung" Chenle mengepalkan tangannya, berusaha untuk tidak gemetar, "Jisung—"

Chenle menghentikan ucapannya karena melihat malaikat tersebut menatap berbinar ke arah kimbab buatannya yang tersaji di meja.

"Kenapa? Kamu mau?" tawar Chenle dan malaikat itu menganggukan kepalanya.

Chenle terkekeh saat melihat malaikat itu menyantap kimbab buatannya, "Pftt, malaikat makan nasi... apa yang aku lakukan sih? Tapi dia seperti anak kecil" gumam Chenle.

Hening. Tidak ada yang bicara karena Chenle sibuk memperhatikan malaikat yang sedang makan, sedangkan malaikat tersebut sibuk menikmati kimbab lezat buatan Chenle.

Malaikat itu berhenti menguyah, "Soal tadi itu... tugas malaikat adalah menjemput"

"Sayangnya dewa dan malaikat dalam hal ini tidak akan membantu manusia"

Mendengar hal itu, Chenle tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Dirinya sadar bahwa kematian tidak bisa dihindarkan atau pun ditunda.

Karena kematian adalah takdir.

Bukannya Chenle tidak ingin menerima takdir itu, hanya saja Chenle belum sanggup berpisah untuk waktu yang lama bersama Jisung. Dia masih ada keinginan melakukan sesuatu bersama Jisung dan juga ingin menyatakan cintanya.

Masih banyak keinginan bersama Jisung yang belum terwujud.

🍂

Jisung memperhatikan Chenle pagi ini yang tampak begitu lesu, tidak seperti pagi biasanya yang terlihat semangat.

Jisung khawatir jika Chenle sakit.

"Ada apa? Kamu kok lemas?"

"Eh itu..." Chenle tengah memikirkan alasan yang tepat untuk berbohong. "Dari pagi... aku diare hehehe"

"Kamu ini... memangnya gak ada cara lain untuk mengatakannya?"

Chenle mengabaikan pertanyaan Jisung. Dia lebih fokus kepada bola baseball yang mengarah ke Jisung.

"Jisung awas!" Dengan sigap Chenle mendorong Jisung ke depan.

PRAAANG

Suara pecahan kaca yang begitu menggema di koridor, membuat murid lain berdatangan ke asal suara tersebut.

"Ada apa?" tanya salah satu siswa.

"Kaca jendela pecah kena bola baseball"

"C-Chenle...?"

Jisung tampak shock melihat Chenle yang terjatuh dan melihat pipi kanan Chenle terluka terkena goresan kaca.

Disekitar tubuh Chenle banyak sekali pecahan kaca yang mengelilinginya, Chenle merasakan begitu pusing akibat bola baseball mengenai kepalanya. Sebelum hilang kesadaran, Chenle sempat menyebutkan nama Jisung, memastikan lelaki itu aman.

tbc.

tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Angel Sky || SungleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang