Jisung masih asik menonton film yang direkomendasiin Chenle. Ah ngomong-ngomong soal Chenle tumben anak itu tak ada suaranya.
Menolehkan kepalanya kesamping, Jisung melihat Chenle tengah tertidur pulas. "Kok tidur di tengah-tengah film? Yah, sudahlah" gumam Jisung.
"Aku akan mengingkari janjiku sedikit. Maaf ya" ucap Jisung, ia sempat mencuri kecupan dikening Chenle sebelum keluar dari kamar.
Laki-laki jangkung itu mengambil mantelnya. Dia akan keluar sebentar, berharap Chenle masih lama tidurnya.
*
*"Aku ingin memberinya cincin sebagai kenang-kenangan hubungan kami" gumam Jisung sembari memegang kotak cincin dengat erat.
"Tapi belakangan ini dia kelihatan lesu. Mudah-mudahan dia senang. Aku akan cepat pulang" Jisung melangkah kan kakinya sedikit cepat agar segera sampai ke rumahnya.
Tetapi saat melewati gedung yang sedang dibangun, tiba-tiba besi konstruksi jatuh tepat di atas Jisung.
"HEY AWAS!" Jisung menoleh ke sumber suara, lalu melihat orang itu menatap ke atasnya dengan badan yang gemetar membuat Jisung ikut menatap ke atas.
Kejadian yang begitu cepat sulit Jisung hindari. Orang-orang datang menghampiri Jisung yang sudah tak berdaya. Yang jisung ingat saat ini adalah dia harus bertemu dengan Chenle, kekasihnya.
🍂
Chenle terbangun karena merasakan tidak ada Jisung disampingnya, televisi yang menayangkan film yang dia tonton pun mati.
Setelah mengumpulkan kesadaranya, Chenle menyari Jisung di dapur, tetapi tidak ada.
"Jisung?"
"Kamu dimana?"
Hp milik Chenle berdering cukup nyaring, dengan segera pemiliknya menghampiri. Ternyata ada telepon masuk dari bibinya Jisung.
"Chenle, cepatlah ke rumah sakit, Jisung ada disini!" Sambungan telepon langsung di putus sepihak.
Chenle segera mengambil mantel miliknya dan keluar dari rumah Jisung. Tak lupa ia mengunci rumah milik pacarnya.
Di sepanjang koridor rumah sakit, Chenle berlari menghampiri resepsionis, menanyakan dimana kamar Jisung dirawat. Setelah diberi tahu, Chenle langsung segera kesana.
Dia melihat bibi Jisung sedang berdiri di depan pintu UGD. "Bibi! Jisung mana?"
"Sedang dioperasi. Besi konstruksi tiba-tiba jatuh..." Jelas sang wanita paruh baya dengan menangis, "Bagaimana ini Chenle? Anak itu mungkin gak akan bisa bertahan"
Chenle mematung.
"Aku datang untuk menjemput Jisung"
Chenle segera pergi, tidak memperdulikan bibi Jisung yang memanggil.
Chenle berlarian di sepanjang koridor, berharap menemukan malaikat itu. "Hei, kamu ada disini kan?"
"Kamu dimana? Keluarlah!"
BRAAAK!
Chenle membuka pintu rooftop dengan kasar. Berharap malaikat itu ada di rooftop rumah sakit. Dan untung saja harapannya terkabul, malaikat itu tengah santai menikmati angin yang menerpa rambutnya dengan pemandangan langit biru yang tampak cerah hari ini.
"Kumohon jangan bawa Jisung!" Chenle mendekat ke arah malaikat, "Kumohon hentikanlah!"
Memori perkataan Jisung teringat jelas di pikirannya.
"Aku akan menikahimu"
"Aku bahagia"
Enggak! Jangan Jisung!
"Kita selamanya akan bersama"
Chenle kembali memohon, "Kumohon hentikanlah. Tolonglah..." lirih Chenle.
Air matanya tak bisa dibendung lagi, Chenle menangis sejadi-jadinya. Ia jatuh terduduk, tak kuasa berdiri lebih lama lagi.
Walaupun kubilang akan melindungi Jisung, aku gak punya kekuatan apapun. Aku hanya bisa berdoa.
"Ngomong-ngomong, aku belum mengucapkan terimakasih atas kimbab pemberianmu"
Chenle mendongak, "Apa yang kamu bicarakan disaat seperti ini?!"
Malaikat itu mengabaikan bentakan Chenle. "Tugas malaikat adalah membawa manusia. Tapi... berterimakasih atas sesuatu yang diberikan manusia juga adalah tugas malaikat"
Malaikat itu tersenyum riang.
"Mungkin kamu bisa melihatku karena perasaanmu yang sangat kuat terhadap Jisung"
Anak laki-laki yang disebut malaikat itu mengepakkan sayap indahnya yang berkilauan dengan terang, membuat Chenle harus menyipitkan matanya.
Ia bisa merasakan angin dari kepakan sayap malaikat itu. Kemudian cahaya yang terang mulai redup, bergantikan dengan bulu-bulu sayap yang berasal dari malaikat itu berjatuhan dimana-mana.
"Kamu pergi kemana?"
🍂
Sejak hari itu, malaikat tersebut menghilang. Kemudian Jisung...
"Chenle!"
Jiwanya selamat dan dia pulih dengan ajaib.
"Jisung, banyak yang ingin kubicarakan. Kamu mau mendengarkannya?" Jisung mengangguk antusias sambil mengeratkan genggaman tangan mereka.
"Ini cerita tentang malaikat" Chenle tersenyum manis, "Yang memberi keajaiban"
End.
Thank you yg udh mau baca cerita hasil remake ini sampai abis maaf juga kalo ada typo hehehe, makasih juga atas dukungannyaa^3^
see youu...!
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel Sky || Sungle
Short Storyin each destiny, is there a miracle? 🐹🐬 BxB! [Remake]