"Jadi, kamu betulan menikah po?" Masu melempar kulit kuaci yang barusan di makan nya, menatap Apo dari atas dahan pohon mangga tempat dia nangkring tadi.
Itu adalah malam h-3 sebelum pernikahan Apo. Iya, betul. Malam-malam si Masu itu datang bertamu membawa sebungkus kuaci dan enggan duduk di ruang tamu, malah nangkring di pohon mangga depan rumah. Sedangkan Apo yang duduk di kursi rotan teras, menarik napas nya panjang menanggapi pertanyaan Masu.
"Aku sudah prewed dan fitting baju pengantin begini, masih kamu tanya betulan atau tidak?" Alih-alih menjawab Apo malah membalikan pertanyaan.
"Ya siapa tau aja prank, gitu lho. seperti yang di sosmed-sosmed!" Masu melempar kulit kuaci dan mengenai betis teman nya, membuat Apo mendelik karena kulit kuaci itu berlumur liur, ew menjijikan.
"Kepalamu, prank!" Apo mendengus sebal. "Tapi dia kayaknya punya pacar, lho. Kasian." Apo melanjutkan ucapan nya.
Ingatan pemuda manis itu kembali pada kejadian tadi siang. Jadi besoknya setelah lamaran kemarin lusa, Apo langsung diboyong serta ke Jakarta bersama keluarga Mile, untuk persiapan pernikahan yang serba mendadak.
Meskipun disiapkan lima hari menjelang acara, tapi semua bisa diatasi asalkan budget nya aman. Memang betul orang bilang, 'ada uang, semua beres'. Begitupun dengan persiapan pernikahan Mile dan Apo. Berhubung Mile adalah anak tunggal, orang tua nya memohon agar pesta resepsi diadakan di kediaman pihak mereka, hitung-hitung hajatan pertama dan terakhir. Orang tua Apo setuju saja, toh mereka juga merasa tidak sanggup menyiapkan pernikahan dalam waktu lima hari, terlalu kepepet dan serba buru-buru.
"Kok kamu bisa mikir begitu, Po?" Masu bertanya heran. Menerka-nerka apa yang sudah terjadi pada Apo selama di Jakarta.
"Kamu dilabrak kah sama pacarnya itu?"
Apo mendelik lagi. "Ngaco, ya kujambak dua-duanya kalo berani melabrak ku." Apo menyahut asal.
"Tadi itu lho, ada perempuan yang tiba-tiba datang mengantarkan pakaian saat Mile tidak sengaja ketumpahan makanan..." Apo menerawang ingatan saat mereka di restoran. Itu adalah jam makan siang, dan restoran yang mereka datangi cukup ramai. Mile yang baru kembali dari toilet setelah buang air, tidak sengaja bersinggungan dengan pelayan yang membawa baki makanan, dan membuat pakaian nya basah kuyup oleh kuah soto betawi.
"Teman nya, kali?" Masu mencoba menyangkal pemikiran Apo. Tebakannya, teman nya ini hanya overthinking saja.
"Mile juga bilang begitu katanya teman di kantor... tapi tatapan nya agak lain..." Apo lalu terdiam. Masih teringat tentang seorang perempuan yang mengaku tidak sengaja makan di restoran yang sama juga, dan kebetulan melihat insiden yang dialami Mile. Lalu secara kebetulan juga, dia membawa kemeja laki-laki lebih bersamanya.
Itu aneh, menurut Apo. Perempuan mana yang pergi hangout dengan teman-teman nya dan membawa ekstra pakaian, terlebih itu adalah pakaian laki-laki.
Masu turun dari pohon mangga, duduk di sebelah Apo lalu mengusap bahunya. "Jangan kebanyakan mikir. Besok kamu berangkat pagi, kan? mesti tidur awal biar gak kesiangan." Masu mengingatkan.
Besok adalah h-2 pernikahan nya, Apo tidak seharusnya terlalu banyak berpikir. Setelah Masu pamit pulang, Apo masuk kedalam rumah setelah menyapu bekas kulit kuaci yang berserakan di halaman.
Begitu dia masuk, ibu dan kakak nya sibuk betul. Sang Ibu sibuk dengan telepon genggamnya menelpon semua sanak saudara untuk mengabari perihal pernikahan Apo, lokasi dan lain-lain. Sementara Davina sibuk mengirimkan undangan digital via whatsapp untuk semua teman-teman dan kenalan yang kontaknya ada di fitur kontak handphone nya. Sementara bapaknya dan Bara masih di luar, menyebarkan surat undangan. Tentu tidak semua orang di undang, mereka hanya berusaha mengundang kerbat dan sanak famili saja. Tapi ternyata, tetap cukup banyak orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SNOW ON THE BEACH (MILEAPO FANFICTION)
Fiksi PenggemarApo mengerti, bahwa Mile tidak akan pernah mencintainya sampai kapanpun. Ia juga mengerti, kalau pernikahan mereka hanyalah selembar kertas selama setahun kedepan. Ia juga mengerti, kalau Mile menikahinya hanya karena menuruti kemauan neneknya dan d...