Bab 4

117 15 1
                                    

Be carefull🥀

Setelah mengganti bajunya, chaeyoung kembali menghampiri jimin yang masih di kursi roda. "Apa tuan juga ingin mengganti baju?." Tanya chaeyoung, yang ditanya tidak menjawab dan malah memalingkan mukanya.  Entah marah,entah malu, chaeyoung juga tidak mengerti.

'Apa iya dia tidak bisa mendengar?' Chaeyoung mencoba mendekat dan menyentuh kerah baju jimin. Merasa di sentuh, jimin menarik kepalanya. Chaeyoung sedikit bingung tapi dia segera mengingat ucapan bibi jung, jika tuan muda jimin tidak mau sembarangan di sentuh oleh siapapun.

"Tuan,sekarang saya istri anda. Jadi tugas saya adalah melayani tuan dan mengurus tuan. Jika tuan mengizinkan, bolehkan saya menyentuh tuan?" Ucap polos chaeyoung, dia yakin jika jimin bisa sedikit mendengar ucapannya.

Perlahan chaeyoung memegang kerah baju jimin kembali. Pria itu kini diam, meski pandangannya tertuju ke samping tidak menatap chaeyoung. Chaeyoung membuka kemeja jimin dengan lembut dan menggantinya dengan baju yang ia ambil dari lemari. Lalu chaeyoung membuka lemari sebelah berniat mencari celana untuk jimin, tapi ia melihat lemari itu penuh dengan baju wanita.
"Ini baju siapa?" Tanyanya, entah bertanya pada siapa.

"Itu baju nona, saya yang menyiapkannya semalam." Tiba tiba bibi jung sudah ada di belakang nya.
"Bibi?" Chaeyoung menoleh.
"Maaf mengganggu, saya mengantarkan makanan untuk kalian nona." Bibi jung meletakkan baki di atas meja.
"Terimakasih bibi." Jawab chaeyoung yang langsung melangkah kembali mendekati jimin.
"Apa tuan mau makan?" Tanya chaeyoung. Jimin kali kni mengangguk, melihat itu bibi jung hwa tersenyum senang dan mengambil piring berisi makanan dan mengulurnya pada chaeyoung.

Chaeyoung menyendok nasi dan menyodorkannya pada mulut jimin. Lama jimin terdiam, menatap chaeyoung tersenyum hangat penuh persahabatan padanya. Jimin pun membuka mulutnya. Bibi jung hwa tersenyum lega melihat tuan mudanya mau di suapi oleh Chaeyoung. "Bibi jung, bolehkan aku bertanya?" Chaeyoung menoleh pada bibi jung.

"Silahkan nona."

"Sejak kapan tuan muda sakit seperti Ini?" Tanya chaeyoung. Bibi jung tidak segera menjawab, dia malah melangkah menghampiri pintu dan menguncinya kemudian melangkah kembali mendekati chaeyoung yang masih setia menyuapi jimin.

"Tuan muda sakit sejak dua tahun yang lalu, tidak lama sejak tuan besar dan nyonya besar meninggal karena kecelakaan. Awalnya, tuan muda hanya demam biasa. Lama kelamaan tuan muda tidak dapat berjalan dan kemudia tidak dapat berbicara." Jelas bibi jung.

"Nona saya minta ketulusan nona dalam menemani tuan muda, jangan tinggalka tuan muda sendiri. Kasian tuan muda, sejak tuan besar dan nyonya meninggal tidak ada lagi yang tulus padanya, kecuali tuan park deok hwa dan nyonya park ji woo. Sebenarnya tuan muda adalah orang yang baik dan ramah. Tapi saya tidak menyangka jika tuan Musa mendapat ujian seberat ini." Ucap bibi jung.

"Tuan deok hwa dan nyonya ji woo? Siapa mereka bi?" Tanya chaeyoung.

"Nenek dan kakek tuan muda. Saat ini mereka sedang berada di rumah sakit karena tuan deok hwa sedang di rawat disana. Bahkan mereka tidak tau jika hari ini tuan muda menikah." Jawab bibi jung.

Chaeyoung merasa aneh, merasa ada kejanggalan dengan pernikahan mereka. Seperti ada sesuatu yang di sembunyikan dan kesannya terburu buru sekali. Apalagi sikap datar dan tidak ramahnya tuan myung hoon dan nyonya young sun. Lalu mengingat surat perjanjian yang harus ia tandatangani itu. Chaeyoung menebak jika memang ada yang tidak beres.

"Apa tuan muda tidak pernah dibawa berobat?" Tanya chaeyoung.

"Sebenarnya sudah, bahkan dokter dari luar negeri pun sudah diundang kemari. Tapi..." bibi jung tidak melanjutkan kata katanya. Sampai chaeyoung bertanya "tapi apa bi? Tidak ada hasilnya begitu?"

"Nona, apa boleh saya berpesan?"
"Tentu bi"
"Nona percaya pada saya?" Bibi jung seperti ingin menegaskan sesuatu. Chaeyoung mengangguk, dia merasa perlu mempercayai bibi jung hwa karena perempuan itu satu satunya yang ia kenal dan dekat di rumah ini.

"Apa menurut nona tuan myung hoon dan nyonya young sun benar benar peduli dengan tuan muda?" Tanya bibi jung.

"Sepertinya begitu bi, buktinya mereka mencarikan istri untuk tuan muda sampai rela mengeluarkan uang yang begitu besar." Jawab chaeyoung sesuai dengan apa yang dia ketahui.

"Mereka tidak sepertinya yang nona pikirkan." Ucap bibi jung.

"Maksud bibi?"

"Banyak yang terlihat baik namun berbahaya. Berhati hati lah nona. Apa nona tau maksud tuan myung hoon mencarikan istri untuk tuan muda?"

"Ya mungkin agar ada yang menjaga tuan muda." Chaeyoung menjawab.

"Mereka adalah keluarga terkaya di kota ini. Jika masalah pengurus dan pelayan bisa dengan sangat mudah membayarnya."

"Lalu?" Chaeyoung semakin tidak mengerti.

"Karena saat ini nona sudah menjadi istri tuan muda. Nona perlu sedikit mengetahuinya. Selanjutnya, nona hanya perlu menjaga tuan muda dengan baik dan saya yakin nona tidak mungkin tega menyakiti tuan muda."

"Bu sebenarnya ada apa?" Chaeyoung semakin tidak paham. Ia menyimpan piring kosongnya dan meraih gelas untuk memberi minum jimin. Setelah itu, chaeyoung segera menoleh pada bibi jung menunggu jawaban bibi jung selanjutnya.

"Tuan muda jimin adalah pewaris tunggal kekayaan keluarga park. Tapi dengan satu catatan setelah tuan muda menikah. Maka kekayaan ini resmi atas namanya, dan semua orang tau bagaimana keadaan tuan muda saat ini. Keadaan tuan muda yang tadinya di harapkan untuk di rahasiakan tuan muda, sekarang malah tersebar seolah malah sengaja dipublikasikan." Ucap bibi jung, kata katanya sempat membuat chaeyoung tidak mengerti tapi chaeyoung berusaha mencernanya.

"Jadi, maksudnya?"

"Siapa yang tidak tergiur dengan kekayaan keluarga park? Ditambah keadaan tuan muda saat ini. Bagi seseorang yang serakah ini adalah kesempatan yang besar. Dan nona, diyakini oleh tuan myung hoon sebagai wanita bodoh dan akan patuh dengan semua aturan serta perintah tuan myung hoon. Uang bisa membuat orang lupa segalanya dan uang bisa membuat orang berkhianat nona. Kecuali orang orang yang berhati tulus." Ucap bibi jung, chaeyoung semakin bingung.

"Apa nona mau menikah dengan tuan muda karena bayaran itu?" Pertanyaan bibi jung kali ini membuat chaeyoung terdiam, matanya berkaca kaca dan setitik kristal jatuh ke pipinya. Jimin sepat melihat itu. Chaeyoung segera menyekanya dan kembali melanjutkan suapanya.

"Tentu saja bi." Jawabnya membuat jimin melirik chaeyoung. Yang dilirik tidak menyadarinya karena ia menunduk dan memainkan sendok di atas piring yang dipegangnya.

"Sebenarnya, aku juga tidak tau apa apa bi? Aku menerima pernikahan ini demi balas budi ku pada keluarga yang sudah mau menampung anak haram sepertiku. Aku pikir, jika aku keluar dari rumah itu setidaknya mereka akan senang. Dan aku tidak lagi merepotkan mereka." Ucap chaeyoung.

"Tadinya aku tidak bisa membayangkan pernikahan ku ini. Tapi setelah melihat keadaan tuan muda jimin seperti ini, aku jadi mengerti. Mungkin Tuhan ingin aku menjaganya dan menemaninya. Bibi jung bisa mempercayakan itu padaku. Sungguh, aku tidak berniat apapun dengan pernikahan ini. Kecuali, untuk berbakti, pertama untuk ayahku dan sekarang untuk suamiku. Percayalah bi!" Ucap chaeyoung, dia tidak menyadari jika semua ucapannya sedikit terdengar oleh jimin. Hati itu seketika menghangat, kehangatan yang sudah lama tidak ia rasakan.


~To be Continue 🥀~

My Husband is not DisabledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang