HAPPY READING
10
History St. Elizabeth, Napoleon Avenue_New Orleans—2005.
Udara terasa cukup buruk, ketika bulan telah menginjak pertengahan musim panas. Musim baru sekaligus tempat baru.
Adaptasi yang di rasa sungguh memuakkan serta berat.
Waktu berjalan lambat dan buruk. Kisah kekuatan mental yang telah di mulai dari akhir tahun serta akhir musim dingin yang buruk dan penuh derita. Semua terasa asing.
Felix yang malang. Anak manis itu tak menangis atau mengatakan banyak keluhan, ketika keadaan memaksanya berjuang dan harus mati-matian berdamai dengan takdir, di usia yang bahkan tak cukup baik dalam menghitung angka. Tempat tinggal hancur, kedua orang tuanya meninggal dunia, kemudian ia dan kakak laki-lakinya harus mau tak mau tinggal di sebuah rumah kasih di New Orleans. Kerabat hilang kabar—entah dari pihak ayah maupun ibu.
Sebuah rumah megah milik pemerintah dengan segala macam aturan yang mengikat. Berbagi banyak hal dengan anak-anak lain. Terpaku dalam aturan tak tertulis yang tercipta sebab keadaan.
'Bersikap kuat atau kau akan tertindas.'
Setidaknya itu cukup baik, daripada harus tergulung debu jalanan.
Sarapan pagi dengan sepiring roti kering tanpa susu. Mainan yang tak dapat di mainkan sesuka hati. Ruangan penuh keramaian, serta aturan. Tak ada selimut halus di malam yang gelap atau dongeng yang penuh misteri. Felix mulai terbiasa dengan semua itu, sungguh. Selama Wonho hyung selalu ada di dekatnya, semua akan terasa baik-baik saja.
Sudah hampir dua musim, dan itu cukup mengubah banyak kepribadian.
Wonho hyung tak lagi seceriah dulu. Felix kecil dan kakak laki-lakinya itu seperti tak sedekat dulu. Pada awal pagi sampai menjelang sore, Felix harus terus merasa kesepian sebab Wonho hyung sudah mulai terdaftar di salah satu sekolah seni pemerintah.
Wonho hyung sudah seperti menjadi remaja yang dewasa. Tak banyak berkata, dan melakukan segalanya dengan sempurna.
Panti asuhan itu ramai, namun tak ada yang ingin bergaul dengan seorang bocah aneh dan pendiam sepertinya. Cukup lucu, ketika ia merasa kesepian di lingkungan yang penuh keramaian.
Hal satu-satunya yang dapat Felix lakukan selama menunggu Wonho adalah duduk di sebuah ayunan tua yang menggantung rapuh pada batang sebuah pohon oak besar tak jauh dari taman belakang.
"Wish everything will gonna be alright—" Felix bergumam sendu. Mengucapkan sepenggal bait lagu yang sering ibunya nyanyikan. "And I will be a little star in the sky."
Sedih dan Felix tak menangis.
"Makan siang bocah idiot!" Felix tak harus susah-susah memutar kepala karena suara itu. Makan siang ketika meja makan telah sepi adalah pilihan terbaik. Ia hanya tak menyukai bila beberapa anak membuang brokoli mereka ke atas piringnya, atau menumpahkan sup wortel ke atas pai anggurnya. Tidak juga dengan ludah yang mereka lemparkan ke atas air minumnya.
"IDIOT! Tunggu sampai madam Meryl memukul tanganmu!"
Bukanya itu sudah teramat biasa?
Dengan perlahan, Felix mengulurkan sebelah tangannya. Telapak tangan mungil dengan lebam kebiruan yang jelas terasa amat ngilu. Madam Meryl adalah orang baik—namun mengapa ia harus mendapatkan hukuman, hanya karena tak sengaja melihat wanita itu, tengah menyeret seorang anak menuju sebuah mobil yang berhenti di tengah kebun?
YOU ARE READING
Flower of Evil
FanfictionHYUNJIN-FELIX ⚠⚠WARNING⚠⚠ Rated: R-Restricted [17+] Genre: Fanfiction, Romance, Mystery, Crime, Investigate, Detective Tags: #mafia, #police, #mpreg, #smut, #softcore, #violence, #doubleidentity, #action Felix adalah seorang pembunuh bayaran yang ke...