2. Tsinghua University

14 2 0
                                    

Dua tahun kemudian.

Xaviera saat ini sudah menduduki bangku kelas 3 SMA atau kelas 12. Dua tahun lamanya, ia sudah meraih beberapa prestasi di sekolahnya. Dari olimpiade yang ia ikuti dari Instagram, olimpiade yang diselenggarakan oleh Kemendikbud atau biasa disebut OSN, dan lomba-lomba lainnya.

Saat jam istirahat, Xaviera dan Alice duduk di depan kelas dengan meminum es teh yang mereka beli di kantin sekolahnya.

“Xav," panggil Alice.

Xaviera menoleh lalu membalas, “kenapa?"

“Masing inget sama dia?" tanya Alice.

Xaviera terdiam. Menghela napas sejenak lalu menjawab, “masih"

“Perasaan lo ke dia?" Tanya Alice lagi.

“Hilang" jawab Xaviera yakin.

Alice mengangguk lalu kembali bertanya, “ada orang yang lo sukai?"

Xaviera berpikir sejenak, lalu menjawab, “nggak ada"

Alice menatap mata Xaviera, dan bertanya, “cari orang baru?"

No." Jawab Xaviera.

Alice mengernyit kebingungan. Setelah ia meminum satu teguk es teh yang dibelinya tadi, ia kembali bertanya, “why?"

Xaviera menatap langit biru dengan awan putih yang menambah keindahan langit itu. Ia kembali melihat wajah Alice seraya tersenyum tipis dan menjawab pertanyaan sahabatnya itu. “i don't know,"

“Lo sendiri?" Tanya Xaviera.

Ia menggeleng lalu menjawab, “susah buka hati, Xav."

Xaviera mengangguk paham. Menjadi Alice memang tidak mudah. Ia ditinggalkan lelaki yang memberikan harapan lebih padanya, dan lelaki yang ia percayai setelah 3 mantan Alice yang cenderung red flag. Lelaki itu bernama Edward Zachary. Alice pikir, Edward tipe lelaki yang green flag. Ternyata sama seperti 3 mantannya, sama-sama red flag.

“Mending kita mikir habis ini kita mau lanjut kemana. Ya, kan?" Ujar Xaviera mengalihkan topik pembicaraan.

“Iya. Btw lo mau lanjut kemana?" Tanya Alice.

“Tsinghua University, lo mau coba daftar disana nggak?" Tanya Xaviera. Mengingat beberapa hari kedepan, mereka sudah lulus dan seharusnya sudah mulai merencanakan bagaimana nasib mereka kedepannya.

Alice mempertimbangkan ajakan Alice, lalu pada akhirnya ia memutuskan, “Boleh deh. Biar bisa cari sensasi baru, nggak di dalam negeri mulu."

“Iya." Balas Xaviera.

“Edward dan Devanka. Mereka indah, namun penyakit" lirih Alice.

Xaviera menghela napas berat, “Edward memang penyakit, tapi tidak dengan Devanka. Aku lah yang memutuskan untuk meninggalkannya," Xaviera menjeda kalimatnya, lalu berkata kembali, “Devanka ... sorry."

Alice menggelengkan kepalanya, dan berucap, “Gapapa, Xav. Bukan salah lo. Lagian lo ninggalin dia juga pasti ada alasanny tersendiri, kan? Demi pendidikan lo juga, kan? Keputusan lo udah tepat, Xav. Buktinya, lihat diri lo sekarang. Lo bisa menangin beberapa ajang lomba yang lo ikuti, banyak piala dan sertifikat yang terpajang di rumah lo. Lo hebat, gue bangga sama lo"

Xaviera tersenyum, lalu membalas ucapan Alice, “Gue juga bangga sama lo,"

Xaviera memegang pundak Alice, dan melanjutkan kalimatnya, “Lo berhasil ninggalin cowok yang masih lo cintai, karena lo sadar bahwa bersamanya adalah luka. Meninggalkannya juga merupakan luka buat lo. Tapi, lo berhasil melepaskan duri yang tertancap di tubuh lo. Lo berhasil melepas duri yang dibawa sama dia,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ASTROPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang