part 5

13 0 0
                                    

"Dan, lo gak mau lapor polisi atau seenggaknya orang tua mereka?"

Dani gelisah dan gusar. Ia bahkan tidak tenang sejak tadi malam. Semua peserta berkumpul di pos 5 karena tidak ada orang yang menjaga di sana.

Dani sudah mencoba mencari Kayla, Cery, dan Arkan di sekitar pos 5 dan di jalan menuju pos 5 yang sudah diberi tau.

"Kalau lapor polisi, harus nunggu 24 jam dulu. Dan kalau lapor ke orang tua mereka, pasti kita yang disalahin Sher. Gue dikasih tanggung jawab penuh atas Kayla. Yang penting sekarang kita berusaha dulu aja dan berdoa. Kalau sampai 24 jam mereka belum ketemu, kita lapor polisi sama orang tua mereka." Jelas Dani panjang lebar.

"Tapi Dan, sebelum semua terlambat kenapa enggak? Gue tau lo bertanggung jawab atas kelangsungan acara ini. Dan secara tidak langsung pasti semua orang protesnya sama lo. Tapi kita bakal lebih susah nemuin mereka kalau udah lebih dari 24 jam." Panjang Sherli menjelaskan untuk meyakinkan Dani yang tampak sangat gusar.

Sherli memegang bahu kanan Dani, yang disambut tatapan sendu dari Dani. "Kita hadapi ini sama-sama, karena ini event kita bersama." Lanjut Sherli mencoba kembali untuk terus meyakinkan Dani.

"Gue tau Sher, tapi setidaknya kita berusaha dulu. Mungkin hari ini mereka ketemu. Sebisa mungkin orang tua mereka jangan sampai tau dulu." Jelas Dani yang kemudian pergi menjauh dari Sherli.

Dani bergabung bersama kumpulan laki-laki yang sudah bersiap untuk kembali mencari keberadaan Kayla, Cery, serta Arkan.

Sedangkan Sherli bergabung bersama kumpulan panitia perempuan untuk berjaga-jaga di tenda jikalau mereka bertiga tiba-tiba kembali.

Semua peserta ikut serta dalam pencarian Kayla beserta Cery dan Arkan. Keadaan bumi perkemahan ini tidak seceria kemarin. Berharap tidak ada kabar yang buruk menimpa mereka bertiga.

*****

Arkan dan Cery masih berusaha mengingat jalan mana yang mereka lalui semalam.

Melewati semak-semak belukar yang cukup tebal. Pohon-pohon yang hanya berjarak kurang lebih 30 sentimeter.

"Ar, kayaknya tadi malem gak serumit ini deh jalannya." Keluh Cery.

"Gue juga lagi bingung. Tadi malem lo inget kan kita ngelewatin pohon tumbang?" Cery mengangguk.

"Terus pohon tumbangnya dimana? Kita bener kan tadi ambil jalannya, kayak yang tadi malem kita lewatin?"

"Harusnya bener sih,"

Arkan dan Cery terus saja berjalan. Berharap akan ada titik terang, dimana mereka akan menemukan jalan keluar dan kembali ke bumi perkemahan.

Tak ada kata putus asa untuk mereka berdua, terlebih mengingat kondisi Kayla yang sedang demam tinggi sampai jatuh pingsan.

"Lo gendong Kayla dari tadi gak capek?" Tanya Cery menatap heran Arkan.

"Nah itu yang dari tadi gue bingung, walaupun kayla gak gendut harusnya tetep ada massanya kan? Cuma yang gue rasain tuh enteng-enteng aja, kayak gue lagi bawa boneka."

Penjelasan Arkan semakin membuat Cery terheran. Sedikit tercengang, Cery mencoba mengangkat siku Kayla perlahan. Hal yang mengejutkan kembali ia rasakan.

"Ar, Kayla ringan banget." Ucap Cery pada Arkan.

"Itu yang dari tadi gue rasain, Cer."

Cery mencoba menyentuh kening Kayla, memastikan suhu badan Kayla. Yang Cery rasakan, suhu badan Kayla memanas. Dengan wajah pucat seperti mayat hidup, mata Kayla terpejam. Untunglah hidung dan paru-paru Kayla masih berfungsi sebagaimana mestinya.

Petaka Bumi Perkemahan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang