"Tumben rapi benar, mau ke mana, Tae? Ini 'kan hari minggu."
"Jemput Jiji, ada tugas dari Ibu Lee."
"Sarapan dulu sebelum pergi. Aku bikin Japchae kesukaanmu." Dan pengakuan ini tentu menarik perhatian si pemuda bersenyum kotak, dia langsung duduk di meja makan. "Kemarin Bibi telepon, dia bilang Lisa akan datang, mau lihat-lihat situasi di sini katanya. Kalau cocok, rencananya dia mau pindah ke sekolah kita." Pengumuman sekian tak ayal mengejutkan dia, muncul ketidaksukaan di rautnya.
"Lisa?!" Dengan air muka tak bergairah dia berpura-pura ingin tahu. "Kenapa Ibu tidak bilang apa-apa padaku?"
"Takut kau tidak setuju." Bihun goreng di piringnya sudah habis sebab dia memang melahapnya lebih awal dari Taehyung.
"Kapan dia sampai?"
"Sore ini." Antara kesal dan bimbang, Taehyung bukan tipikal yang dapat menyembunyikan suasana hatinya, dan sekarang jelas-jelas memburuk.
"Bibi meminta kau yang menjemput dia ke bandara. Jam 5 pesawatnya ..."
"Hyung saja yang ke bandara. Tugasku banyak, mungkin malam baru bisa pulang. Aku pergi ya, terima kasih japchae-nya, Hyung." Namjoon mendesah panjang usai mendapati piring adik sepupunya masih berisi japchae. Tiba-tiba dia pun merasa bersalah akibat telanjur membicarakan kabar sensitif itu. Taehyung dengan mood jelek akan mudah kehilangan nafsu makannya.
-----
Setibanya di depan rumah si gadis manis, Taehyung refleks menekan klakson motornya beberapa kali. Sudah lebih dari tujuh menit dia menunggu, tetapi Jimin belum juga menampakkan batang hidungnya. Seringai jahil tahu-tahu muncul di sudut bibir si pemuda Kim, sengaja dia memainkan klaksonnya terus menerus seperti yang selalu dia lakukan saat mengusili gadis itu.
Taehyung tersenyum geli begitu Jimin keluar dari balik gerbang rumahnya dengan wajah yang merungut. Bakal mengoceh lagi kayaknya, pikir si pemuda Kim.
"Menyebalkan!" Lantas, umpatan itulah yang menyambut kedatangan si pemuda Kim.
"Salah siapa coba? Di luar panas sekali, Ji! Aku sampai berkeringat, loh. Lihat ini!" Sembari menunjuk-nunjuk bulir peluh di permukaan wajahnya, Taehyun pun mencari pembenaran untuk perilakunya.
"Iya deh, maaf. Aku kesiangan." Jimin mengambil tisu dari dalam tas, menyeka wajah Taehyung tanpa sedikitpun rasa sungkan.
Sejenak waktu melambat di antara mereka. Tatapan intens beradu di kala lengan Taehyung terangkat begitu saja untuk memegang lengan si gadis manis. Tajamnya bias dari manik sepekat arang itu menaikkan buncah-buncah di rongga dadanya, dia menunduk demi mengalihkan panas yang menjalar ke muka.
"Aduh perhatiannya, terima kasih ya anak ayamku. Cepat naik! Nanti jadi percuma, berkeringat lagi kalau berdiam lama-lama di sini." Percayalah, Taehyung sekadar menghapus kecanggungan yang menghalangi mereka, dia pun sama berdebarnya.
"Helmnya mana?"
"Ya Tuhan, ketinggalan di rumah, Ji." Taehyung spontan menepuk keningnya sendiri.
"Jadi, aku bagaimana?! Kepalaku pusing kalau kelamaan terkena cahaya matahari.
"Ya sudah, pakai ini saja." Yang Taehyung lakukan adalah membuka jaket hodie miliknya untuk dia berikan pada si gadis manis.
"Tae, bajumu juga tipis. Panasnya bisa menyengat langsung ke badanmu."
"Tidak apa-apa, yang mengeluh panas dan sakit kepala 'kan bukan aku." Jimin hanya menahan kesal di belakang, mendekap seerat-eratnya pinggang Taehyung untuk meluapkannya. "Aku bisa mati sesak kalau sekencang ini, Ji."
"Aku tidak dengar, taehyung bodoh, taehyung aneh, lalalalalala."
"Dasar, kekanakan-kanakan! Itupun masih marah kalau dikatai anak ayam, padahal memang benar. Soal berisiknya apalagi."
"Taehyung bodoh, Taehyung alien, lalalalala."
"Pegangan yang kuat, ya. Bahaya kalau anak ayam sampai jatuh." Barusan mesin motornya menyala dan pekikan Taehyung datang dengan lantangnya. "Argh! Apaan sih, Ji?! Sakit betulan ini cubitannya." Dia mengerang seraya mengusap-usap pinggangnya secara dramatis, "Ya ampun, tega!"
"Habisnya kelakuanmu menjengkelkan terus dari tadi!"
"Tidak dengan penganiayaan begini juga, dong!"
"Alah, lebay!"
"Lebay lebay seperti ini, tetap bikin dirimu rindu 'kan, Ji?!"
"Mau aku cubit lagi pinggang yang satunya?!"
"Eh, jangan, jangan!" Serunya lekas-lekas, menampakkan seringai kotak nan lebar di bibirnya. "Aku jalan, ya. Berdoa supaya remnya tidak blong--argh, JIJI!!" Dan kepergian mereka diiringi jerit kesakitan oleh Kim Taehyung.
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
(END) Lowkey in Love with You
Novela JuvenilJimin dan Taehyung berada di tengah-tengah ikatan rumit yang disebut 'teman'. Si pemuda punya kebiasaan mengusili dan si gadis tidak merasa keberatan hari-harinya dipenuhi kejahilan. Lambat-laun ikatan tersebut menguat tanpa disadari, sejoli remaja...