PART 27

14.1K 1.2K 26
                                    

Aku mau ngasih warning dulu,
Kalau mau komplain, minimal kasih vote 🙏

Ymma (buat yang merasa merasa aja)
Kalau gak merasa, ya udah.

Soalnya aku jadi mikir, nih akun kok bisa effort bgt buat ngetik & komplain ini-itu, tapi gk bisa ngasih vote.

Tinggal sekalian pencet tanda bintang apa susahnya?

Terus satu lagi, kalau cerita ini memang kurang cocok buat kalian, cukup berhenti baca, dan gak usah ninggalin jejak di kolom komentar pke kata-kata yang gak enak 🙏 fyi, semua komentar yang masuk beneran aku bacain satu2. Kadang aku baca lewat notif wp, kadang kubaca jg lewat email yang masuk.

Jujur, kadang aku kesel bacanya. Apa lagi kalo tiba2 ada notif dari akun yang gak pernah nongol, tapi sekalinya nongol malah komen & bikin dongkol.

Kadang komentar kayak begitu bakalan langsung kuhapus, dan gk kubales. Aku cuma gk mau lapak komentar di ceritaku jadi kotor 🙏

Happy reading!

***

PART 27

Keira tampak duduk di atas closet dengan kedua tangan menopang pipi. Ia sedang menunggu hasil test pack yang baru saja digunakan olehnya setelah berkali-kali membaca petunjuk agar apa yang ia lakukan sesuai dengan intruksi yang ada. Karena ia tidak ingin sampai melakukan sebuah kesalahan. Apa lagi ini juga adalah kali pertama ia menggunakan alat tes kehamilan. Ia tidak memiliki pengalaman, tapi ... semoga saja apa yang ia lakukan tadi sudah benar.

Ngomong-ngomong, menampung urine di dalam gelas kecil ternyata tidak semudah yang ia bayangkan. Untung saja ia tadi sudah melarang Jeandra untuk ikut masuk ke dalam. Karena tadinya pria itu berinisiatif untuk ikut masuk menemani dirinya.

Namun, hal itu langsung ia tolak secara mentah-mentah. Ia malu jika harus buang air kecil yang disaksikan secara langsung oleh Jeandra. Meski kenyataannya mereka berdua sudah pernah beberapa kali mandi bersama.

Setelah beberapa lama termenung, akhirnya Keira pun menunduk. Menatap ponselnya yang baru saja berbunyi dan bergetar di atas pangkuan. Ternyata sudah sepuluh menit berlalu, itu artinya ia sudah bisa melihat hasil test pack-nya yang saat ini berada di atas wastafel.

Entah kenapa, ia malah kembali sedikit merasa gugup. Ia lantas mengantongi ponselnya dan mulai beranjak untuk melihat hasil test pack-nya saat itu.

Garis dua.

Keira tampak mengerjapkan matanya sekilas, lalu menguceknya pelan hanya untuk memastikan kalau saat ini dirinya tidak salah melihat. Satu garis terlihat sangat jelas. Tetapi, garis yang satunya lagi malah terlihat agak samar.

Saat itu Keira sudah berinisiatif untuk mengusapnya, siapa tahu garis samar itu akan segera berubah. Bisa jadi menghilang, atau mungkin akan terlihat menjadi lebih jelas seperti yang satunya.

Namun, sebelum hal itu terlaksana, ketukan di pintu kamar mandi sudah kembali terdengar. Diikuti oleh suara Jeandra yang kembali bertanya. Sepertinya pria itu sudah benar-benar tidak sabar.

Keira lantas melangkah ke arah sana, kemudian membuka pintu itu dan langsung berhadapan dengan sosok Jeandra yang tampak menunggunya dengan penuh harap.

“Aku gak yakin sih, Mas,” gumam Keira yang mulai buka suara. Wanita itu terlihat agak ragu dengan hasil yang telah dilihatnya tadi, saat ia masih berada di dalam kamar mandi sendirian. “Garisnya samar,“ sambungnya dengan suara pelan sembari menunjukkan hasil test pack-nya ke hadapan sang suami yang langsung menunduk—memperhatikan. Lalu mengambil alih alat tes kehamilan itu dari tangannya. “Tapi kayaknya beneran garis dua deh.“

Saturday Night Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang