Akio memandang jalanan yang dilalui. Setelah melewati beberapa kota dan kini menyusuri jalan pegunungan, ia merasa ada yang salah. Bukan disini tempatnya. Seolah hatinya mendorong ia untuk kembali ke kediaman.
"Bersiap. Dari sini kita akan berpencar." Ujar Khaled dari kursi belakang.
Akio melirik kaca tengah. Ada Khaled dan Challen di jok belakang yang sibuk mempersiapkan senapan. Tidak biasanya sang ayah akan turun tangan sendiri mengurus hal seperti ini.
"Jangan mencoba kabur." Ujar Khaled memperingati.
Asap rokok Khaled menyebar di penjuru mobil. Akio yang duduk di samping kemudi bersama orang kepercayaan Khaled memalingkan wajah. Itu kalimat untuknya.
"But, there's something wrong." Gumam Akio.
Haruskah ia percaya pada perintah Khaled. Terakhir kali ia kabur dari pengawasan lima tahun lalu, terjadi tragedi yang seharusnya bisa ia cegah.
"Algis bisa menanganinya seperti terakhir kali."
Ya, benar. Adiknya itu sudah SMA. Dia bisa mengatasi apapun lebih baik dari lima tahun lalu. Lalu dimana letak rasa gelisah yang ia rasakan.
Keempatnya turun dari mobil saat sudah memasuki wilayah yang diketahui tempat persembunyian Vince. Daripada menunggu konferensi antar mafia yang berencana menetapkan Vince sebagai buronan internasional, lebih baik Reyes menyelesaikannya sendiri. Ancaman apapun harus disingkirkan dari awal.
Hanya ada mereka. Tidak ada pasukan yang dibawa. Menurunkan kedua putranya sama seperti mengirimkan dua monster untuk membantai satu klan.
"Hanya itu yang kau bawa?" Tanya Challen heran. Adiknya itu hanya membawa satu pistol dengan amunisnya dan katana.
Akio tersenyum miring melihat banyak barang bawaan Challen. Bahkan sumpit saja bisa Akio jadikan senjata mematikan untuk membunuh orang banyak.
"Urusi saja dirimu." Ujarnya pergi ke arah selatan sendirian.
Mereka berpencar sesuai rencana. Akio akan bertarung jarak dekat. Memancing para musuh agar keluar. Khaled akan menyusup ke tempat Vince berada. Challen membantu dari jarak jauh sebagai snipper. Berjaga jika ada bala bantuan Vince yang datang. Dan satu orang kepercayaan Khaled akan memberi informasi dan penghubung.
"Bzzz.. utara aman, ganti."
Akio mengacuhkannya. Ia terus berjalan lurus hingga menemukan sebuah bangunan cukup besar. Akio melipat tangan. Berdiri angkuh menatap para penjaga disana. Tak ada gunanya ia bersembunyi. Ia sahabat Vince. Akio tau, orang itu punya banyak mata.
"Bzzz.. bzzz.. keamanan barat teretas, ganti."
Saatnya beraksi. Sepertinya ayahnya itu sudah bersiap memasuki kamp musuh.
"Wah, sahabatku tersayang ini kenapa tidak menyambutku?" Ujar Akio mendramatis.
Dor
Srek
Bruk
Akio melirik lengannya yang tergores peluru dan seorang lelaki yang terkapar jatuh setelah Akio melempar belati padanya. Sialan! Ia akan bekerja cepat.
Menarik katana yang tersampir di punggungnya membuat para musuh terjaga. Vince sudah memberi peringatan jika Akio yang mereka kenal lebih berbahaya dari sosoknya yang terlihat ceria dan seperti remaja nakal.
"Hahaha.. ini menyenangkan seperti biasa."
Semua merinding mendengar tawa riang Akio yang tengah menebas mereka satu persatu. Kedua bilah katana itu seolah menari diatas lautan darah. Bahkan gerakan Akio yang tak beraturan membuat hampir semua peluru meleset. Hanya beberapa yang mengenai tubuh Akio, tapi itu tidak lebih dari goresan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda's Reyes (END)
أدب المراهقينMenjadi putra Reyes bukanlah hal yang mudah bagi Nehan. Ia hanya seorang anak berusia 10 tahun yang terjebak dalam lingkaran masalah. "Daddy, Nehan ingin lihat koala." Reyes mengamati putra bungsunya yang duduk di tempat tidur tak jauh dari sofa yan...