ABOUT ARASYA . 05

10 1 0
                                    

Happy Reading..

Sesampainya dirumah Alister dan Alvaro melihat Ara yang sedang memeluk pinggang Alaric dan Alaric yang merangkul Ara di ruang keluarga, mereka terlihat fokus dengan tontonannya, Ara yang menonton televisi sedangkan Alaric fokus dengan handphonenya yang sesekali mengelus pipi tembam adiknya karna gemas.

mendengar langkah kaki dari kejauhan Ara menoleh untuk melihat siapa "Abanggg" sapanya riang pada Alister dan Alvaro. Alister yang mengira sapaan itu hanya untuk Alvaro ia tetap memasang wajah datar lalu melangkah meninggalkan adik adiknya menuju kamarnya.

wajah Ara yang tadinya riang seketika murung melihat abang pertamanya meninggalkannya begitu saja. "abang gasuka liat wajah murung kamu my queen" kata Alaric lalu mengelus rambut Ara sayang.

"samperin gih, katanya kamu kangen bang Alis" timpal Alvaro

"tak...kutt"cicit Ara. Alaric dan Alvaro tersenyum mendengarnya.

"trust me, everything will be fine" kata Alaric menenangkan Ara yang ragu untuk menghampiri kakak tertuanya itu.

--

Alister keluar dari kamar mandi setelah membersihkan tubuhnya dengan pakaian kaos putih polos dan celana pendeknya yang sudah melekat ditubuhnya. ketika bercermin ia terkejut saat melihat ke arah tempat tidurnya terlihat adik kecilnya yang sedang duduk menatap ke arahnya dengan wajah yang tertekuk.

"ba..by" panggilnya kaku lalu ia menghampiri adiknya dengan ragu

melihat abangnya yang menghampirinya ragu Ara mengeluarkan tangisannya "huaaaaaa....maafin aku bang Dav" Ara langsung beranjak memeluk Alister ketika Alister sudah berada didekatnya. Alister yang menerima serangan mendadak itu untungnya tubuhnya tidak terjatuh karna kuat menahannya. lalu ia membalas pelukan adiknya dengan erat, menghirup rakus aroma vanilla yang melekat ditubuh adiknya yang membuatnya tenang, meluapkan kerinduannya selama berhari hari kemarin.

"don't cry baby"

"maaf..maaf..maaf,i dont hate you, it's a lie" Ara masih dengan tangisannya. mendengar tangisan adiknya yang sudah sampai terisak hingga berbicara pun susah, Alister semakin mengeratkan pelukannya.

"I believe, don't cry it hurts me to hear"

" tenang baby, hentikan tangisan mu"

Alister terus mengucapkan kata penenang agar adiknya berhenti menangis. beberapa saat kemudian Ara mulai tenang dan Alister mendengar nafas teratur dari adiknya dengan masih sedikit isakan terlihat adiknya tertidur dipelukannya karna kelelahan menangis, lalu ia membaringkan adiknya diikuti dia yang ikut membaringkan tubuhnya memeluk tubuh adiknya melihat ke wajah adiknya yang memerah sembab

"Abang harap cukup kemarin saja kamu mengucapkan kata kata yang menyakitkan itu baby, not again" ucapnya lalu mengecup kening adiknya dan ikut menyusul adiknya menuju alam mimpi.

-

jam menunjukkan pukul tujuh malam, Alister membuka matanya perlahan, sedikit menundukkan kepalanya untuk melihat adiknya yang masih memeluk tubuhnya erat, ia tersenyum lembut mengusap perlahan rambut adiknya sambil membangunkannya.

"wake up baby.." Ara menggeliat dalam tidurnya lalu perlahan membuka matanya dan langsung bertatapan dengan mata tajam milik Alister.

"morning bang Dav. ." gumam Ara setengah sadar. mendengar ucapan melantur adiknya, Alister terkekeh kecil

"ini masih malem sayang" Ara membulatkan matanya terkejut malu lalu ia menenggelamkan wajahnya di dada Alister. melihat tingkah laku adiknya yang membuat gemas Alister memeluk Ara dengan erat seolah takut ada yang mengambil.

about ArasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang