Chapter • 3

232 13 1
                                    

Annchi kembali ke meja yang masih dipenuhi teman-temannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Annchi kembali ke meja yang masih dipenuhi teman-temannya. Mada mengekor di belakang.

Guys, gue balik duluan, ya.”

Annchi yang baru saja mendaratkan bokongnya di atas kursi sempat terdiam ketika mendengar ucapan pamit dari Mada itu.

“Yah, Mad, kok langsung balik?”

“Baru sebentar, bro.”

“Gue ada urusan lagi, guys. Sorry,” jawab Mada sambil menatap mereka sungkan.

“Mada, di kampus mana? Boleh main nggak?” ucap seorang cewek, genit.

“Main apa, nih? Jangan ambigu!” gurau Mada.

Cewek itu memukul lengan Mada manja, “Ih... Mada bisa aja.”

Annchi mencibir. Dibalas kurang ajar bukannya tersinggung malah senang. Aneh.

“Mada, akun Stargramnya masih sama nggak? Kalau gue DM bales, ya,” ucap cewek yang lain sambil tersenyum menggoda.

“Yeu... centil-centil banget lo pada. Najis!” umpat Antares yang langsung dibalas cemoohan cewek-cewek penggemar Mada.

“Masih sama, kok.” Mada tertawa kecil sebelum kembali pamit.

Dan dia benar-benar pergi.

Annchi menatap kepergiannya. Matanya masih terpaku pada sosok itu meski punggungnya menjauh. Tidak seperti penilaian teman-temannya yang berkata bahwa dia tidak laku karena jomblo terus, sebenarnya ada satu orang yang mendekatinya. Mada. Sejak mereka SMA.

Di tahun terakhir menjelang kelulusan, Mada menyatakan cinta. Sedikit memaksa, Mada tidak menyerah saat Annchi menolak. Cowok itu malah membuat perjanjian, yang dia tagih di tangga tadi.

“Gue nggak suka sama lo, Mada,” jawab Annchi setahun lalu. Mereka berhadapan di bagian atap sekolah, “Urusin aja sana cewek-cewek lo,” katanya ketus. Annchi memang tidak menganggap serius pernyataan cinta Mada karena kelakuan cowok itu selama ini.

“Cewek yang mana? Kan cewek gue elo, Ann.”

“Berapa kali sih, gue harus bilang sama lo? Gue. nggak. suka!” ucap Annchi lelah, “Please ya, Mada, sebelum gue kasar sama lo.”

Bukannya pergi, Mada malah bertanya, “Ada cowok yang lo suka?”

“Ngapain lo nanya gitu? Emangnya nggak cukup ya, cuma dengan alasan nggak suka?”

“Kalau lo belum punya pacar, nggak ada alasan buat gue menjauh. Gue akan terus berusaha deketin lo,” kukuh Mada.

Annchi geram, “Lo lama-lama nakutin, tau!” katanya sambil bergidik. Dia mengambil napas, menghembuskannya lalu memutuskan mengucapkan sesuatu yang sekiranya bisa membuat Mada menjauh, “Gue udah punya pacar.”

“Oh, ya? Siapa? Kok gue nggak pernah lihat?” Mada malah menantangnya.

Ya ampun. Terbuat dari apa sih cowok ini? Kenapa keras kepala sekali?

Revenge Partner • 97LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang