kencan pertama kita.

2.7K 225 16
                                    

pagi itu aran berjanji akan mengajakku keliling jakarta, berdua tanpa ada gangguan pekerjaan harusnya. karna ini minggu dia harus bisa menghambiskan waktunya bersama aran namun lagi lagi di hari h aran membatalkan janjinya dengan shani, mendadak lelaki itu tidak bisa di hubungi padahal aran janji kemarin untuk bertemu dengan bundaanya setelah acara jalan jalan. sekarang aran malah tidak dapat dihubungi kembali, marah, kesal, bercampur aduk menjadi satu. aran mengikari janjinya kemarin untuk spending time berdua di malming dan sekarang laki laki itu membatalkan sepihak karna project? setidak penting itukah shani bagi aran? susah meluangkan waktu satu jam lamanya hanya untuk jalan berdua? kadang shani berfikir apa dia masi menjadi prioritas? jika dia prioritas apa dia bisa menuntut aran untuk berhenti sejenak dan memberinya ruang? apakah itu terlalu egois? menurutku tidak, aku selalu mengiyakan apapun yang aran mau, membiarkan dia dengan dunianya hingga melupakan aku sebagai pacarnya perlu untuk dikabari walaupun hanya say hi, ataupun basa basi, aku hanya ingin tau kabarnya walaupun kabarnya harus di media sosial, dia bisa update segala macam hal di sosmed kenapa mengabari dirinya sedetik tidak bisa.

harusnya pagi di hari minggu itu menyenangkan tapi kali ini membuat shani merasa sangat amat menjengkelkan, mamanya yang tadi melihat shani rapih untuk bergegas pergi tampak heran karna melihat shani kembali memasuki rumahnya.

"kenapa? aran mana? ga jadi pergi atau lagi nunggu?" tanya veranda.

"shani cape bun, shani ke atas dulu" shani menaiki tangga dan menginggalkan bundanya dibawah.

"aku cape, tapi aku bisa apa? nunggu kamu aja kan" shani menganti baju yang dia pilih semalaman untuk pergi bersama aran menjadi kaos crop serta celana panjang berwarna putih. cukup simple tapi tetap membuat shani terlihat cantik, namun wajah cerianya terlihat murung karna mengingat kejadian tadi pagi.

deringan pada telfon shani, membuat pandangan shani teralihkan panggilan masuk sebanyak 15 kali dengan nomer tidak ia kenali.

"siapa si ganggu aja, dari kemarin ada aja nomer nyasar, yang tukang servis lah, yang tukang ob lah" shani mengangkat telfon nomor tersebut, mendengar samar samar suara yang sepertinya ia kenal.

"halo" panggilan itu terhubung tapi tidak ada yang menyaut saat kedua kali shani memanggil halo, panggilan dari bundanya membuat shani harus terburu buru turun kebawah.

telfonnya masi terhubung dan shani bergegas ke arah pintu serta ada paket, berisi makanan, kesukaannya bakso dan juga minuman boba, serta kopi susu.

"atas mba shani alesha natio?" tanya bapak gojek itu.

"ah iya pak, ini apa ya?" tanya shani sambil membolak balikan isi bungkusan itu.

"titipan buat mbanya, dari jodohnya shani. mbanya gausa bayar ini sudah ada mba tinggal menerima" saat kurir itu melihat shani mengeluarkan uang didompetnya.

baru shani akan masuk suara dari telfon yang masi terhubung itu terdengar.

"udah diterima? dimakan ya, biarin bapak gojeknya yang nganter dulu. karna kalo gue lo bakalan nolak. gue gamau di lempar sendal, selamat makan calon istri, kasian udah dandan cantik ga jalan, ini gue otw kerumah lo, kita kepantai lo suka kan. bye shani."

telfon itu terputus. shani sangat hafal suara siapa itu. beberapa hari belakangan ini al selalu muncul dikehidupannya.

"belum aku jawab, main matiin aja." gerutu shani sambil membawa beberapa bungkus makanan di tangannya itu menghampiri bundanya.

"mesen makan sampek banyak gini?" veranda yang baru mengambil cemilan di kulkas melihat shani membawa makan sebanyak itu.

"emang kuat makannya?" tanya veranda lagi.

shani itu cantik, tapi dia galak.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang