Paginya. Si kembar telah berada di bandara internasional Seoul. Mereka berencana untuk pergi ke mancanegara, agar dapat menemukan kehidupan baru dan kembali dengan jiwa yang baru.
Sebelum menuju bandara, mereka terlebih dahulu mengurus sebuah surat untuk menggantikan marga mereka. Yang berawal dari Jung Jeno dan Jung Jaemin, menjadi Lee Jeno dan Na Jaemin. Mereka memutuskan untuk memiliki marga yang berbeda, agar suatu saat orang orang tidak akan langsung mengenali si kembar.
Di bandara dengan barang bawaan seadanya, kini mereka harus masuk kedalam pesawat karena ini sudah hampir jam keberangkatan mereka. Masuk kedalam pesawat dengan perasaan yang tak rela, karena harus meninggalkan kakak tersayang untuk waktu yang lama. Tak berselang lama, pesawat telah berangkat membawa para penumpangnya menuju tujuan mereka yang sama.
Sementara itu, di rumah sakit. Banyak alat yang terpasang ditubuhnya sebagai alat bantu untuk dirinya tetap bertahan hidup. Dia tidak sendiri dikamar VIP ini, ada sahabatnya yang dengan setia menemani dirinya.
Duduk disamping kasur, sambil menatap wajah yang sedang terlelap damai itu. Doyoung tak henti henti merapalkan doa didalam hatinya untuk keselamatan Jaehyun yang terbaring koma. Dokter bilang jika sahabatnya itu akan segera siuman, tapi semakin ditunggu, Jaehyun tak kunjung menunjukkan tanda tandanya.
Lelah, letih, lesu, semua berkumpul jadi satu dalam diri Doyoung. Ia benar-benar berharap sahabatnya dapat segera siuman dari tidur panjangnya.
Seminggu kemudian.
Doyoung masih setia menemani sahabatnya yang sedang terbaring lemah. Alat yang digunakan sebagai penompang hidup tak sebanyak hari hari sebelumnya, meskipun masih harus memakai alat bantu pernapasan. Dan dokter telah menyatakan bahwa Jaehyun telah melewati masa kritis. Namun, Jaehyun tetap tak kunjung membuka matanya.
Tapi meski begitu, Doyoung tetap menemani dalam keadaan apapun. Ia juga membagi cerita kesehariannya di kampus, di rumah, semua yang ia alami saat sedang tidak bersama sahabat. Walaupun tidak ada respon apapun, Doyoung tetap berceloteh pada Jaehyun.
Tak hanya itu, Doyoung juga menceritakan tentang perasaannya yang akhir akhir ini terasa begitu sepi tanpa sahabat kesayangannya yang menemani. Di kampus, ia menjadi seorang penyendiri. Semua yang Doyoung alami, ia curahkan pada Jaehyun yang masih terlelap. Dan tak henti hentinya marapalkan doa dalam hati.
Dua minggu kemudian.
Doyoung telah dinyatakan lulus dari kampusnya, ia datang ke rumah sakit dengan masih memakai baju juga topi kelulusannya. Tak lupa dengan bunga sebagai tanda ucapan selamat yang ia terima dari berbagai macam orang. Doyoung memberikan bunga bunga itu kepada Jaehyun yang masih nyaman menyelami alam mimpi.
Doyoung meletakkan bunga bunganya kedalam vas diatas nakas, sebagai pengganti bunga yang telah layu. Pemuda berparas kelinci itu mulai menceritakan semua hari kelulusannya. Jujur, ia tidak merasa senang sama sekali karena tidak ada Jaehyun di sisinya. Ia ingin mengalami momentum ini bersama sahabatnya.
Doyoung mulai menitikkan air matanya di sela-sela ia bercerita. Sambil menggenggam tangan Jaehyun yang lumayan dingin. Jaehyun sudah tidak lagi menggunakan alat bantu pernapasan, tapi sahabatnya itu masih enggan untuk membuka matanya.
"Jaehyun, bangunlah. Aku merindukanmu" Doyoung memberikan kecupan dipunggung tangan Jaehyun. Rapalan doa terus Doyoung panjatkan dalam hati. Meminta kepada sang penguasa langit untuk membangunkan Jaehyun.
Masuk di hari ke 17.
Saat ini Doyoung tengah mengupas buah buahan sembari menonton acara televisi. Doyoung selalu duduk didekat Jaehyun, ia tidak ingin berjauhan dengannya walau hanya sedikit pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Hyung
Fanfiction"Kak Jahyun hanya milik kami!!!" "Dan tak ada yang bisa memiliki kak Jaehyun selain kita!!!"