Thousand Echoes

21 4 6
                                    


"Nilai ulanganmu jelek lagi!? Makanya jangan baca komik terus! Gak ada gunanya, Nak!"

"Aku tahu, itu suara orang tuaku."

"Sepertinya, nilai anak ibu ini agak merosot karena sering main Nintendo, Bu. Saya harap ibu lebih bisa mengawasi studinya, ya."

"Aku tahu, itu suara walikelas SMP-ku."

"Jangan nonton anime dong, Sayang! Kamu udah gede, loh! Banyak film yang lain kan? Nanti kita dikata-katain tuh."

"Aku tahu, itu suara mantan pacarku saat SMA."

"Kamu baca novel fantasi? Buang-buang waktu, Bro! Usia segini banyakin baca buku-buku self improvement, dong, hahaha!"

"Aku tahu, itu suara kakak tingkatku di perguruan tinggi."

"Seriusan Anda ngoleksi figure, Pak? Gimana ya, figure itu kan gak ada gunanya. Duit gaji gak mending buat tabungan nikah?"

"Aku tahu, itu suara rekan-rekan kerjaku."

.

.

.

"Ah... Lagi-lagi mimpi itu,"



***

Sebagai orang yang cukup peka dengan lingkungan sekitar, aku tumbuh sambil menyadari bahwa dunia ini –setidaknya, negeri ini- tidak seperti yang kubayangkan. Segala hal yang berbau seni, khususnya bidang ilustrasi dan turunannya, seringkali dipandang sebelah mata. Aku tidak mengerti kenapa di tempat tertentu seperti Jepang, seni sangat dihormati. Sementara di negeri ini justru tiada yang peduli.

Andai ada yang peduli pun, mereka tidak mau menghargai. Siapa yang rela menghabiskan puluhan ribu demi sebuah komik/ novel yang sudah tersedia softcopynya? Siapa yang rela beli konsol game bila tinggal unduh emulatornya? Siapa yang mau repot-repot nonton anime legal bila membajak adalah hal natural? Ingin berimajinasi, tinggi ekspektasi, namun miskin apresiasi.

Bertahun-tahun melawan arus bernama 'pandangan masyarakat', bertahun-tahun pula aku menjerit dalam hati. Pada akhirnya, aku merasa lebih nyaman menjalani hidup ketika aku menutup mata dan memutuskan untuk hidup sejalan dengan arus.

Sampai saat itu tiba ...

Usiaku telah menginjak kepala tiga tatkala aku menyadari keberadaan sebuah bangunan mencolok dekat tempat kerjaku. Bangunan bertajuk 'Animanga Hobby Shop' yang menjulang tinggi itu seakan memanggil diriku yang sudah mengubur dalam-dalam seluruh idealismeku enam tahun silam.

Sebenarnya aku enggan masuk, tapi kupikir tidak ada salahnya berkunjung sebentar sekaligus melepas penat sepulang kerja. Aku juga penasaran bagaimana perkembangan dari dunia yang telah lama kutinggalkan itu.

Aku melangkah masuk melewati pintu otomatis yang terbilang mewah. Pandanganku langsung tertuju pada display figure di rak-rak besar di hadapanku. Display tersebut berisi kumpulan scaled figure dari berbagai serial anime ternama, mulai dari anime lama yang kukenal, hingga yang terbaru dan cukup asing bagiku, semuanya ada disini.

Aku beralih ke blok sebelah, kudapati deretan buku yang berjajar rapi. Jumlah buku di sini sepertinya tidak kalah dengan perpustakaan kota. Bedanya, buku-buku di sini semuanya adalah manga dan light novel. Banyak judul-judul baru yang sangat asing bagiku, tapi tak sedikit pula judul-judul lama yang kujumpai, bahkan masih ada juga serial lama yang tak kunjung tamat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Thousand EchoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang