tiga.

1.9K 130 18
                                    




**

"Jeno ini papah! L-lepasin!!" Mark memukul-mukul bahu tegap jeno yang acuh kepadanya, pergerakannya dikunci oleh remaja itu, membuat mark tak dapat berbuat apapun.

Jeno menyesap kuat potongan leher mark yang terasa begitu nikmat baginya, kulit mulus tanpa noda itu terpampang jelas di depanya, jeno menjilat bibirnya yang mendadak terasa kering.

"Shutt diem sebentar!" Tutur jeno menatap dalam mata bulat mark yang bergetar pelan, demi apapun jeno sangat suka melihat wajah manis papahnya itu.

"Jen! Jangnhh.." Mark panik dengan paksa jeno membuka bajunya, bahkan kini hanya tersisa celana dalamnya saja, mark malu... sangat malu dengan hanya memakai begini.

Jeno tampak ternyum, wajah mesum remaja itu membuat mark kesal, dengan cepat mark mendorong tubuh jeno yang baru saja ingin melancarkan kembali aksinya.

Mark tak akan membiarkan jeno begitu saja melecehkanya, sudah cukup sekali dalam hidupnya mark merasakan hal itu.

"Sadar jeno!!" Mark menatap tajam jeno yang terduduk keras pada lantai, jeno tampak terdiam begitu juga mark ia was-was akan sang anak.

"Kamu bener-bener keterlaluan!" Ucap mark dengan nada tingginya, sudah habis kebasaranya sekarang, mark dengan buru-buru mengambil semua pakaiannya yang sempat jeno lepas darinya, tidak lupa juga mark melilitkan selimut pada tubuhnya.

Mark berjalan tanpa berkata lagi keluar dari kamar jeno, di sana jeno masih tampak terdiam dengan muka menahan kesal, gagal lagi untuk yang kedua kalinya.

"Ck! Tunggu aja pah, lu bakal ngangkang buat gua!" Ujarnya yang di sertai senyuman tipis, lalu tak lupa mengelus sedikit dagunya dengan sensual, mungkin pengauruh alcohol sudah mengambil alih kewarasan jeno sekarang.

Pemuda itu pun bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju almari mengambil jaket hitamnya yang tersimpan disana, sebelum melangkah pergi keluar, mungkin nongkrong dimalam buta begini cocok untuknya.

.

Suara gerungan motor terdengar, di susul dengan siulan yang kerap jeno dengar.

Disana haechan tampak bersedekap dada memandangi temanya itu dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Bagus! Bagus.. Setelah lu minum Lu tinggal kita gitu aja? Lu tau tagihanya berapa!?" Haechan tampak kesal, telah habis semua uang bulananya sekarang hanya untuk membayar janji jeno yang ingin meneraktirnya, nanti tak jadi.

Bahkan yang jeno pesan adalah ruang VIP haechan yang memang dasarnya suka menumpang pun tak rela begitu saja. Namun niat hari besok ingin menagihnya jeno Keburu datang sekarang.

"Nanti gua bayar!" Ujar jeno dengan nada datar, dengan malas remaja itu juga mendorong tubuh haechan untuk menyingkir dari harapannya.

"Seenaknya lu!? Lu tau siapa yang baya-!" Belum sempat haechan menyelesaikan katanya sosok yang lebih tinggi tampak datang bahkan membuat jalan jeno terhentikan.

"Dari mana aja lu?" Suara datar itu membuat keduanya menoleh entah mengapa aura gelap menyelimuti dirinya, jeno tampak memancingkan matanya.

"Bukan urusan lu!" Begitu kata jeno dan ia pergi masuk begitu saja, meninggalkan keduanya.

"Bukan urusan lu!" Begitu kata jeno dan ia pergi masuk begitu saja, meninggalkan keduanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Basecamp Jeno)

"Oy Jen! Tadi lu pulang bareng eza?" Tanya salah satu cowok yang duduk di sana dengan segelas jus di tanganya, dia sosok teman dari haechan jadi tak begitu dekat dengan jeno tentunya yang selalu pilih-pilih teman.

"Hm" hanya deheman pelan yang dapat di dengar tampaknya jeno engan berbicara, begitu saat haechan masuk dengan satu cowok lainya yang jelas jeno sangat kenal.

"Jen bisa gua ngomong?, cuma berdua" ucap jaemin, salah satu teman jeno yang memang paling akrab dengan dirinya bahkan sejak mereka masih kecil mereka sudah berteman hingga sekarang.

Ponsel yang sempat menyala itu jeno taru dengan keras di atas meja, membuat dua orang yang lainya pun menoleh dengan heran, terutama haechan yang tampak sudah biasa dengan mood jeno yang akhir-akhir ini sering kali berubah.

Dengan langkah yang lebar jeno memimpin jalan, barulah di ikuti dengan jaemin yang mengekorinya.

Jaemin tampak mengeleng pelan dengan sang sahabat yang kini begitu cuek tak seperti sebelumnya.

"Disini aja jen" ucap jaemin yang duduk terlebih dulu di bangku depan dengan hembusan angin malam yang begitu segar.

Jeno tanpa berkata-kata lagi pun ikut duduk walaupun tampak tak tertarik bahkan apa yang jaemin ingin katakan sekarang.

"Lu tau shila?" Tanya jaemin begitu membuka topik membuat jeno menoleh dengan heran, begitu juga dengan jaemin yang hanya ternyum saja.

"Gua tau kenapa lu pulang tadi, karna ada dia kan??" Tanya jaemin lagi begitu masih mengamati wajah tegas sang sahabat.

Lama jaemin terdiam menikmati suasana malam yang begitu enak setelah rintikan hujan turun sebelumnya.

"Lu masih tertarik sama dia?" Ucap jaemin tanpa menoleh, jeno masih diam tak membuka suara.

"Cih! Ngapain gua suka sama cewek jalang kaya dia!?" Jawab jeno dengan jujur bahkan senyuman tipis terpasang pada wajahnya, membuat jaemin terpaku akan apa yang jeno katakan.

"Jaga omongan lu itu jeno!" Tegas jaemin dengan rahang yang mengeras seakan akan jeno telah membenci cewek itu sepenuhnya.

Tetapi nyatanya memang benar apa yang jeno katakan, bahkan hanya dengan rayuan sedikit saja cewek itu luluh begitu saja dan dengan gampang nya langsung mau saat jeno ajak pergi untuk bersenang-senang.

Dan jika untuk apa yang jaemin tanyakan itu apa cowok itu telah melawak!?. Jeno tadi pulang bukan karena ada cewek itu dan merasa cemburu saat dengan terang-terangan ia berciuman tepat di depanya.

Hanya saja ia muak melihat muka itu yang kerap kali jeno liat di beberapa tempak bar dengan sosok cowok yang selalu berbeda setiap saat  bahkan tanpa malu mengumbar kemesraan mereka.

Jadi tak ada yang salah dengan apa yang jeno katakan, hanya saja jaemin yang begitu emosian.

Jelas untuk sekarang saja hanya sang papah, mark, hanya mark lah sosok lelaki itu yang selalu berkeliaran di pikiranya, dan bukan soal tertariknya dia terhadap cewek itu, jelas saja hanya sang papahlah yang menarik perhatiannya sekarang.

Sekiranya tak ada lagi percakapan yang jaemin lontarkan jeno pun dengan cepat meninggalkan jaemin yang masih diam menatapnya, jeno tampak kembali kedalam, mengambil jaketnta yang sempat ia kaitkan.

Berjalan kembali menuju motornya, mungkin nongkrong di malam saat ini kurang tepat sebab ia merasa tak mood, bahkan melihat wajah sang sahabat yang kesal kepadanya.

"Mau kemana lu Jen!?" Haechan keluar  menatap sebelum kepergiannya jeno, namun ia hanya acuh dan berlalu pergi begitu saja tanpa menjawabnya, membuat haechan geram.

Gagal sudah uangnya kembali, padahal tatap muka secara langsung untuk menagih hutan adalah hal yang sangat bagus, iya haechan sudah mengangapnya itu hutang Sebab jelas-jelas jeno memakai uangnya terpaksa.



Perbaikan.

My Son ft.NoMarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang