36 - The Truth

451 32 6
                                    

Kondisi rumah Delicia masih berantakan dan ia mencari keberadaan Delicia, kini Delicia sedang di balkon sambil meminum bir. Aluna menghampiri Delicia lalu ia meletakan tangannya di pundaknya.

Delicia terkejut dan nyaris menjatuhkan birnya. "Apaan sih?! Kagetin aja anjeng!"

"Sorry, hehe," Aluna menyadarkan tangannya di pagar balkon lalu mengeluarkan rokoknya.

"Udud bang?" tanya Aluna.

"Nggak, gue lagi nggak mood." jawab Delicia lalu melanjutkan meminum birnya.

Mereka berdua sama-sama terdiam hingga Aluna angkat bicara sambil menghisap putung rokoknya.

"Kak, gue mau ngasih tau sesuatu." ujar Aluna.

"Apa?" tanya Delicia sambil menengok ke arah Aluna.

Aluna terdiam sejenak lalu menghembuskan nafasnya. "Lo taukan asisten gue yang namanya Reza?"

"Hmm oh iya-iya tau. Emang kenapa?"

"Dia.. sebenarnya bagian keluarga kita."

Delicia terdiam sejenak lalu mengangkat satu alisnya. "Mangsud?"

"Ugh.. dia itu kakak kita anjing!"

"HAH?! KOK BIS-" Dengan sigap Aluna menutup mulut Delicia.

"Diem, gue gamau Yudha bangun ya bangsat." ucap Aluna lalu melepaskan tangannya.

Delicia mendecak lalu membuang birnya ke kotak sampah. "Kok bisa Reza bagian dari keluarga kita?! Nama dia aja nggak ada di stuktur keluarga."

"Papa buang Reza, karena papa gamau anak laki-laki jadi anak pertama," Aluna kembali menghisap rokoknya.

"Jadi Reza di buang ke panti asuhan terus di asuh sama ibu angkatnya sekarang ini, ibu angkatnya udah kasih tau Reza kalau dia dari keluarga Azikiel dan memperingatkan Reza buat nggak cari kita keluarga Aziekiel, karena bakal percuma. Sampai akhirnya dia tau kalau kita bagian dari keluarga Aziekiel," Aluna menggigit bawah bibirnya dan menghela nafas panjang.

Delicia terdiam lalu menatap langit malam yang di hiasi bintang. "Jadi kita kehilangan 2 kakak tertua kita ya.."

Aluna dan Delicia sama-sama terdiam untuk beberapa saat sampai Delicia menepuk punggung adiknya itu.

"Gapapa, lo masih punya gue sebagai kakak idiot lo. Ya walau pun gue bukan yang terbaik, tapi gue bakal usahain selalu ada di sisi lo jadi jangan sedih-sedih amat oke?" Delicia tersenyum lembut ke arah Aluna.

Mata Aluna terbelalak lalu tersenyum ke arah Delicia dan mengangguk.

Delicia menghela nafas berat lalu menaruh tangannya ke atas untuk meregangkan diri. "Yaudah yok masuk, gue kedinginan bejir." ucap Delicia lalu masuk ke dalam.

Aluna pun mematikan rokoknya lalu mengikuti Delicia untuk masuk kedalam. Saat mereka berdua sudah masuk ke kamar masing-masing, Zayan keluar dari sisi dinding sambil melipat tangannya, Zayan mendengar percakapan mereka.

-

-

-

-

Keesokan paginya Aluna membuka matanya perlahan dan menengok ke arah sampingnya, ia tak melihat Yudha yang berada di sampingnya. "Yudha?" panggil Aluna sambil menguap.

"Udah siap kali ya?" Aluna bangun dari tidurnya dan keluar dari kamarnya. Ia menengok ke arah sekitar dan melihat Delicia yang sedang menyiapkan sarapan.

"Kak dodol, mana Yudha?" tanya Aluna sambil duduk di kursi makan.

"Hm? Si Yudha udah berangkat duluan."jawab Delicia.

Mata Aluna terbelalak dan ia menghentakkan tangannya di meja. "Sama siapa?!"

"Eh anjeng! Woy jangan ngagetin gue ngapa?! Bangsat.. hahh.. si Yudha berangkat sama Zayan tadi." jawab Delicia.

Mendengar ucapan Delicia, Aluna meletakkan tangannya di meja lalu menunduk dalam.

Anjing, nanti tuh anak di grepe-grepe sama Zayan gimana?! Kalau Yudha di bunuh sama Zayan, gue nanti sama siapa?! Kalau Zayan diem-diem gay terus nularin virus gaynya itu ke Yudha... NANTI MEREKA JADI GAY TERUS SALING SUKA DAN YUDHA GAMAU SAMA GUE LAGI DONG! Batin Aluna kemudian ia bangkit dari duduk dan berlari ke arah kamar mandi.

"Woy Lilin! Makan dulu napa?! Aelah." ucap Delicia dari dapur. Delicia dapat mendengar suara siraman air yang cukup deras hingga beberapa saat kemudian Aluna keluar dari kamar mandi.

Ia hanya memakai handuk yang menutupi badan dan rambutnya lalu pergi ke kamar.

"Nih anak kenapa tiba-tiba," belum Delicia selesai bicara Aluna keluar dari kamar dengan memakai seragam.

"Anjing! Cepet banget! Woy lo itu pake daleman nggak?!" tanya Delicia dengan heran.

Aluna mengambil sandwich yang ada di meja dan memakan. "Ya pakelah, mana mungkin gue nggak pake yang ada toel-toel noh,"

"Yaudah gue berangkat ya bre!" Aluna pun meninggalkan apartemen Delicia.

Delicia menghela nafas panjang sambil menggelengkan kepalanya. "Dasar woman."

***

Zayan dan Yudha kini sedang terjebak di jalan yang macet dan padat. Zayan menghela nafas berat dan melirik ke arah Yudha yang ada di sampingnya. Yudha terdiam sambil terus menatap ke arah jendela mobil.

Hmm dari tadi kita diem aja ya... suasananya jadi canggung gini. Batin Zayan sambil terus melirik ke arah Yudha.

Mereka pun masih terdiam hingga Yudha angkat bicara. "Zayan, nanti turunin gue di persimpangan deket sekolah aja ya? Gapapa kok gue jalan beberapa menit doang nyampe."

"Eh? Beneran? Lo nggak capek?" tanya Zayan.

"Nggak kok." jawab Yudha.

"Oke deh."

Suasana pun kembali hening untuk beberapa menit hingga jalan kembali normal. Zayan melirik ke arah Yudha dan berusaha untuk memulai pembicaraan duluan.

"Yudha lo kelas berapa?" tanya Zayan yang gugup. Ia tak biasa memulai percakapan duluan terhadap orang lain.

"Hmm gue kelas 12." jawab Yudha.

"Woah, berarti lo kakel gue dong. Jurusan apa btw?" tanya Zayan.

"IPS." jawab Yudha.

Zayan hanya berdeham mengerti hingga ia berhenti di persimpangan sekolah. "Dah nyampe nih, oh ya bentar," Zayan mengambil sesuatu dari kursi belakang penumpang.

"Nih buat lo." ucap Zayan sambil menyerahkan sebuah kotak bekal.

"Eh? Beneran? Makasih ya." balas Yudha sambil mengambil kotak bekal itu dari Zayan.

"Iya sama-sama, gue boleh manggil lo dengan sebutan kak nggak?" tanya Zayan.

Yudha tersenyum ke arah Zayan. "Boleh aja kok."

Mata Zayan seketika terbelalak dan ia terdiam.

Yudha terkekeh kecil lalu keluar dari mobil Zayan. "Makasih yan udah anter gue sampe sini, dah!"

Yudha pun menutup pintu mobil dan berlari cepat menuju ke arah sekolah. Zayan masih terdiam dengan matanya yang terbelalak. Zayan pun menatap lurus kedepan, kemudian Zayan tersenyum mengerikan dan ia menggigit kuku ibu jarinya dengan wajahnya yang memerah.

"Ha..ha..."

Give | GxBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang