Lanjutan KK 1 yah....
.......
Luna menyiapkan sarapan untuk Arman, suaminya. Keharmonisan mereka begitu kentara saat Arman begitu memanjakkannya.
"Aku akan pergi ke pasar saja! Kalau kakak tidak mengijinkan aku ke ladang!" Ujar Luna setelah sarapan, serta membereskan piring kotor.
"Mau aku temani?" Sahut Arman menawarkan diri.
Luna menggeleng, "tidak, aku mau jalan kaki saja. Sekaligus menikmati pemandangan di kampung halaman!" Ucapnya bergelayut manja di leher Arman yang masih duduk di kursi meja makan.
Arman mengusap lengan yang melingkari lehernya dari belakang, "kalau begitu, hati-hati! Oh yah-" Arman mengeluarkan dompet dan menarik beberapa lembar uang seratus ribuan beserta salah satu kartu debitnya. "Ini, ambillah. Beli keperluan yang kamu butuhkan!"
"Tapi ini kebanyakan!"
"Tidak apa-apa, toh selama ini aku belum pernah memberikanmu nafkah."
"Terima kasih!"
Arman pergi ke ladang, sementara Luna pergi ke pasar karena tidak diijinkan pergi ke ladang oleh Arman.
Sepulang dari pasar, Adrian bertemu dengan Luna yang membawa belanjaannya.
Tin tin tin
Luna menjatuhkan kantong belanjaannya karena kaget. Adrian turun dari motor yang dikendarainya.
"A-adrian! Kamu mengagetkan!" Luna gugup ketika di hadapannya adalah Adrian.
Adrian menyeringai, "kamu dari pasar?" Luna mengangguk, "ayo, aku antar pulang, sekalian mau ke rumah."
"Tidak usah, Ian! Lagipula rumah sudah dekat kok!"
Adrian meninggalkan Luna yang kembali mengambil kantong belanjaannya, dan meneruskan perjalanan.
"Kok kesini lagi?"
Adrian datang sambil berlari ke arah Luna. "Aku tidak tega melihat kamu kewalahan!" Ujarnya mengambil alih barang bawaannya. Luna sungguh tidak tega melihat Adrian, dia sudah rela menunggu selama hampir 4 tahun. Namun, dirinya malah berkhianat.
Luna dan Adrian sampai di rumah. Kedua orang tuanya pun sudah dirumah karena tadi, Luna berpesan untuk pulang lagi.
Arman memerankan sandiwaranya, begitu juga dengan kedua orang tuanya.
"Loh, om Arman! Om ada disini?" Adrian langsung menghambur saat melihat Arman.
"Iya, kebetulan om ada urusan di sekitar sini!" Adrian tidak menaruh curiga sedikitpun, karena memang Adrian sudah tahu dari dulu, bahwa kedua orang tua Luna memang sering berhubungan bisnis dengan omnya, Arman.
"Oh iya, aku belum mengenalkan om pada Luna. Kenalkan ini Luna, om! Gadis yang sering aku ceritakan itu!" Adrian meminta Luna untuk berkenalan. Luna mendekati Arman dan menyodorkan tangan kanannya.
"Aku Luna, om!" Ucap Luna, terdengar pelan ketika panggilan om disematkan kepada laki-laki yang menyandak status suaminya.
Arman menatap Luna seakan menenangkannya, "Arman!"
"Adrian, kalau begitu, om ke kantor dulu! Nanti om pulang ke apartemen kamu." Adrian beranjak dan berpamitan pada Luna, Gandi dan Rosita kedua orang tua Luna.
Sepeninggal Arman, Adrian duduk dikursi yang tadi ditinggalkan Arman.
"Om, tante! Mmm, bolehkan selama aku liburan aku sering main kerumah?" Adrian memulai obrolan. Luna berlalu ke kamarnya untuk minum vitamin kehamilan.
