2. Yeay Masuk Novel!

97.5K 7.2K 73
                                    

Seminggu yang lalu.

"Umh.... Laper...."

Mata gadis itu mengerjap saat cahaya matahari menarik kesadarannya dari alam mimpi. Hal pertama yang menyambut adalah perut keroncongan. Rasanya ada banyak terompet mendiami perutnya sehingga suara keroncongan itu jelas terdengar.

"Apapun...." Rancaunya. "Apapun yang ada di meja... aku harus makan."

"Kalau nggak... aku bakal mati."

"Aku nggak mau mati...."

"Aku punya garapan novel yang harus diselesaiin."

Dengan langkah terseok dan beberapa kali jatuh. Gadis itu berhasil menggapai meja. Di sana tidak ada makanan apapun. Hanya ada buah. Ia memakannya rakus. Mulutnya tak henti mengunyah sampai rasa lapar dalam dirinya terpenuhi.

"Hah, kenyang...." gumamnya. Sekali waktu bersendawa.

"Oh ya! Siapa yang naruh buah di sin...." Ucapannya terhenti. Baru sadar, ternyata ruangan ini sangat berbeda dengan kosan yang biasa ia tinggali. Mana pelapon bocor yang sudah hampir runtuh itu? Oh! dan juga tumpukan baju menggunung. Lalu....

"Astaga!"

"Anak-anak ku! Di mana anak-anak ku?!" Ia menyisir sekitar. Mencari tumpukan buku novel yang sudah ia anggap sebagai anak sendiri. Namun nihil.
"Se-sebenernya aku di mana sih? Kok aneh banget tempat ini."

"Oh! apa aku masih mimpi?"

Dicubitnya pipi kiri tembam itu. Ia meringis sakit. Sadar, ternyata ini bukan mimpi.

"Kalau bukan mimpi terus apa dong?"

"Emh.... masak sih aku masuk dunia novel?"

"Hahaha, nggak mungkin lah. Mentang-mentang habis baca novel transmigrasi langsung berkhayal." Tangan itu terpantau menggaruk tengkuk belakang. Matanya tak habis menulusuri tempat terkesan klasik ini. "Curiga deh! Apa sebenernya aku anak orang kaya yang tertukar?"

"Emh... mungkin aja gini. Waktu aku pingsan di kosan. Orangtua asli ku dateng nyelamatin. Makanya aku dibawa ke tempat asing ini. Hmm, kayaknya sih gitu. Itu sih yang paling logis dari pada ngayal masuk dunia novel. Hahaha."

"Oke deh. Aku tinggal nunggu orang dateng. Nanti aku minta dia jelasin kronologinya."

Lama menunggu. Tak ada satu pun orang yang menggerakkan pintu besar dengan ukiran rumit di sana. Hell! Padahal ini sudah berjam-jam menunggu!

"Hais! Aku cari sendiri aja deh. Lama banget!" Ia meraih kain panjang putih. Ia sematkan di pundak untuk menutupi belahan dada. Jujur, pakaiannya ini sedikit vulgar.

"Di mana sih orang-orang. Rumah segeda gaban tapi nggak ada penghuninya."

"Tapi...." Langkahnya melambat. Memperhatikan interior sekitar. "Daebak! Ini mah bukan rumah lagi, tapi kastil. Liat lukisan-lukian itu. Curiga! Kayaknya orangtua gue bos mafia deh. Hihi, Jadi nggak sabar."

Di depan sana ada suara samar wanita. Ia segera menghampirinya dan bertanya. Alih-alih mendapat jawaban, gadis bermata biru ini justru tambah kebingungan dengan obrolan mereka.

"Kau tahu, jika Nyonya Lilyana tidak kunjung sadar. Ku dengar Duke akan mencari penggantinya dalam waktu dekat."

"Nyonya Lilyana? Apa itu nama Ibu kandung ku?" gumam gadis bermata biru yang kini tengah menguping di balik dinding.

"Benarkah? Akhirnya kita bisa terbebas dari wanita jahat itu. Aku sangat bersyukur jika itu benar terjadi."

"Wanita jahat? Apa Ibu ku sejahat itu?"

DUKE! Let's Have Babies! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang