"Argh!" jerit Harry Potter sembari mengacak-acak rambutnya kasar, yang sedari awal memang sudah berantakan menjadi semakin berantakan. Ia frustasi karena hampir seharian ini waktunya dihabiskan untuk membaca dan mempelajari tumpukan buku yang menggunung di hadapannya.
"Berhenti bertingkah seperti orang gila, dan lanjutkan saja kegiatan belajarmu." ucap sahabat wanita Harry, Hermione. Gadis itu berkata tanpa mengalihkan pandangannya dari lembaran buku yang sedang di bacanya. Lalu, membalik kertas itu untuk lanjut ke halaman berikutnya, tanpa menghiraukan keadaan Harry saat ini.
"Justru semua hal inilah yang membuatku gila!" balas Harry dengan raut wajah yang kentara sekali jika ia lelah duduk di perpustakaan selama berjam-jam. Ia menaruh kepalanya di meja sampai menimbulkan suara bedebum yang mengganggu.
"Aku tidak pernah se-setuju ini dengan pernyataanmu, Mate!" sahut orang ketiga yang ada disana, Ron, sembari menumpukkan kepalanya di atas salah satu buku yang terbuka, berharap semua kosakata yang ada di dalam buku tersebut menyerap masuk ke dalam sel-sel dan intisari kepalanya.
"Kalian itu terlalu berlebihan, belajar bukanlah sesuatu hal yang memusingkan, justru ini menyenangkan." balas Hermione, lalu mengalihkan pandangannya dari buku ke kedua pemuda yang saat ini keadaannya jauh dari kata baik-baik saja. Dan jawaban Hermione barusan membuat kedua pemuda itu tak bisa tak menjerit tertahan, pernyataan aneh macam apa itu?
"Kau ini normal 'kan?" tanya Ron sembari melirik Hermione heran. Ron tau Hermione suka belajar, tapi tidak tau jika sudah berada di tahap menyenangkan bagi gadis itu. Ia hanya tidak menyangka saja jika di dunia ini ada seseorang yang dengan gamblang mengatakan jika belajar adalah hal yang menyenangkan! Tolong jelaskan pada Ron dari sisi mana nya yang menyenangkan?
"Itu hanya berlaku untukmu, Mione." Kini, Harry turut mengikuti apa yang Ron lakukan, menumpukkan kepalanya di atas buku. "Aku merindukan Draco!" sambungnya tiba-tiba dengan nada bicara yang terdengar sangat lesu. Draco adalah kekasihnya yang berasal dari kelas lain. Harry merindukannya dan sudah seminggu ini ia tidak berbicara dengannya secara langsung, mereka hanya sekedar bertukar kabar melalui pesan, yang itupun jarang mereka lakukan, karena kesibukan masing-masing dalam mempersiapkan ujian kelulusan yang akan diselenggarakan beberapa waktu ke depan.
Baru tujuh hari tak bertemu, Harry sudah dibuat kalang kabut akan rasa rindu yang membuncah tak tertahankan, ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika ia harus berpisah dalam waktu sebulan, setahun. Argh! Harry tak bisa.
Dan belum lagi selama tujuh hari itu pula ia harus berhadapan dengan sosok Hermione dan semua tumpukan buku miliknya, yang membuat Harry ingin muntah setiap kali menatap ratusan kata tersebut. Menurutnya, lebih baik menatap wajah Draco-nya yang tampan. Dan dua alasan itulah yang membuat Harry saat ini tampak sangat putus asa.
"Lupakan sejenak kekasih pirang mu itu, ujian kelulusan sudah berada di depan mata, Rry. Kau harus fokus belajar, ini akan menjadi salah satu penentu masa depan mu. Lagipula, memikirkan pembelajaran jauh lebih penting, dibandingkan kekasihmu itu!" balas Hermione lalu menutup buku yang baru saja selesai ia baca dan mengambil buku lain yang tebalnya melebihi lemak perut Vincent dan Gregory, untuk lanjut ia baca.
"Iya aku tau. Tapi, aku sangat merindukannya!" balas Harry dengan ekspresi sedih. Iya, sedih, sebab sepertinya yang merindu hanya dirinya, sedangkan si pirang itu tampaknya baik-baik saja tanpanya.
Hermione tak menanggapi gerutuan Harry dan dengan sengaja menulikan pendengarannya, ia berusaha kembali fokus pada buku bacaannya yang kini berganti membahas tentang berbagai macam hal reaksi kimia.
"Kira-kira Dray sedang apa ya? Dia sudah makan belum ya? Dia memikirkanku juga tidak ya? Argh, aku merindukannya!" ocehan Harry kembali berlanjut dan mengutarakan semua keluhannya mengenai dirinya yang tak sanggup menahan semua rasa rindu ini.
Dasar ujian sialan, pikir Harry. Andai saja tidak ada ujian ini, pasti ia dan Draco saat ini sedang berkencan di bawah pohon maple belakang sekolah sembari menikmati sandwich buatannya, dan di temani oleh semilir angin yang menyejukkan, bukankah itu terdengar luar biasa?
Ditengah kegelisahan Harry, Ron yang sedari tadi menumpukkan kepalanya di atas buku, secara tiba-tiba menegakkan tubuhnya, membuat kedua sahabatnya itu terkejut dengan pergerakannya yang mendadak.
"Kau mengejutkanku!" ucap Hermione sembari menyentuh dadanya, tapi Ron tidak memperdulikan protes gadis itu, dan hanya fokus pada objek yang cukup menarik perhatiannya. Matanya memicing tajam berusaha melihat lebih jelas objek tersebut.
"Ini mataku yang salah lihat, atau jika itu memang benar Draco yang sedang berbincang dengan Kapten cheers yang terkenal cantik itu, Rry?" ucap Ron sembari menunjuk dua orang di pojok ruangan, tersembunyi di balik rak yang menjulang tinggi.
Harry yang mendengar penuturan itu langsung mengikuti kemana arah jari Ron menunjuk, wajahnya yang semula tampak tak minat dengan apa yang Ron maksud, seketika berubah saat netra nya menangkap jika orang di ujung sana adalah benar kekasihnya, yang sialnya tengah bermesraan dengan seorang gadis.
Mendidih darah Harry saat melihat pemandangan itu, kekasihnya itu tampak asyik mengobrol mesra dengan seorang gadis yang terkenal sebagai Kapten cheers sekolah, yang malas Harry akui jika gadis itu memang sangat cantik.
Harry geram sebab dirinya disini sedang sibuk belajar sembari menahan rasa rindunya pada Draco, tapi kekasihnya itu malah sibuk bermesraan dengan gadis lain? Oh, Draco cari gara-gara rupanya!
Harry langsung bangkit dari duduknya dengan mata yang berkilat marah. Hidungnya kembang kempis menahan amarah yang siap meledak.
"Si pirang itu benar-benar!" ucapnya penuh penekanan, lalu sedetik kemudian Harry berjalan dengan langkahnya yang terdengar pasti, mendekati kedua sejoli yang masih asyik mengobrol diselingi canda tawa. Silahkan nikmati tawa itu sepuasnya karena sebentar lagi nyawa mereka akan segera tercabut.
"Ah. Ternyata ada yang lebih sulit dari mengerjakan sebuah ujian." celetuk Hermione tiba-tiba membuat Ron yang sibuk mengamati Harry, berbalik arah memandangnya. "Memangnya ada?" tanya Ron sembari menaikkan satu alisnya.
"Tentu saja ada, lebih sulit menahan rasa cemburu!" jawab Hermione dengan ekspresi mencibir. Ia pikir, cinta itu rumit sekali. Kalau begini, ia rasa, ia tidak akan mau jatuh cinta, agar ia tidak perlu repot merasakan apa yang namanya itu merindu dan cemburu, seperti yang sahabat mungilnya itu rasakan.
"Ya, kau benar. Dan ini adalah ujian yang sebenarnya, ujian kesabaran. Astaga, sebentar lagi kita akan mendapatkan tontonan seru, haha!" balas Ron dengan wajah bersemangatnya sembari kembali mengamati Harry yang akan melabrak kekasihnya.
"Ya, dan saranku sebaiknya kau bersiap karena sebentar lagi akan terjadi perang dunia ketiga!" balas Hermione, lalu bangkit dari duduknya, karena ia tau, ia pasti akan terlibat dalam hal sibuk melerai Harry yang menjambak rambut panjang Kapten cheers tersebut.
The End
Lagian juga si Draco ada2 ajaa, di terkam 'kan lu sama Maung 😭
Maaf kalau ada typo ataupun kata-kata yang rancu, permisi Byee 👋🏻

KAMU SEDANG MEMBACA
Random Story (Drarry)
FanfictionKumpulan Random Oneshoot Drarry Warning BxB Drarry Draco Top, Harry Bot (OOC) OUT OF CHARACTER Random cerita Drarry yang bukan cuma berlatar di dunia sihir. Tokoh Harry dan kawan-kawan, serta latar dunia sihir hanya milik J.K Rowling, aku pinjem na...