~•[[Part 8 : Lidia, koran, dan kue tart]]•~

48 26 16
                                    

~ [[ 06

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~ [[ 06.25 ]] ~

Kriing!

Kriingg!

Kriing!

Alarm jam berdering. Hampir mengusik dua cowok saling terlelap nyenyak gara-gara begadang, bermain game PS5. Malam indah bersama Ashley. Keduanya tampak tidur ngorok. Liur membekas dari mulut Fauzan yang menganga. Guling penuh hantaman meteor kering itu erat dipeluk. Fauzan sudah mirip koala, karena guling di atasnya bagai dahan kokoh dengan kedua tangan serta kaki mengikat guling tersebut. Sedangkan Roni, sepertinya disenggol Fauzan semalam, jadinya sekarang tepar di lantai yang dingin dan merusak tatanan figure sampai beberapa bagian putus tanpa Roni sadari.

Dering alarm selalu berhasil merubah posisi mereka yang nyaman ke satu sisi dan bergerak menggeliat mengganti posisi lain. Fauzan tersenyum, tenggelam ke dunia mimpi. Barangkali, cowok kacamata itu sibuk mengencani cewek-cewek anime.

Kriing!

Kriingg!

Kriing!

Singkap kedua mata Roni bergerak-gerak. Merasa terganggu. Semakin dibiarkan, semakin suara alarm merasuki alam bawah sadar. Kedua mata Roni terbuka paksa. Otot mata bercabang banyak, sedikit merah basah kedua matanya. Rasanya Roni perlu tidur lebih lama lagi. Kecuali, setelah membereskan musuh utama para cowok-cowok doyan gadang. Bunyi alarm. Sok diatur kapan berdering, seolah mereka akan bangun tepat waktu. "Argh! Apa sih! Zan! Zan!" seru Roni ganti posisi meringkuk. Membuntu telinga.

"Em!" Respon lirih Fauzan masih nyenyak tidur. Balik badan, seperti sedang mengunyah. Terdengar gumam gak jelas.

"Zan! Matiin alarm ponsel lu! Ah! Ngantuk nih! Pcst!" keluh Roni tidak tahan. Bisa-bisa kantuk beratnya hilang.

"Itu ponsel lu!" Setengah sadar, sosok Fauzan menjawab otomatis.

"Ponsel gue?" Mendorong Roni bangkit setengah-setengah. Wajahnya jelek. Muka ngantuk dengan poni rambut semrawut memprihatinkan. Roni menoleh sekeliling. Menepuk-nepuk lantai dan mengeluh sakit saat telapak tangan memukul tanduk rakitan Gundam. Dia sedang mencari ponsel. Setelah tangan Roni mundur sampai meraba diri. Baru sadar kalau ponsel aman di saku celana. Merasa tolol, malah Roni memukul pinggul Fauzan. Menyalahkan si kolektor figure harga selangit itu.

"Bukan ponsel gue!" heran Roni menekan tombol power ponsel. Sementara, suara dering alarm mengumpan kebingungan Roni ke arah laci samping ranjang. Ketahuan kalau bunyi itu dari benda kecil menyebalkan. "Alarm jam Beker lu bego!" ketus Roni kasar menggaruk rambut. Terdengar desis frustasi.

"Jam berapa sih ini?" lirih Roni malah balik rebahan. Terkapar, meletakkan ponsel di atas dada. Berselang waktu, Roni mulai gelisah. Bau-bau telat sekolah. Dilihatnya layar ponsel. Mendelik syok! Sudah hampir jam masuk sekolah. "Bangkee! Kita telat Zan!!!"

"Telat? Misi game nya sampai mana tadi?!" Tiba-tiba Fauzan bangun. Mematikan tombol jam Beker tersebut. Lalu, celingak-celinguk bingung. Mengira maksud Roni seputar game Resident Evil 4 Remake.

Ada Suka - Ada Duka (TERBIT BUKU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang