65

514 54 4
                                    

Satu minggu setelahnya. Saat ini Jaehyun sudah mau menerima makanan yang diberikan oleh Doyoung, walau kondisi masih terlihat sama, setidaknya Jaehyun mau mengisi perutnya. "Apa penyebab kepergian Jeno dan Jaemin adalah aku?" Tanyanya di sela sela makan.

Doyoung menghela nafasnya. "Mereka tidak pergi bukan karena dirimu, Jaehyun. Mereka pergi karena kedua orang tuamu mengusir mereka."

"Juga dengan kedua bayi ku? Apa mereka pergi karena aku tidak bisa mempertahankan mereka?"

Lagi dan lagi. Selalu saja Jaehyun menanyakan hal itu. Setiap waktu. Jika boleh jujur, Doyoung jengah mendengarnya dan terus menjawab pertanyaan yang sama. "Jaehyun, sudah ku bilang, semua ini bukan salah mu!" Jawab Doyoung pelan. Tapi terdengar begitu ditekankan.

"Kalau begitu? Kenapa mereka harus pergi sejauh itu?! Tidak ada sedikitpun kabar dari mereka! Bahkan kau juga tidak tahu keberadaan mereka!" Pandangan Jaehyun mulai jatuh kebawah, kepalanya pun turut menunduk. "Mereka bilang, mereka mencintai ku! Akan selalu berada di sisiku! Tapi apa?!! Mereka pergi begitu saja?! Tanpa memberitahu kemana mereka pergi?!!"

Doyoung menghela nafasnya. Melapangkan diri agar tidak mengeluarkan emosi yang bisa membuat kondisi Jaehyun semakin turun. "Apapun alasan mereka, yang pasti penyebabnya bukanlah dirimu. Mereka akan kembali, jika sudah waktunya!"

"Kau selalu menjawab begitu. Jika seseorang hilang tanpa kabar, sudah pasti tidak akan pernah kembali! Mereka pasti pergi karena aku gagal menjaga kedua janin mereka!! Dan sud-"

"JUNG JAEHYUN!!" Doyoung melantangkan suaranya, membuat Jaehyun menghentikan ucapannya. Doyoung mengatur nafasnya yang mulai tidak beraturan itu "maaf aku membentak mu, tapi bisakah kau berhenti berasumsi seperti itu?" Kini Doyoung kembali melembutkan suaranya.

"Mereka berpesan kepadaku untuk menjagamu, dan menemanimu dalam kondisi apapun. Mereka berjanji akan kembali. Kau tahu kan, bahwa Jeno dan Jaemin tidak akan bermain main dengan ucapan mereka?"

"Tapi mereka juga pernah bilang akan selalu di sisiku apapun kondisi ku, dan buktinya? Mereka pergi, Doyoung!"

"Mereka pergi bukan karena kemauan mereka sendiri! Mereka pergi atas perintah kedua orang tua mu! Merubah identitas mereka, memutuskan hubungan darah dengan keluarga mu, semua mereka lakukan bukan karena keinginan mereka sendiri! Jadi kumohon, berhenti untuk memikirkan sesuatu yang bisa merusak dirimu sendiri, mari kita pikirkan kondisi mu. Kesehatan mu adalah hal yang paling utama. Dengan kembalinya kau seperti dulu, aku yakin mereka akan kembali. Dan kau bisa menghajar mereka habis habisan." Tuturnya.

Jaehyun terdiam mendengar semua penuturan Doyoung yang panjang bak cerpen itu. Benar yang dikatakan sahabatnya, ia tidak boleh terus seperti ini. Ia harus bangkit melawan kedua orang tuanya sendiri, dan menghajar kedua adiknya jika mereka kembali.

"Kau yakin mereka pasti kembali?"

"Mereka pasti kembali. Jadi, bangkitlah dan pikirkan cara untuk menghajar mereka. Aku akan membantu mu."

Mendengar ucapan Doyoung yang terakhir, mampu mengundang gelagat tawa Jaehyun. "Kau akan membantu ku menghajar mereka?"

"Jika kau memerlukan alat untuk memukul mereka, akan ku berikan yang paling bagus sekalipun!"

Jaehyun mengulum senyumannya, menahan agar tidak mengeluarkan tawanya. Ini bukan saat yang tepat untuk bercanda menurut Jaehyun, tapi, melihat wajah sahabatnya yang begitu serius membuat Jaehyun ingin sekali tertawa.

"Janji kau akan memberikan ku alat yang bagus untuk memukul mereka" ucap Jaehyun yang masih menahan tawa melihat ekspresi Doyoung yang serius.

"Aku berjanji!"

Our HyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang