Presensi Afeksi (2)

12 2 0
                                    

Sore itu rencana Bentala gagal total kala Herlambang, Sari, Luna, bahkan Burhan tiba-tiba datang ke rumah Pak Amin. Awalnya Bentala tidak tahu ada ramai apa di teras, dia bangkit dari kasur dan keluar dari kamar dan menemukan Ranting-ranting Kusuma berkumpul. Dia kebingungan, ada acara apa tiba-tiba berkumpul begini.

"Kenapa semua ada di sini, Bang?" Sari diam-diam memperhatikan keadaan Bentala "Bahkan Sari, kau dari Subang ke sini?" Sari mengangguk pelan ditanya Bentala.

"Kak Tala sehat?" tanya Luna dengan polos, habisnya dia mendengar kabar buruk tentang Bentala— Bentala hanya mengangguk, tidak mengerti maksud Luna tiba-tiba menanyakan kesehatan dirinya dengan wajah cemas begitu. Dan begitu Luna melihat Indah dan Rian, ia segera berlari dan memeluk Rian dengan heboh.

"Yok dimulai saja acaranya!" Herlambang seperti menahan liurnya untuk menetes karena bahkan dari siang dia belum makan.

"Dasar!" Burhan menyikut perut Herlambang.

"Acara apa?" Bentala seorang yang masih kebingungan.

"Sudah, Tala. Ini hanya acara kumpul-kumpul biasa" Ancala membopong tempat pemanggangan berbentuk bulat dengan empat kaki di bawahnya dan meletakkannya di pelataran rumah Pak Amin, disusul Sari dan Indah yang membawa bahan-bahan, Herlambang yang membawa peralatan lain untuk memanggang, Burhan dengan rambut gondrong miliknya, dan Luna yang menggendong Rian. Tapi, acara seperti ini jika dilakukan di waktu yang lain tidak masalah bagi Bentala, namun malam ini kan dia harus menjalankan rencananya. Jika mereka kumpul-kumpul begini mungkin saja menginap, dan yang paling buruk adalah mereka begadang sampai pagi.

Mau tak mau Bentala ikut saja agar dirinya tidak dicurigai. Sore itu menjelang matahari terbenam mereka memanggang sosis, ayam, daging sapi, bakso dan kentang dengan baluran saos BBQ yang nikmat. Bentala mengambil bakso dan sosis di piring kecilnya lalu memakannya lagi-lagi agar dirinya tidak dicurigai. Bentala juga sesekali ikut membaur dengan topik yang mereka bicarakan, namun kali ini kentara sekali Bentala sedang tidak berada di tempat ini meski tubuhnya sedang memakan hasil panggangan. Pikirannya yang jauh entah ke mana, beberapa kali Bentala hanya diam kala yang lain tertawa, beberapa kali Bentala diam ditanya untuk meluncurkan lelucon, dan beberapa kali terpergoki hanya mengaduk-aduk saos BBQ di piring kosong miliknya.

Malam mulai jatuh, Pak Amin dan istrinya yang tak ingin mengganggu acara anak muda memakan hasil panggangan sembari menonton TV. Ancala menyalakan lampu pelataran dan menyalakan obat nyamuk untuk mengusir nyamuk. Semua bahan makanan telah habis, mereka tengah bercanda dan mengenang masa-masa yang telah lampau dengan es jeruk segar di tangan mereka. Burhan maju di tengah kerumunan dan tiba-tiba saja membacakan puisi. Semua orang menyimak kecuali Luna yang masih sibuk dengan memangku Rian di pangkuannya.

"Aku mau ke kamar kecil" di tengah-tengah Burhan membacakan puisi, Bentala hendak ke kamar kecil. Hal itu biasanya tidak menimbulkan apapun, namun dengan sikap Bentala sedari tadi, mereka berpikir Bentala tengah memiliki beban pikiran— dugaan mereka mengarah pada hilangnya Gumitir.

Bentala jadi sedikit kebingungan, apa yang harus ia lakukan untuk melancarkan rencananya malam ini. Ia tidak ingin diketahui siapapun, apalagi kakaknya. Begitu Bentala keluar dari kamar mandi, di depan pintu kamar mandi sudah berdiri Herlambang dengan wajah kenyangnya. Bentala hendak menyingkir karena mungkin Herlambang akan buang air juga, namun ketika Bentala sepenuhnya pergi meninggalkan Herlambang "kamu yakin, Tala— tidak memerlukan pertolongan apapun dariku?" ucap Herlambang tidak yakin, habisnya teman karibnya ini terlihat aneh dari biasanya.

"Pertolongan apa?" Bentala berpura-pura tidak mengerti.

"Tidak masalah kalau kamu memutuskan untuk tidak membiarkan aku terlibat dengan masalah hidupmu. Bukan gaya ku mencampuri urusan orang lain" Herlambang berbalik badan menatap mata Bentala "tapi, jika ada hal yang perlu aku lakukan untukmu— kau bisa segera menghubungi aku" lalu dia kembali berbalik dan masuk ke dalam kamar mandi.

Cirebon dan Pohon Balas Dendam (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang