Aku berjalan memasuki taman yang berada di samping gedung fakultasku. Aku melihat sekeliling memastikan tidak akan bertemu dengannya, Tio.
Kemarin sudah kumantapkan hati untuk benar-benar menjauhinya. Aku tidak akan bisa move on kalau masih terus disekitarnya, yang ada malah semakin meyayangi dan berusaha mengikatnya untuk terus bersamaku.
Kalau dipikir-pikir sejak 2 hari yang lalu, dia juga sudah jadian pastinya. Buktinya Tio bahkan tidak menghubungiku sama sekali. Hampir tiap malam aku kesulitan untuk tidur, selain badanku yang masih sakit tapi hatiku ternyata lebih sakit lagi.
Gelisah tak menentu, punggung yang seolah tertarik memikirkan apa yang laki-laki itu lakukan sampai tidak menghubungiku. Aku beratus kali ingin menyapanya duluan, tapi prinsip untuk menjauhinya semakin kuat dalam diriku. Untuk apa bertahan, benar bukan? Apalagi setelah menghubunginya, yang kudapatkan hanyalah kalimat bahwa ia berpacaran dengan Vira. Itu sangat menyakitkan.
Jika diihat, Vira bukan tipe orang yang membiarkan dirinya sendiri dan tidak terlibat dalam hubungan percintaan dengan siapapun. Dia selalu memiliki hubungan dengan laki-laki setiap saat. Setelah putus dengan Tio, tak lama dia sudah punya pacar baru dan begitupun seterusnya.
"Wah! Selamat Vir, gila, gue pikir Tio itu pacarannya sama Raya." Aku berhenti melangkah, begitu mendengar nama itu dipanggil. Siapa lagi kalau bukan wanita itu?
Entah kenapa aku tak melanjutkan jalanku dan malah memilih untuk mendengarkan pembicaraan mereka.
"Hah? Eh bener, gue juga mikir gitu, lo tau kan kalau Raya itu suka sama Tio. Lo gapapa kalau mereka sahabatan?"
Bisa kulihat Vira tersenyum bahagia sambil memegang kalung yang bisa kupastikan itu dari Tio.
"Enggak lah, gue bakalan bilang ke Tio buat putusin hubungannya dengan Raya. Ya kali ada cowok cewek sahabatan, Tio emang ga akan suka sama Raya tapi itu cewek kan enggak."
Mataku terbelalak, baru kali ini aku mendengar Vira bisa sekasar itu. Biasanya dia tersenyum dan berbicara lembut di depan Tio.
"Nah bener, kasihan banget Raya, keliatan effort segitunya sama Tio, tapi tuh cowok sukanya sama Vira." Bisa kupastikan mereka tertawa bahagia disana. Kenapa sih yang sadar effortku malah wanita-wanita itu dan bukan Tio?
"Tio sebenernya tau kok kalau Raya suka sama dia, mangkannya dia sengaja ga meduliin Raya biar tuh cewek ga kebaperan. Dia bilang semua kemarin pas nembak gue lagi. Dia bilang dari awal memang cuman teman dan bahkan ga kepikiran barang sedikitpun untuk pacaran sama Raya. Dia juga bingung Raya masih segitu baik dan setianya, padahal Tio sendiri susah untuk numbuhin perasaan ke cewek itu. Bayangin, cewek itu sudah suka 4 tahun tapi ga sadar-sadar kalau Tio itu ga bisa dia dapetin. Tio ga sulit kok buat ninggalin dia."
Niatku untuk beranjak dari sana terhenti ketika mendengar Vira mengucapkan kata-kata yang melukai hatiku.
"Lo tanya gitu ke Tio? Sumpah lo?"
"Beneran, sebagai syarat aku mau balikan lagi sama dia. Dia harus ninggalin Raya dan ya seperti dugaanku, dia bahkan bilang iya tanpa pikir panjang dan menyangkal perkataanku. Lagian apa yang disangkal, Raya kelihatan banget suka sama Tio. Sudah seharusnya Tio meninggalkan dia, mereka tak boleh terus bersama bukan?"
Hatiku benar-benar hancur mendengarnya. Jadi ini alasan Tio tidak menghubungiku akhir akhir ini. Lagi-lagi aku merasa menjadi orang paling bodoh. Dengan penuh amarah aku meninggalkan tempatku berdiri tadi. Aku tidak mau mendengar hal yang membuatku semakin hancur. Benar kata Vira, tidak seharusnya kita terus bersama!!
***
Author's Pov
Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi. Cobalah beberapa saat lagi ~
"Sial!." Tio mengeryitkan dahinya.
Dia terlihat berusaha untuk menghubungi seseorang dari tadi. Berkali-kali dia mencoba menghubungi orang itu dari berbagai aplikasi yang ada di Handphonenya, tapi hasilnya nihil.
"Sial, Raya bales dong." Dengan tangan yang mengusap keningnya keras, laki-laki ini mulai menggerutu.
Sudah berhari-hari chatnya tidak dibalas oleh temannya ini. Baru pertama kali Raya sangat sulit dihubungi, biasanya gadis itu langsung membalas setiap pesannya. Tio tahu notifikasinya dibuat khusus oleh gadis itu karena dia pernah mendengarnya langsung. Jadi bisa dipastikan Raya bisa membedakan mana chat darinya dan dari orang lain.
Sejujurnya hatinya tak tenang, ada sedikit rasa gelisah yang menyelimutinya. Dia khawatir sesuatu terjadi pada gadis itu, namun dirinya percaya jika terjadi sesuatu pasti Raya akan memberitahunya. Gadis itu selalu merasa tidak enak jika membalas pesan Tio dalam waktu lama.
Tio melihat sekitar, berusaha memastikan lagi jika Raya tidak ada di kelasnya. Ya, Tio memutuskan untuk mendatangi gedung perkuliahan Raya, bukan untuk bertemu Vira, bukan. Entah bagaimana ada rasa takut yang terus menyelimutinya dari kemarin, bahkan dari hari pertama Raya tidak membalas chatya.
Dirinya bahkan tidak bisa fokus saat mata perkuliahannya dimulai. Selalu melihat handphone dan membuka social media Raya, tapi gadis itu tidak pernah mengupdate sesuatu untuk menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja.
Banyak hal yang ingin Tio ceritakan padanya. Semua yang dialaminya selama Raya menghilang, semua hal itu yang ingin ia ceritakan. Entah bagaimana ceritanya, orang yang selalu Tio pikirkan saat mengalami sesuatu adalah Raya. Dirinya ingin menceritakan semuanya pada Raya.
To Be Continued ~
Yak, kita mulau memasuki part Tio. Akankah Tio menyesal? Sepertinya tidak hehee
KAMU SEDANG MEMBACA
CARAKU MENINGGALKANMU
Romance"Hari ini, aku akan berhenti. Aku bangga pada diriku, aku tidak melakukan sesuatu yang berlebihan lagi. Ulang tahunnya tak terasa spesial bagiku. Tidak ada keinginan untuk memberikan sesuatu yang terbaik untuknya. Rupanya kamu selalu berhasil mendo...