Putri mengikuti arah pandang Rara, terlihat sekelompok orang berkelahi. Dan yang membuatnya kaget adalah pria yang ia suka beberapa jam lalu yaitu Arnold berada di sana bersama dengan Afisan dan Meli.
"Woy!.." Putri menghampiri mereka dengan perasaan marah, sudah dapat di pastikan bahwa Putri marah pada lawan dari Arnold dkk, bukan karena apa, tapi karena ia tau pasti merekalah yang membuat mobilnya rusak.
"Naon sia.." bales mereka yang berpenampilan seperti preman, tapi memang preman asli.
"Pake nanya deui.." bales Putri.
"Lo gak ngeliat HaH? Mobil gue rusak, gara-gara ulah kalian.." sungutnya.
"HeH, siapa yang suruh lo taro mobil di situ, ya salah lo lah.." bales mereka.
"Emang percuma ya ngomong sama preman jalanan yang gak pernah di ajarin belajar.."
"Maksud lo apa.." bentak mereka dan berniat menghampiri Putri, tapi terhenti karena kedatangan Nia dkk.
"Jangan lukai orang itu.." ucap Nia.
"Kenapa memangnya bos?.."
"Mereka gak ada urusannya sama gue.."
"Ouh jadi Elo kak! Yang nyuruh mereka buat celakain teman-teman gue.." seru Arnold dengan perasaan marah pada Nia.
"Kalo iya kenapa? Mau marah, mau ngadu sama mama papa! Mau cerita tentang kelakuan gue? Bilang aja sono, toh mereka juga ngijinin gue buat ngerjain mereka berdua.." sahutnya dengan nada mengejek.
"Memangnya kita buat salah apa sama kak Nia? Sampai-sampai kak Nia benci banget sama aku dan kakakku.." sendu Meli.
"Jangan panggil gue kakak anj***! Najis banget gue jadi kakak lo.."
"Dan satu lagi, biar jelas juga. Tadi apa? Lo nanya apa salah lo sama gue?.."
"Biar gue kasih tau ya, salah lo tuh banyak sama gue. Number One! Gara-gara ulah lo, gue di hukum bersihin toilet yang joroknya, iuww.." ucapnya dengan nada jijik.
"Two! Karna kalian berani berteman sama adik gue yang levelnya beda jauh sama kalian.."
"Lo ngomong apa sih kak.." sentak Arnold.
"Diem lo.." bales Nia membentak.
"Denger ya, lo anak kampung, miskin gak punya tempat tinggal gak punya orangtua. Gue tuh udah hapal banget sama orang kyk kalian, lo pasti sama kakak lo ini, temenan sama adik gue cuma karena hartanyakan. Ngaku aja udah, gue udah tau kok.."
"Astaghfirullah, enggak kak! Kita gak pernah kepikiran sampai kesana, kita teman sama Arnold itu tulus bukan karena dia orang berada, dan satu lagi kak, tolong jangan bawa-bawa almarhum orangtua kita.." bales Meli yang kini sudah menangis dalam pelukan Rara, karena Rara berada dekat dengannya. Rara yang kaget karena tiba-tiba Meli memeluknya, juga sebenarnya ikut kesal dengan ucapan Nia.
"HeH, bisa gak lo, gak usah nyangkut pautin tentang orangtua, apalagi mereka udah gak ada.." sungut Rara dengan nada marah.
"Bodo.." ejek Nia menjulurkan lidahnya.
"Guys Hajar mereka.." perintah Nia.
Para preman itu berlari mengepung mereka dan terjadilah perkelahian yang di menangi oleh trira, dan Nia pun memilih untuk kabur bersama dengan genknya.
"Kabur juga kan lo.." sahut Putri.
"Tapi tunggu. Wait wait wait. Kalo mereka kabur, terus siapa dong yang bakal tanggung jawab kerusakan mobil gue.." ucap Putri yang kembali menghampiri mobilnya dengan perasaan sedih.
"Maaf ya Putri, gara-gara ulah kakak aku, mobil kamu jadi sasaran mereka deh.." ucap Arnold yang membuat Putri menoleh.
"Tapi kamu tenang aja Put, nanti aku bakal tanggung jawab semua kerusakan mobil kamu, aku bakal bayar semuanya.."
"Eh, gak usah. Ini mah masih biasa aja kok.."
"Malahan aku pernah ngalamani yang lebih parah dari kerusakan yang ini.." bales Putri.
"Ywdh, intinya nanti kamu chat aku aja kalo masalah pembayaran ya, nanti aku bakal bayar kerusakan mobil kamu ini.."
"Kita pamit duluan ya, takutnya kita ketinggalan angkot.."
"Kalian naik angkot pulangnya?.." tanya Putri, Rara langsung melihat ke arah kembar nakalnya, yang tak mau balik menatapnya.
"Kalian mau pulangkan ya?.." tanyanya lagi.
"Iya, kita mau pulang.." bales mereka.
"Kalian ke arah mana pulangnya?.."
"Kita ke arah selatan.." bales mereka.
"Oh ywdh, gimana kalo kalian pulang bareng kita? Kebetulan kita juga searah.."
"Mm- kyknya gak usah deh Put, makasih atas tumpangannya tapi kita nunggu angkutan umum aja.." bales Afisan tersenyum ramah.
"Tapi udah jam segini, gak bakal ada angkot, udah ayo ikut. Sebentar lagi juga hujan mau turun nanti kita kebasahan.." ucap Putri dan benar saja hujun turun tiba-tiba.
"Gilak beneran turun, Put.." gumam Rara yang bisa terdengar oleh mereka.
.....
Percepat, mereka sampai di rumah Arnold, rumah yang cukup terbilang sangat mewah. Terlihat juga di sana ada Nia dkk sedang duduk di teras dengan kesibukan mereka.
"Nia beneran kakak lo?.." Putri memastikan.
"Iya.." balesnya.
"Eh gue pulang duluan ya, Rara, Putri makasih atas tumpangannya. Gue titip teman-teman gue ya.." seru Arnold.
"Iya santai aja.."
Setelah Arnold turun, Putri melajukan mobilnya menuju rumah Afisan dan Meli yang berada dekat dengan perkebunan buah naga. Tak lama mereka tiba di gubuk kecil, gubuk yang sudah tidak layak lagi digunakan sebagai tempat tinggal atau bisa disebut sebagai rumah lagi.
"Ini tempat tinggal kalian atau?.." Rara sedikit berhati-hati dengan ucapannya karena takut menyinggung perasaan mereka.
"Iya Ra, ini tempat tinggal kita.." Afisan tersenyum ramah membalas ucapannya.
"Kalian tinggal sama siapa aja?.."
"Kita tinggal cuma berdua, karna orangtua kita sudah meninggal 5 tahun yang lalu.."
"Maaf ya.." sesal trira tak enak hati.
"Gpp kok.." bales mereka tersenyum.
"Kalian mau mampir dulu kah?.."
"Boleh, tapi mungkin kita cuma sebentar mampirnya, karena kita ada janji sama kakak kita, gpp kan.." ucap putri diangguki keduanya.
"Gpp kok, kalian mau mampir aja, kita udah seneng, ternyata kalian baik ya.." ucap Meli.
"Alhamdulillah, kalo kalian pikir kita begitu.."
.
.
.
.
Hay apa kabar sayangku semua, sehat-sehat ya,
Jangan lupa vote and komen. Anggap saja sebagai apresiasi untuk author 😁.Terimakasih banyak.

KAMU SEDANG MEMBACA
One Step To Big Family (TAMAT)
Fiksi Penggemarjangan lupa follow me dan vote sesudah membaca, biar ator semangat ngetik dan nge-up, oke thanks for you guys