Surat 06: Reruntuhan Kuno

12 5 0
                                    

Semoga para Dewa masih memberkatimu saat surat ini tiba. Karena mereka baru saja memberkatiku!

Kabar burung itu memang benar adanya, reruntuhan yang dikabarkan memiliki sejumlah monster besar yang menjaga pintu masuknya dan beberapa monster yang lebih kecil di dalamnya. Salah satu monster yang menjaga pintu masuknya adalah monster berperawakan manusia setidaknya dua kali tinggiku. Kulitnya nampak seperti daging panggang, dan api yang berkobar menyelimuti tubuhnya. Monster ini tidak memberikan banyak perlawanan saat berhadapan dengan para Petualang.

Monster lainnya adalah seekor binatang dengan 8 kaki berujung runcing, dan lapisan-lapisan yang tampak seperti baja menutupi tubuhnya. Ukurannya kurang lebih setengah dari tinggiku, dengan kurang lebih 7 pasang mata berwarna merah menyala. Mereka memiliki warna hitam legam dan taring yang berselimutkan bulu-bulu lembut. Mereka juga bisa merayap di dinding dan atap. Dari yang kuamati, mereka adalah monster yang paling menyusahkan bagi para petualang.

Terlepas dari itu, mereka berhasil menembus penjagaan para monster dan masuk ke dalam reruntuhan, yang mana kemudian aku turut memasukinya. Reruntuhan ini terbuat dari ratusan hingga ribuan batuan berwarna merah tua, dengan tekstur yang halus. Batu-batu itu dipotong dengan mulus membentuk sebuah balok dan ditumpuk satu sama lain mengikuti pola tertentu. Nampaknya mereka juga direkatkan menggunakan sesuatu seperti lumpur keras.

Di dalamnya, reruntuhan ini disusun seperti sebuah labirin. Ada banyak kelokan dan ruang kecil tanpa apapun di dalamnya. Terkadang ada beberapa jebakan yang terpasang di sana-sini, tapi para Petualang sudah mematikannya saat mereka melewatinya. Aku terus mengikuti mereka hingga mereka mencapai ruang harta karun itu. Di dalamnya adalah ratusan keping emas dan sejumlah berlian berkilau, tapi di dalamnya juga terdapat monster yang besarnya bagaikan rumah. Monster itu memiliki 4 lengan, masing-masing menggenggam sebilah pedang. Di kepalanya adalah sebuah pelindung berkilau dari berlian dan sepasang tanduk yang menjorok darinya, sedangkan seluruh tubuhnya tertutupi oleh baju baja tebal.

Selagi para Petualang bertarung dengan monster itu untuk merebut harta karun di hadapan mata, aku berhasil memetakan jalur menuju ke ruang tersebut, dan segera berlari keluar dari reruntuhan dan kembali ke Sicylayn. Aku berhasil kembali ke ibu kota sehari sebelum para Petualang, dan juga mendapatkan hadiah yang dijanjikan. Aku berniat untuk berangkat dari kota ini segera sebelum mereka menyadari kalau aku mengambil keuntungan mereka dari pemetaan mereka sendiri.

Aku sudah menemukan sebuah karavan yang hendak berangkat ke Benua Sentral, jadi aku akan menumpang ke sana.

Aku sekali lagi berharap para Dewa tetap menjagamu.

TRAVELSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang