02. Kehangatan Keluarga Salim

105 13 0
                                    

Bogor, January 2

Malam pertama liburan keluarga Salim berjalan dengan baik. Tidak ada yang berubah, tetap dengan papa yang kocak dan Tama yang receh. Belum lagi celotehan mama yang banyak mengundang tawa. Dan bintang utamanya adalah si kecil Flora yang mengoceh sepanjang malam.

Semalaman Aurel tak banyak bicara, karena entah kenapa dia malah ingin menangis melihat sempurnanya keluarga ini. Aurel merasa tidak bersyukur, dia punya segalanya, tapi malah meninggalkannya.

Hingga saat pagi datang, mama dan Citra -istri Tama- sedang sibuk memasak di dapur, sedangkan para laki-laki sedang menikmati kopi hangat di teras villa.

Aurel tentu bergabung di dapur, tapi tidak ikut mengolah bahan-bahan. Dia duduk di kursi bar sambil menyomot strawberry di sana.

"Flora belum bangun, kak?" tanya Aurel

"Belum, tahu sendiri semalam tidur jam berapa dia" jawab Citra

"Kamu pengen kemana, Rel?" tanya mama yang sibuk mengaduk kuah sup di panci

"Apanya, Ma?"

"Hari ini kamu pengen kemana? Mumpung ada semua nih"

"Hmm, nggak tau, Ma" balas Aurel

Citra yang sadar akan perbedaan sikap Aurel hanya menatap sekilas adik iparnya itu. Seperti biasanya, nanti saat tinggal berdua, Citra akan coba ajak bicara.

Belum juga selesai mama ingin berucap lagi, tiba-tiba suara tangisan Flora terdengar memanggil-manggil Citra dari lantai dua. Citra buru-buru menuju wastafel untuk cuci tangan, tapi belum selesai tiba-tiba Tama muncul dari teras depan.

"Aku aja, Bun" ujarnya yang kemudian menaiki tangga

"Langsung cek popoknya ya, Mas" ujar Citra setengah berteriak karena Tama sudah menaiki setengah tangga

Aurel tersenyum, "Nggak nyangka Bang Tama bisa gitu ke Flora. Perasaan dulu ke sekolah Aurel di Edinburgh aja dia risih parah"

Citra ikut tersenyum, karena dia dulu melihat sendiri. Saat berbulan madu di Edinburgh, mereka mengunjungi sekolah musik milik Aurel di sana. Sekolah itu memang khusus untuk anak-anak, dan Tama sangat risih dengan itu, dia menganggap anak-anak itu berisik.

"Itu namanya naluri seorang ayah" sambung mama

Aurel terkekeh, "Oh ya, kak, Ma, Flora udah bisa main piano?"

Citra ingin menjawab, tapi dia melirik mama lebih dulu.

"Belum bisa banget sih, tapi dia udah ngerti mainnya. Persis kamu dulu, Rel" mama yang menjawab

"Kak Citra nggak masalah?" tanya Aurel

"Kenapa jadi masalah? Anaknya aja seneng kok, sampai nggak mau diajak pulang dari rumah mama" jawab Citra setengah tertawa

Aurel tertawa pelan.

"Kayaknya Citra harus beli piano deh, ma, buat di rumah" ujar Citra

"Jangan dulu, kak! Nanti takutnya bosen dia" sahut Aurel

"Iya sih, tapi karena mainan piano dia sampai nggak mau mainan yang lain loh, Rel" jawab Citra

"Beliin buku-buku tentang musik dulu aja, Cit. Flora kan suka tuh baca buku, nanti kalau beneran tertarik anaknya, baru deh kalian beli piano" saran mama

"Iya ya, Ma. Coba deh, nanti Citra cari-cari bukunya"

"Nda..." ujar Flora yang berada di gendongan Tama, mereka baru saja sampai di lantai satu

"Iya, nak. Udah ganti popok?" tanya Citra

Flora mengangguk, nyawanya seperti belum terkumpul sempurna. Jadi dia menyandarkan kepala di pundak ayahnya.

Meeting You Was A Nice Accident || Kim Doyoung & Kim SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang