.
.
Boyfriend! Yoongi x 48 Idol!Jimin
.
.
"Jiminnie tidak makan?" Hoseok berujar sambil menaruh porsi nasi kedua di mangkuk milik Jungkook. Yang ditanya hanya menghela napas, sumpitnya dimainkan dengan enggan di antara potongan jamur rebus berlumur saus, masih cukup hangat sebab koki asrama baru menyajikannya sepuluh menit lalu. Nasinya pun baru tercuil dua kali.
"Tidak lapar."
Serentak, empat pasang mata yang duduk mengitari meja, juga enam kepala lainnya yang menyantap makanan di meja sebelah berpaling ke arahnya seolah baru saja mendengar skandal, tidak terkecuali Yeonjun yang masih berusaha menggigit sepotong gorengan. Seisi ruang makan terdiam selagi Seokjin, dengan amat perlahan, menaruh sumpitnya di sisi mangkuk dan Jungkook yang tak mau rugi, sempat melahap sesuap nasi.
"Tidak lapar katamu?" delik senior bertubuh jangkung tersebut. Jimin, makhluk yang selalu mengamuk jika di studio tidak ada camilan—tak mungkin sengaja menolak sarapan, "Serius?"
"Jangan-jangan sakit," Hoseok beranjak menuju jarak dua kursi lalu berdiri di samping Jimin. Telapak tangannya ditempelkan terbalik di pipi pemuda itu seraya mengerenyit, "Sudah kubilang bermain salju malam-malam adalah ide buruk. Ningning sudah bersin-bersin sejak pagi, sekarang malah ada yang kena demam."
Memajukan bibir, Huening menutup mukanya dengan piring kosong sementara Jimin mendengus pelan. Dipaksanya mengunyah jamur sembari melirik Hoseok yang tetap berdiri, "Aku baik-baik saja," kemudian mengangguk pada anggota lain agar meneruskan makan. Sejumlah kepala lantas menurut, kecuali Seokjin yang kini menopang dagu dengan mata menyipit.
"Kalau tidak sakit, kenapa makannya sedikit?"
"Aa, mungkin gara-gara aku terlalu banyak minum," Jimin mengetuk tepi gelas airnya, agak menghindar dari lengan Jungkook yang ikut tergoda mengecek suhu tubuh, lantas meringis datar menyikapi Seokjin yang semakin menyipit, "Senior tak perlu khawatir."
Ditepis begitu, Seokjin malah berdecak keras dan Hoseok yang menangkap sinyal bahaya pun, spontan menyuruh mereka menghabiskan sarapan diiringi satu tepukan tangan, menilai wawancara di stasiun televisi akan dimulai pukul delapan. Jungkook bergeser ke kursinya, meneguk sup tanpa suara selagi Jimin meremas sumpit setengah merutuk.
Memang dasar bodoh, gerutunya. Padahal sadar jika suhu di luar sana sempat turun drastis, tapi tetap mengiyakan ketika Jungkook dan Huening mengajak bermain perang salju. Menjadi salah satu anggota termuda memang memiliki keuntungan tersendiri, selain karena Jungkook—sang putra direktur ada di tengah-tengah mereka, para senior tidak akan tega menggeleng atau mencegah. Toh hampir tak ada pejalan kaki yang melintas di depan gedung, sementara kompleks sekitarnya juga dihuni oleh kediaman para pesohor. Tidak masalah bersenang-senang barang sebentar, rayu Huening menyesatkan. Jarang punya kesempatan, Jimin mengaku sangat menikmati bagaimana serunya membidik sasaran sambil menjatuhkan diri ke tengah gundukan. Satu dua kali bahunya bergidik menahan dingin, tapi keseruan yang ditimbulkan dari teriakan girang Jungkook dibarengi Huening yang melompat histeris, seperti menyingkirkan keraguan bahwa kondisi tubuhnya mulai memberi lampu kuning. Sampai saat manajer menyuruh mereka masuk, Jimin tak lagi menghitung berapa kali giginya berderit.
Sekarang dia tak mungkin begitu saja menyerah pada flu. Timnya terlanjur terikat jadwal padat hingga akhir tahun, dan Jimin enggan memberi masalah atau bertindak kurang profesional dengan mangkir dari kegiatan. Di sisi lain, dia juga tak berniat menyebabkan anggota lain tertular sakit jika terus berdekatan.
Menggeser kursi ingin berdiri, Jimin menghindar dari naungan sorot-sorot penasaran, terutama dari para anggota yang mengamatinya berhias tatap curiga.
"Aish, sudah kubilang tidak ada yang perlu dikhawatirkan," sergahnyam mengibaskan tangan di depan hidung, "Aku akan ganti baju."
YOU ARE READING
MEILI | BEAUTIFUL (YoonMin)
Fanfiction[BTS - YoonMin/SugaMin] Segalanya yang ada pada Jimin itu cantik, termasuk sepasang mata yang membius Yoongi hingga ke dalam sukma. Tapi jika diminta bercerita, Yoongi akan berpikir dua kali karena buku tulis setebal apapun tak akan cukup menampung...