🚫Happy Reading.🚫
Brisia saat ini sedang memakan roti seraya menatap ponselnya berharap Fiora segera menghubunginya.
Matahari hampir tepat berada di atas langit, cuaca saat ini mendadak sangat panas, dan membuat gadis itu kepanasan hingga kini ia hanya mengenakan baju kaos milik Fiora yang berada didalam tas.Robert sendiri sedari tadi sibuk mengintai dibalik cela gorden, iapun berharap bahwa Fiora dapat segera kembali sekalipun ia gagal mencari jalan keluar, namun setidaknya mereka dapat bersama kembali.
Ia merasa bodoh mengapa membiarkan gadis itu untuk pergi sendiri tanpa mereka, padahal mereka dapat menggunakan ilmu beladiri yang selama ini dipelajari untuk melawan makhluk-mahkluk itu, namun karena situasi yang berubah secara tiba-tiba, mereka tak dapat berpikir dengan jernih.
Saat ini ia dan Brisia hanya dapat berharap Fiora segera kembali dengan selamat.
Mereka bahkan mengirit perbekalan yang ditinggalkan oleh Fiora, setiap mereka meminum air ataupun memakan sedikit dari makanan tersebut, bayangan Fiora selalu saja menghantui pikiran mereka.
Mereka takut jika gadis itu tak dapat makan dan minum selama semalaman."Bri, apa ada kabar?" ujar Robert berbisik.
"Tidak ada, apa kita hubungi saja ponselnya? Aku takut ia kenapa-kenapa." Brisia menjawab dengan wajah yang semakin gelisah.
"Tunggu hingga pukul satu siang nanti, jika ia masih belum mengirimi kabar maka kita yang akan mengiriminya kabar." ujar Robert yang diangguki oleh gadis itu.
"Bagaimana keadaan diluar?" kini Brisia yang bertanya pada Robert.
"Mengerikan, makhluk-mahkluk itu kini kembali berkeliaran setelah mereka pergi menuju sumber suara ledakan." sahut Robert seraya menunjuk salah satu dari makhluk itu ysng kini sedang merunduk memakan jasad dibawah lantai.
Suara cecapan dan geraman terdengar saat ia makan, membuat Robert dan Brisia saling menutup mulut mereka masing-masing.
Mereka segera menunduk saat sosok itu seperti mengetahui keberadaannya, mereka saling berpelukan dan berusaha agar tidak menimbulkam suara apapun.
Gggrrrggg
Geraman itu terdengar semakin dekat dan mereka semakin bergetar ketakutan, mereka tak memiliki apapun untuk melawan, beladiri saja tak cukup karena jika mereka membuat keributan maka makhluk-mahkluk yang lainnya akan segera mendatangi mereka.
Untuk saat ini mereka hanya bisa terdiam seperti ini, dan semoga makhluk itu cepat pergi dari sana.
Di film dan di kehidupan nyata sama-sama menakutkan, semoga saja ada superhero yang akan menyelamatkan mereka dari situasi seperti ini.***
Fiora merasa sedikit kesulitan untuk berjalan, bukan hanya karena dia di unboxing duluan, namun ia merasa bahwa inti tubuhnya mengalami luka lecet karena terasa perih dan ngilu.
Gadis yang kini menjadi wanita muda itu terduduk diam seraya memperhatikan layar didepan matanya.
Ia melihat kedua temannya selamat dan bersembunyi di perpustakaan.Ia juga sempat was-was saat melihat bayangan makhluk itu dari balik jendela. Ia khawatir makhluk itu bisa masuk dan melukai teman-temannya.
Ia harus pergi secepatnya untuk menolong mereka, namun Kotaru mengatakan untuk tunggu sebentar lagi, karena kondisi diluar cukup berbahaya."Ayo sayang, kita jemput teman-temanmu itu sekarang." ujar Kotaru seraya membelai paha Fiora yang kini tertutup celana pendek.
Kemeja yang ia gunakan semalam tak dapat digunakan kembali karena dirobek oleh Kotaru, bahkan kancing celananya pun entah hilang kemana.
Semalam pemuda itu benar-benar dipenuhi oleh gairah saat Fiora berada dibawah kungkungannya. Kali ini ia tak akan bersembunyi dalam mendekati wanitanya.
Karena si cantik kini telah menjadi miliknya, jika saja ia benar-benar tak punya hati, Kotaru lebih memilih untuk mengurung Fiora hanya untuk dirinya sendiri, ia akan tetap menikmati tubuh molek yang membuatnya ketagihan.
Fiora kini memakai hoodie yang digunakan Kotaru semalam dengan celana pendek dan sepatu kets putih yang membalut kakinya.
Ia menggandeng lengan Kotaru sebelum ia kembali disudutkan didinding dengan kedua tangannya yang mengukungnya tepat ditengah."Ada apa?" tanya Fiora.
"Aku tidak ingin kamu keluar dari ruangan ini sebenarnya, namun aku juga memiliki urusan diluar sana, jadi ingatlah bahwa kamu sudah menjadi milikku, jika kamu macam-macam aku akan berbuat lebih dari semalam kamu. Mengerti?" Kotaru menekan ujung kalimatnya seraya membelai bibir Fiora dengan jarinya.
Fiora yang tak tahu lagi harus berbuat apa kembali mengangguk pasrah, membuat Kotaru tersenyum kecil lantas menciumnya beberapa saat.
"Manis." ujar Kotaru mengusap bibir Fiora yang terlihat basah dan bengkak akibat ulahnya.
Saat pintu ruang rahasia itu terbuka, nampak suasana diluar kosong melompong. Fiora mengenggam erat lengan Kotaru yang berada disampingnya.
Ia kembali merasa was-was saat mereka hendak menuruni tangga ke lantai dua, sebelum mereka keluar ia sempat mengawasi area luar dari monitor yang terpasang di ruangan rahasia, dan dilantai dua cukup banyak makhluk-mahkluk itu berkeliaran.
Namun ia merasa heran karena sepanjang perjalanan ia tak menemukan satu pun dari mereka berkeliaran, padahal ia sangat yakin bahwa tadi terlihat banyak di lorong menuju perpustakaan ini, hanya ada potongan tubuh ataupun mayat yang keadaanya sudah sangat mengenaskan.
Tok tok tok
Fiora menatap sekitar dengan was-was, wajahnya cukup pucat saat ini, namun Kotaru justru terlihat sangat tenang, ia bahkan tak segan-segan mengecup pipi Fiora beberapa kali.
"Robert, Brisia ini aku." Fiora sedikit mengeraskan suaranya diiringi ketukan di pintu, sungguh jantungnya seakan hendak keluar saat itu juga. Ia ketakutan!
Didalam ruangan kedua orang tersebut sedikit terkejut saat ada suara ketukan di pintu, mereka cemas.
Namun saat mendengar suara orang yang mereka tunggu, mereka segera mengintip dari sela jendela.Robert segera memindahkan lemari yang menghalangi pintu agar dapat membukakan pintu untuk Fiora.
Saat kunci telah dibuka, Brisia segera menubruk Fiora dengan memeluknya dengan erat.Sesekali ia terisak kecil merasa bersyukur bahwa temannya masih selamat.
Robert menepuk pundak Fiora dan menghapus sudut matanya yang mengeluarkan cairan bening.Brisia tersentak saat seseorang menarik Fiora menjauh darinya, ia hendak memarahinya jika itu manusia dan akan berusaha menyelamatkan Fiora jika itu adalah salah satu zombie yang menangkap mereka.
Namun ia tak bisa berkutik saat melihat bahwa orang yang menarik temannya itu adalah senior mereka di universitas.
Ia heran kenapa orang ini bisa ada disini namun ia juga lega karena berarti semalam temannya tidak seorang diri.Tidak tahu saja mereka berdua apa yang sudah senior mereka lakukan pada Fiora, mereka bahkan tidak menyadari bahwa saat Fiora berjalan terlihat sedikit berbeda.
Namun karena tak memperhatikan hal-hal kecil itu, Fiora sedikit menghela nafas lega untuk sesaat, ia tak tahu apa yang harus dijelaskan bila mereka bertanya padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Death.
Fantasy🚫🚫Warning 1821+🚫🚫 cerita ini hanyalah fantasi yang dikembangkan kembali dalam sebuah cerita yang dikemas sedemikian rupa. nama, tempat, dan segala yang tertuang disini hanyalah karangan fiktif dari penulis. selamat membaca. Alviora Carmellita ha...