6

24.3K 1.5K 19
                                    

Hello ! 

Yuk jangan lupa vote and commentnya  :)

Aku skan sangat bahagia kalo kalian berkenan follow Lembayunsenj





Isyana duduk di depan cermin kamar kostnya, wanita itu menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Diambilnya eyecream yang sudah hampir habis, Isyana sudah berusaha sekuat tenaga untuk menghilangkan mata panda yang mulai menghitam.

Bagaimana matanya tidak menghitam jika hampir setiap hari dirinya begadang, entah untuk mengerjakan artikel freelancenya atau begadang hanya karena overtinking karena memikirkan Sultan.

Sudah seminggu berlalu sejak malam itu. Malam dimana Sultan mengajaknya membangun rumah tangga, namun dirinya belum juga memberikan jawaban. Isyana mendengus saat menyadari jika mereka berdua tidak bertemu bahkan mereka tidak berkomunikasi lewat ponsel.

Mungkin memang Sultan benar benar ingin memberi dirinya waktu, sehingga tidak ingin mengganggunya seminggu ini. Namun entah kenapa hal ini lah yang malah membuat Isyana uring uringan.

Setelah menyelesaikan rituan skincare malamnya, wanita itu berbaring di ranjang tempat tidurnya. Berusaha unutk tidur meskipun isi kepalanya terlalu berisik. Rasanya baru sebentar Isyana menutup matanya namun suara teriakan dan gaduh menganggu tidurnya.

Awalnya wanita itu mengabaukannya, namun semakin lama kegaduhan itu semakin berisik. Bahkan kini pintu kamarnya diketuk dari luar. Isyana mengerang sebal, lalu bangkit dan membuka pintu kamar kostnya.

"Ada apa Wi?" wajah panik Dewi menyambutnya.

"Mbak Ada yang bunuh diri. Zara, beberapa hari yang lalu dia bilang katanya mau ikutan lari minggu pagi bareng. Pas aku ketok ketok pintu kamarnya engga bangun bangun. Di telepon juga engga diangkat. Pada baru sadar kalo Zara udah engga keluar kamar 2 hari. Ternyata dia nyayat pergelangan tangannya sampai kehabisan darah."

Isyana yang masih berusaha mengumpulkan nyawanya pun mematung, terkejut dengan berita yang Dewi sampaikan. Zara merupakan mahasiswa semester 5, dirinya memang agak pendiam dan cenderung introvert.

"Udah ngabarin Mbak Kelana?"

"Udah Mbak, polisi baru aja dateng. Ini anak anak pada di evakuasi dulu."

"Ya udah bentar aku ganti baju sama ambil hp."

o0o

Senin sore, Heaven Bakery tampak semakin ramai. Antrian mengular sudah menunggunya di depan kasir. Hari ini Isyana masuk kerja shift sore, biasanya dirinya tidak masalah dengan antrian sepanjang apapun. Namun hari ini dirinya benar benar lelah dan kurang tidur.

Semalam beberapa tetangga kostnya memilih untuk menginap di penginapan dengan harga murah. Tentu mereka tidak berani untuk tetap berada di kost yang menjadi tkp bunuh diri. Isyana pun ikut serta saat Dewi mengajaknya patungan menyewa penginapan dengan ranjang twin bed.

Isyana menyapa rekan kerja yang bertugas shift pagi, kini gilirannya untuk menggantikan rekannya itu melayani antrian yang masih mengular. Bahkan semakin panjang saja antriannya.

"Thanks ya dek, aku ke belakang dulu. Semangat kerjanya!" Inara rekan yang sudah lama bekerja di Heaven Bakery itu menyemangati Isyana.

Isyana tersenyum, "hati hati Mbak pulangnya."

"Siap."

Kini Isyana memasang senyum terbaiknya, melayani satu persatu pelanggan Heavens Bakery. Beginilah jika bekerja, meskipun suasana hati sedang tidak baik dirinya harus tetap ceria dan ramah melayani pelanggan.

BETTER THAN WORDS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang