2. Cinderella untuk semalam

667 100 3
                                    

"Karena setelah saya pikir lagi, semuanya bisa jadi lebih mudah karena dia gak punya sesuatu yang saya punya banyak."

"Apa itu?"

"Uang."

$$$

Gila. Malam ini sungguh gila. Untuk pertama kalinya Lily tersenyum palsu sambil mengucapkan terima kasih pada ratusan orang yang BAHKAN TIDAK IA KENAL untuk sesuatu yang BAHKAN TIDAK IA MENGERTI! Cici, sahabatnya, sampai meminta penjelasan yang sungguh Lily sendiri juga membutuhkannya.

Ya, ia sangat membutuhkan penjelasan untuk semua kejadian gila ini. Jadi, di sini lah ia berada, di salah satu kamar hotel yang masih satu gedung dengan tempat pesta digelar. Sementara Cici, menunggunya tepat di luar kamar bersama seorang pria bernama Indra yang katanya adalah asisten pribadi dari pria yang kini berdiri dengan gagah di hadapannya.

"Jadi, penjelasan seperti apa yang bisa Anda berikan pada saya?" tanya Lily dengan bahasa yang formal. Sedikit menekan debaran jantungnya yang berdetak tak normal karena ia masih tak percaya bahwa di hadapannya kini berdiri salah satu jenis pria yang biasanya hanya bisa ia curi-curi pandang di restoran mewah tempatnya bekerja. Jenis pria seperti apa? Yakni jenis pria yang tampan dan gagah dibalut dengan setelan jas mahal. Dan memiliki bau uang yang sangat menyengat.

"Duduk dulu." Pria itu mempersilakan Lily untuk duduk di tepian tempat tidur.

Namun Lily menganggapnya hal lain hingga yang dilakukannya kini adalah memeluk dirinya sendiri sambil memekik, "NO!" Tidak ada salahnya untuk berpikiran buruk pada orang asing yang menyatakan diri sebagai calon suaminya ini. Lily harus berpikir macam-macam di zaman yang gila ini.

Pria di hadapannya sekarang malah tersenyum. Lalu mengulurkan tangan, hendak memperkenalkan diri.

"Nama saya Pradana Agnibrata."

Dengan ragu, Lily membalas jabat tangan itu. "Lily Fiorella."

"Kamu benar gak punya pacar atau suami?"

"Iya," jawab Lily sambil menarik tangannya kembali. Sebenarnya ia merasa tak nyaman berada dalam kamar dengan pria asing ini, apalagi dress model tali yang dipakainya memang cukup terbuka, mengekspos punggung meski untungnya tidak sampai menunjukkan belahan dada.

Pra menyadari ketidaknyamanan yang wanita itu tunjukkan karena Lily kini memeluk dirinya sendiri, seakan berharap bisa melindungi diri dengan itu. Lantas Pra pun melepaskan jasnya, berjalan mendekat dan menyelimuti tubuh Lily dengan jas tersebut.

Lily terpaku, harum maskulin dari Pra kini terasa sedang menyelimuti dirinya. Cukup takjub dengan kepekaan pria itu. Ia berterima kasih dan mengeratkan jas yang pria itu sampirkan di punggungnya. Ia sangat suka dengan harum parfum yang menguar dari jas milik Pra. Pasti sangat mahal. Harganya mungkin bisa untuk makannya selama beberapa bulan.

"Umur kamu berapa?" tanya Pra. Meski ia sebenarnya sudah memiliki tebakannya sendiri. Namun untuk memastikan, tentu ia harus bertanya.

"Dua puluh dua tahun."

Pra meringis karena tebakannya ternyata salah, bukan 23 tahun. Ia lalu menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal. "Masih kuliah?" tanyanya lagi.

"Iya," jawab Lily. Ia memang masih kuliah dan sambil bekerja. "Jadi bisa jelaskan ada apa ini? Kenapa Anda malah terus bertanya?"

Pra menarik napas sebentar, bersiap untuk memberikan penjelasan yang singkat padat dan jelas, "Umur saya 32 tahun. Saya putra tunggal dari Raden Agnibrata dan Ruby Agnibrata yang merupakan tuan pesta malam ini. Saya harus menikah tahun ini karena suatu alasan. Jadi, apa kamu mau menikah dengan saya?"

Suddenly Became Cinderella Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang