BC : Sirkuit 048 - II -

50 5 0
                                    

Chapter 08

Seorang perempuan berbaju kurang bahan berjalan ketengah-tengah arena, pistol yang ia bawa sudah diarahkan keatas.

"Three.. Two.. One.. GO!!" suara letupan yang berasal dari pistol tersebut terdengar.

Deru motor terdengar, semua joki sudah melajukan motor mereka dengan begitu cepat. Sorakkan ricuh penonton terdengar begitu kencang.

"Yakin banget gue kalo Jav or Luke bakal menang!" seru Zerlyn semangat, gadis itu bahkan sudah meneriaki nama kedua lelaki itu.

Yuan berdecih, "Gue juga punya loh yang kalo Ducati mah"

Zerlyn mendelik sinis, "Iya tapi lo mah pelit"

Yuan memutar matanya malas, ternyata benar kata Keyla gadisnya ini memang agak lain.

Tak jauh dari tempat sejoli itu, ada pasangan lain yang tengah berfokus pada pertandingan. Bukan keduanya, hanya si perempuan saja karena si lelaki tengah menciumi telapak tangan perempuan tersebut.

Melannie sesekali berdecak dan kadang mengumpat ketika melihat anggotanya yang tertinggal.

"Emang dasar anak cewek gak bisa disandingin sama cowok!" dengus Melannie, ia kemudian menatap lelaki disebelahnya yang masih asik dengan tangan miliknya.

"Ini lagi satu! Udah geh Lex, geli!"

Theo mengabaikannya, ia tetap melanjutkan kegiatan yang tengah ia lakukan.

"Yang gue denger lo sekarang di Sanjaya" seru Theo tiba-tiba.

Melannie mengangguk, "Dan gue harap lo gak ikut pindah ke Sanjaya"

Theo mengangguk malas, "Tapi Minggu depan kita ada tanding terakhir, ya semacam tanding persahabatan"

"Oh, sama tim basket abang gue dong?"

Theo mengangguk, ia kemudian kembali menciumi telapak tangan Melannie.

"Dimana?"

"Sanjaya"

Melannie mengangguk sebagai jawaban, ia kembali melihat kearah arena dengan serius.

❆❆❆

Disisi lain sirkuit, terdapat enam lelaki yang tengah menyaksikan acara tersebut sembari bersantai.

"Yang turun Javeer sama Lucas" seru Hyugo.

"Walah.. Bisa gawat yang lainnya kalo Javeer sama Lucas turun mah" celetuk Silas, "Untung anggota kita gada yang turun"

"Kata siapa?" tanya Seno datar.

"Loh emang ada?" tanya Silas heran.

"Ada" bukan Seno, namun Gion yang menjawab.

"Positif kalah" celetuk Hyugo yang dibalas anggukan oleh Silas.

"Foxy Lady juga turun" seru Gion yang membuat kelima sahabatnya menoleh.

"Tapi bukan ketua atau intinya" lanjut Gion yang membuat kelimanya menghela napas lega.

"Tumben FL turun" celetuk Arzen.

"Lah iya! Kalo FL ada yang turun, berarti ketua atau intinya juga ada disini dong!" ujar Silas.

"Bisa jadi" jawab Gion.

"Eh Zen, itu.. Bukannya kembaran si Nadine?" ujar Hyugo tiba-tiba sembari menunjuk sejoli yang tengah berdebat kecil.

Bukan hanya Arzen, semuanya kompak menoleh kearah yang ditunjuk oleh Hyugo.

"Matheo" gumam Devano yang masih dapat didengar oleh Arzen dan Gion.

Arzen menggeram kesal, "Kalem bree!" seru Silas setelah mendengar geraman Arzen.

"Mungkin mereka cuma pacaran" lanjutnya sembari menggeleng kecil.

Arzen menatap sinis kearah Silas, Silas yang menyadarinya hanya tersenyum dan meminta maaf.

"Tenang dulu Zen, dia Matheo. Bakal ribet kalo ribut disini" ujar Seno datar.

Gion mengangguk, "Lebih baik lo nanya Melannie dulu besok, tanya baik-baik jangan sambil marah" ujarnya.

"Minggu depan kita ada tanding bareng mereka, jangan buat ulah" peringatan Devano dengan mata yang menatap tajam Arzen.

Arzen mendengus, namun setelahnya ia mengangguk menyetujui.

"Padahal baru aja mau gue gebet" gumam Silas.

BUGH

❆❆❆

Pertandingan tadi sudah selesai, dan seperti yang sudah mereka duga, Javeer memenangkan balapan kali ini diikuti Lucas yang berada di nomor dua.

Dan saat ini Ducati hadiah balapan itu tengah dipacu oleh Zerlyn di arena balap. Tentunya disaksikan oleh mereka yang belum pergi dari sirkuit.

"Kali-kali jajanin Ducati buat tu anak" Senggolan kecil diterima Yuan dari si pemilik motor.

Yuan berdecak, "Gue beli Ducati yang dirumah aja seminggu kagak di tf mami" seru Yuan kesal, kesal dengan ledekan sahabatnya juga kesal dengan pacarnya yang kini tengah menggeber motor tersebut di lintasan, dengan masih menggunakan mini dress nya.

"Pulang kemana?" tanya Theo sembari menenteng tas mewah milik Melannie.

"Hm? Ke rumah Alen, izinnya nginep disana" jawab gadis itu sembari mengoleskan lipbalm pada bibirnya.

"Apartemen gue aja" celetuk Theo.

Melannie yang tengah memasukan lipbalm pun menoleh, "Terus sekolah gue gimana? Bajunya udah gue simpen dirumah Alen" tangan gadis itu kembali mengambil sesuatu yang ada di dalam tasnya, kali ini parfume.

"Minta Alen kirimin ke apart gue lah" Theo hanya menyaksikan gadisnya yang sedang membenahi dandanannya, dengan tangan yang tentunya setia memegangi tas mahal tersebut.

Melannie tidak menanggapi ucapan Theo, ia berfokus dengan kegiatannya. Setelah selesai, Melannie kembali menatap lelakinya.

"Anter gue ke rumah Alen, terus paginya anter gue sekolah. Gimana?" tawar Melannie, ia tau jika lelaki ini pasti tidak akan menyerah akan keinginannya.

Theo diam, ia tengah beradu dengan pikirannya sendiri. Setelah beberapa saat terdiam, Theo akhirnya mengangguk setuju.

"Yaudah, ayo balik" Melannie menarik tangan Theo untuk mendekat kearah Alen.

"Len, gue ke rumah lo bareng Theo" Alen mengangguk, setelahnya pasangan itu langsung pergi setelah berpamitan.

Theo mengikat jaket bergambar serigala itu dipinggang Melannie, "Duduk yang bener"

Melannie mengangguk, ia kemudian menaiki motor sport milik Theo setelah Sang pemilik telah menaiki motornya lebih dulu.

"Lex, martabak ya?" pinta Melannie yang diangguki oleh Theo.

○◔◑◕●◕◑◔○

Bad Couple  [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang