Come Back, Dad

65 5 0
                                    

Julian menutup pintu kamar ibunya yang kini telah tertidur, lalu dia naik ke lantai dua, berdiam diri di balkon lantai dua sambil memandang langit malam tanpa bintang.

Kini dia teringat akan sang Ayah. Sepuluh tahun tanpa keberadaan Ayah terasa ... sepi.

Julian teringat bagaimana ayahnya mengajarinya bertarung menggunakan berbagai senjata. Ayahnya memang cukup keras melatihnya, tidak jarang dia babak belur karena terpukul atau terkena bagian tumpul senjata, bahkan bekas luka lain di bagian tubuhnya, seperti bekas luka di alisnya.

Tiba-tiba ponselnya bergetar, menandakan ada pesan dari di grup perkumpulan Monster Hunter, terjadi banyaknya pembunuhan Hunter secara massal di portal dungeon dengan kode huruf F, ini disebabkan oleh kemunculan Wrecker, monster berbahaya yang hanya muncul dan hilang kapan saja.

Selama sepuluh tahun Julian menjadi Hunter, dia belum pernah bertemu dengan monster ini. Julian tidak yakin dengan kemampuannya untuk melawan monster ini, namun tidak ada salahnya jika dia mencobanya, lagipula dia butuh lebih banyak uang untuk perawatan demensia ibunya.

Julian pun mengirimkan pesan untuk pengajuan diri dalam misi portal F ini, sekaligus mengirimkan pesan kepada temannya, Estes, memesan healing potion untuk luka-lukanya, juga untuk persediaan di Dungeon.

°•°•°•°

Di pagi buta Julian pergi meninggalkan catatan di meja ruang tamu untuk perawat ibunya yang akan datang pada jam 6 pagi nanti.

Dia sampai di area dekat portal F.

"Kau yakin potion dengan jumlah segini pas untukmu? Wrecker sangat berbahaya, bahkan Hunter kelas Gloria bisa mati," ucap Estes.

"Aku sudah memperhitungkannya, aku juga sudah sudah cari tahu soal Wrecker. Bertarung dengan monster itu harus ekstra hati-hati, kau harus cari titik lemahnya, tidak hanya asal menyerang." Julian memasukkan potion-potion itu ke dalam tas pinggangnya sambil mempersiapkan beberapa senjata dan perlengkapannya.

"Oh jadi itu kuncinya kenapa kau selalu berhasil dan selamat pada misi-misi sulit." Estes mengangguk. "Julian, aku ingin memberimu bonus. Tapi aku tidak tahu ini akan efektif untukmu atau tidak untuk melawan Wrecker." Estes memberikan sesuatu untuknya, seperti emblem dengan bulu hitam.

"Apa ini?" Julian malah bingung.

"Itu Raven Emblem. Um, mungkin untuk sebagian Hunter tidak terlalu berguna karena kau hanya ada satu skill tambahan yang didapatkan dari emblem itu. Skill disappearing dan immune untuk 2 detik, dan cooldown-nya 10 detik," jawab Estes.

Julian tersenyum. "Justru ini akan sangat berguna bagiku, terima kasih Estes."

Estes melambai saat Julian mulai berjalan memasuki batas area aman dan memasuki area portal F.

Sebuah palu besar langsung menghantamnya saat Julian baru saja melangkah masuk ke portal. Julian reflek menghindar dengan melompat, lalu berbalik sambil menarik kunci rantainya.

Julian melihat sosok berambut merah dengan zirah hijaunya, palunya yang besar, dan bahkan Julian tidak bisa menahan rasa terkejutnya melihat sang Wrecker ini adalah ... ayahnya?

Apa yang terjadi? Mengapa ayahnya menjadi seperti ini? Apakah dia telah kehilangan akal sehatnya karena dipengaruhi sesuatu?

"Ayah?"

Sang Ayah tidak mendengarkannya, dia tetap menghantamnya dengan palu besar yang dapat melubangi tanah di dungeon ini. Jika insting Julian tidak tajam untuk menghindar, mungkin dia sudah remuk di sana.

Tidak ada pilihan lain, dia harus melawan ayahnya sendiri sambil mencari cara agar Ayahnya sadar kembali. Palu yang besar itu membuat gerakan Wrecker ini lambat, namun hantamannya membuat damage yang cukup besar. Mata Julian terus memperhatikan beberapa bagian tubuh lawan yang menjadi titik kelemahannya, setidaknya untuk merobohkan keseimbangannya.

Julian memasang Raven Emblem itu di bajunya. Dia langsung melesat maju ke depan sambil membawa rantainya, menghilang ketika nyaris berada di depan tubuh 'monster' itu. Sambil menghilang dia menancapkan ujung rantainya ke arah sisi tanah yang lain hingga palu besar itu terlepas dari tangannya dan terlempar ke arah lain dan menghancurkan batu besar beberapa ratus meter di depan sana.

Ketika Julian muncul kembali, tubuhnya langsung ditepis oleh tangan lawannya ini hingga terlempar jauh ke tanah, menabrak tebing hingga punggungnya terluka. Meski sakit, dia tetap bangkit sambil meminum healing potion yang dibawanya di tas pinggangnya.

Julian mencengkeram rantainya lagi dan bersiap menyerang. Dia tidak akan membiarkan lawannya mendapatkan senjatanya kembali. Dia melemparkan ujung rantainya yang tajam ke arah zirah bagian punggungnya hingga sedikit retak, lalu memperpendek rantainya menarik dirinya agar mendekat ke sana.

"Ayah, kau tidak ingin pulang?" tanya Julian.

Lawan sempat berhenti bergerak ketika retakan zirah itu semakin lebar di punggungnya. Namun dia segera berbalik menyerang melayangkan tangannya.

Cooldown skill dari Raven Emblem telah berakhir, Julian bisa menggunakannya lagi saat ayunan tangan ayahnya hampir mengenainya, dia pindah ke depan lawannya sambil menancapkan ujung tajam sabit kecilnya di bagian depan zirah terkutuk itu.

"Ayah. Ini aku, Julian."

Lagi, sang 'monster' berhenti bergerak. Julian mengendalikan sabitnya dengan magnet di sarung tangannya (disertai energinya) agar sabit itu berputar kencang, meretakkan pengunci zirah pelindung bahu dan dada itu hingga benar-benar pecah.

"Ayah, kau tidak merindukan istrimu, Anne Smith?"

Saat zirah itu jatuh di tanah terbagi menjadi dua bagian, sang ayah berlutut di depan anaknya dengan napas yang tidak beraturan (dan akal sehatnya belum kembali).

"Ayah."

Tangan sang Ayah mencoba meraih zirah itu lagi, namun tangannya langsung ditahan oleh Julian.

"Zirah itu hanya akan menghancurkan akal sehatmu, Ayah."

Julian berlutut, menggenggam kedua bahu Ayahnya. Menatap dalam-dalam mata hijau sang ayah yang masih menyala dan belum sadar dari pengaruh zirah terkutuk itu.

"Ayahku, Terizla Smith," ucap Julian. "Ayo kita pulang. Ibu menunggu di rumah," ajaknya, dia masih sangat sabar untuk mencoba menyadarkan ayahnya, walau dalam hatinya sangat hancur karena tidak tega melihat ayahnya tampak tersiksa dengan kutukan zirah itu.

Tiba-tiba tangan Terizla meraih leher Julian dan mencekiknya. Julian agak sulit bergerak, karena cengkraman itu terlalu kuat, namun sebelah tangannya mencoba meraih dahi ayahnya, terus menatap mata ayahnya yang masih belum sadar.

"A-ayah. S-sadarlah."

Cekikan itu tiba-tiba melonggar, tangan Terizla mulai memegangi kepalanya yang sakit karena kutukan itu masih menahan kesadarannya dan Julian langsung memeluknya.

"Kembalilah, Ayah." Julian berdiri dan mengulurkan tangannya untuk sang Ayah.

Walau masih setengah sadar, Terizla meraih tangan anaknya dan mengikutinya untuk keluar dari Dungeon ini. Julian berhasil menyelesaikan misi dalam mengalahkan Wrecker itu sendirian, bonus membawa pulang ayahnya yang masih hidup, dia sangat bahagia segala usahanya selama sepuluh tahun tidak sia-sia.

ONESHOTS OF MLBBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang