Empat lembar amplop berisikan surat undangan upacara teh telah sampai ke tim Forsaken Light.
"Undangan pesta teh macam apa ini? Kenapa aturannya banyak sekali?" Melissa sedikit protes.
Sementara Julian bingung dengan tulisan asing pada amplop itu: 「茶道の招待状」
"Yin, bukankah ini bahasa dari Cadia Riverlands? Kau bisa membacanya?" Tanya Julian.
Yin mengangguk. "Itu dibaca Sadō no Shōtaijō. Artinya Undangan Upacara Teh, tradisi meminum teh adat Cadia Riverlands sangat berbeda dengan di sini. Kalian tidak boleh berbicara lalu kalian juga harus menggunakan baju khusus, cara duduk khusus karena itu sangat sakral."
"Ugh, agak merepotkan." Melissa menurunkan bahunya.
Sementara Xavier membaca isi surat undangan itu hingga ke kalimat terakhir. "Pengirim surat ini bernama Charlotte? Siapa itu?"
"Hah? Aku kira kau mengetahuinya karena kau punya banyak koneksi, Xavier." Melissa justru bingung.
"Ini mencurigakan, menurut kalian apa kita harus datang?" tanya Julian.
"Apa salahnya jika datang? Aku tahu soal upacara teh ini, sebaiknya kita datang untuk mendapatkan pengalaman baru. Sikap tenang kita begitu diuji, tujuan utama upacara teh ini adalah menikmati matcha dengan ketenangan dan pikiran yang rileks. Aku bisa melatih kalian bersikap yang benar sebelum upacara ini berlangsung jika kalian mau." Yin tersenyum meyakinkan.
"Heh, aku justru tidak percaya jika kau bisa tahan dengan keadaan tenang dan banyak aturan seperti yang tertulis di surat ini." Melissa terlihat meremehkan Yin.
"Maaf Melissa, tapi aku sudah terbiasa dengan upacara teh seperti ini selama di Cadia Riverlands." Yin menjawab.
Xavier membaca surat itu lagi dengan lebih teliti. "Ini menarik, kita penuhi undangan ini. Aku ingin tahu perbedaan pesta teh ala bangsawan Moniyan dengan tradisi Cadia Riverlands."
°•°•°•°
Mereka melangkah pelan menuju ruangan utama upacara teh dengan menggunakan baju Yukata. Rambut mereka sudah ditata rapi, tidak boleh ada aksesoris di tubuh seperti perhiasan dan jam tangan. Pengecualian untuk jepit rambut atau tusuk konde agar rambut menjadi lebih rapi. Mereka juga dilarang menggunakan parfum agar aroma teh yang akan mereka nikmati tidak tercampur dengan aroma parfum.
"Hm, tidak buruk." Xavier tampak menyukai penampilannya menggunakan Yukata saat ini.
"Agak sulit berjalan dengan baju ini, aku belum terbiasa. Tapi baju tradisional ini bagus, aku suka," ucap Melissa.
"Pelan-pelan jalannya nanti kau jatuh," ujar Julian yang sejak tadi membantu Melissa berjalan dengan memegang tangannya.
"Ssssh... Kita hampir sampai di ruangan utama, kalian harus cuci tangan dulu di Sukubai ini untuk membersihkan pikiran dan hati kalian." Yin menyarankan.
Sesuai saran Yin, mereka mencuci tangan terlebih dahulu sambil menenangkan pikiran mereka dari segala hal sebelum memasuki ruangan.
"Lepas alas kaki kalian, jika kalian sudah menginjak Tatami, kalian tidak boleh berbicara dan ikuti gerakan membungkuk hormat seperti yang tuan rumah lakukan dan ikuti caraku duduk nanti," ujar Yin.
Yin masuk terlebih dahulu dan diikuti oleh tiga orang lainnya, lalu mereka duduk dengan cara Seiza di atas Tatami (mengikuti cara Yin duduk.)
Tea master sekaligus gadis pemilik rumah ini menyambut kedatangan mereka satu persatu dengan Ōjigi sambil duduk dan dibalas Ōjigi pula oleh para tamu dengan cara yang lembut.
Tidak lama kemudian, asisten tuan rumah ini datang membawa air hangat dan empat porsi Wagashi untuk masing-masing tamu, disertai dengan sebuah irisan bambu kecil yang berfungsi untuk memotong manisan itu jadi bagian kecil (untuk dimakan nanti). Xavier, Melissa dan Julian hanya mengikuti semua gestur yang Yin tunjukkan, namun tetap dengan pikiran yang rileks.
Gadis tea master itu mengeluarkan sebuah kain Fukin yang dia sisipkan di pinggang Yukata-nya. Melipatnya dengan cara khusus lalu mulai membersihkan bagian atas Natsume, menaruhnya dengan sangat hati-hati. Dia juga mengusap Chasaku dengan kain yang sama dengan sangat hati-hati, lalu menaruhnya tepat di atas Natsume.
Kegiatannya dilanjutkan dengan menyendok air panas dari Kama yang ada di depannya, tidak lama kemudian air itu dituangkan ke tempat khusus bernama Kensui. Empat mangkuk itu lalu dibersihkan dengan kain putih kecil dengan sangat hati-hati.
Setelah bersih, gadis tea master ini menuangkan dua sendok matcha ke dalam masing-masing mangkuk, menuangkan air panas ke dalamnya, lalu mengaduk tehnya dengan bamboo whisk hingga keluar sedikit busa di atasnya. Dia menyajikan tehnya untuk para tamu dengan memutar mangkuknya sedikit menunjukkan pola cantik mangkuk teh itu kepada mereka.
Yin menunjukkan cara yang benar dan hati-hati, memegang mangkuknya dengan cara khusus, memutar mangkuknya dua kali dan memastikan posisi bibirnya tidak menempel pada bagian bercorak dari mangkok itu lalu meminumnya dengan hati-hati. Xavier mengikuti gestur Yin dan dia tampak menikmati tehnya yang terasa sangat menenangkan walau agak sedikit pahit.
Julian dan Melissa hampir tidak bisa mengangkat mangkuk itu dengan posisi tangannya namun dia mencobanya lagi dengan mengikuti gestur Yin. Ada perasaan tenang saat matcha hangat itu masuk ke dalam tenggorokan mereka, walau Melissa agak terkejut dengan rasa pahit matcha itu.
Yin menaruh mangkuk teh itu sejenak, lalu memotong kecil dan memakan Wagashi yang ada di depannya sebelum meminum kembali tehnya lagi. Saat ketiga orang ini mencobanya juga, mereka merasakan perbedaan yang jauh di lidah mereka saat meminum tehnya lagi. Terasa jauh lebih enak.
Dalam upacara teh ini ketenangan yang dibangun oleh suasananya sangat berhasil, pikiran mereka berhasil rileks, dari masa lalu mereka, dari sulitnya memikirkan caranya bertahan hidup.
Untuk sejenak, mereka melupakan semua itu. Tetap fokus menikmati teh yang disajikan dalam upacara teh sederhana ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONESHOTS OF MLBB
FanfictionKumpulan Oneshot Mobile Legends dengan berbagai tema. TIDAK MENERIMA REQUEST! All characters ©️ Moonton Bukan cerita komersial.