Seorang pria yang tampak tak terawat dan kurus itu menatap datar ke arah dua insan yang saat ini ada di hadapannya. Tatapan datar tersebut, justru membuat seorang perempuan yang kini merasa sedih melihat keadaan dari pria itu yang merupakan ayahnya.
"Ayah.." Alifah ingin mendekat, namun tertahan dengan tangan Herman yang terangkat.
Helaan napas kasar keluar dari mulut pria itu.
"Kenapa kalian datang ke sini? Saya tidak membutuhkan siapa pun untuk datang menemui saya," ucap Herman dingin.
Alifah menatap sendu pada ayahnya. Dalam keadaan seperti ini, ternyata sang ayah tetap tidak akan pernah mengharapkannya.
"Ayah baik kan di sini?" tanya Alifah tak peduli dengan ucapan ayahnya.
Tak ada jawaban, Azzam yang berada di samping sang istri memegang pundaknya dengan pelan. Ia bisa melihat jika ada kerinduan yang Alifah tahan terhadap pria yang disebut ayah itu.
"Lebih baik kalian berdua pergi dari sini. Dan ya, selamat untuk pernikahan kalian," ucap Herman yang tak ada raut bahagia atau senang dari pria tersebut.
Alifah hanya bisa menghela napas berat. Sebagai anak, ia tentu khawatir dengan keadaan ayahnya seperti ini.
"Ayah baik-baik ya di sini. Alifah akan sering-sering mengunjungi ayah di sini." Alifah tidak peduli tanggapan tidak suka dari ayahnya. Ia ingin sedikit berbakti pada sosok figur ayah yang mungkin tak pernah menganggapnya sebagai anak.
Alifah masih percaya, jika Allah membolak-balikkan hati manusia. Ia berharap suatu hari nanti, pelukan yang dulu ia harapkan dari figur ayah akan dirinya rasakan. Sementara Herman berusaha teguh pada apa yang saat ini dia lakukan. Bohong, jika dirinya tidak luluh terhadap anak yang dulunya ia lakukan kekerasan dalam segala hal.
Selama berada di sini dan menjalani rehabilitasi, tak ada satu pun orang selain Alifah yang datang ke sini, meski ia selalu menolak keberadaannya. Sesaat itu, Alifah keluar terlebih dulu dari ruangan khusus temu. Dan kini tinggallah Azzam dan Herman yang masih berdiri dan berhadapan langsung.
"Pergilah! Jaga Alifah dengan baik. Banyak orang jahat di sekeliling dia saat ini." kata Herman seolah memberitahu ucapannya pada Azzam.
Kening Azzam mengernyit. "Om Herman.." belum selesai dengan perkataannya, Herman langsung menyela.
"Saya memang bukan ayah yang baik untuk dia. Tetapi, saya yakin kamu laki-laki terakhir yang akan membahagiakan dia." ujar Herman dengan tatapan mata sendu melihat ke depan.
"Dan satu lagi, berhati-hati lah dengan wanita itu!" Herman memberi peringatan pada Azzam. Ia harap, Azzam bisa mengerti dengan isyaratnya tentang wanita yang ia maksud.
Setelah mengatakan hal tersebut, Herman langsung pergi dan kembali pada tempatnya. Azzam masih berdiri dengan pandangan yang menatap punggung pria itu. Ia seperti merasakan jika Herman tahu akan sesuatu. Dan wanita yang di maksud Herman, Azzam masih memikirkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Sang Ilahi [END]
Spiritüel(Follow sebelum membaca) "lantas, ketenangan seperti apa yang kau cari di dunia? jika orang yang sudah tiada saja masih ingin di do'akan agar bisa tenang." kata itulah yang menjadi hal yang selalu di ingat dalam hidup seorang gadis bernama Alifah Ka...