BAB 4

290 19 1
                                    

Jangan lupa ya buat bagi-bagi vomentnya..
Terimakasih juga buat yang sudah memberi voment nya..
Sebab voment berarti banyak buat author.
Selamat membaca..

===
"Kabar baru..." Seru Hana riang begitu Livia memasuki ruangan kantornya yang baru. Livia menautkan alisnya dengan heran, apalagi saat melihat penamplan klimis teman satu ruangannya dari ujung rambut hingga sepatunya.

"Em.. apa?" Tanya Livia bingung sembari mengamati seluruh ruangannya dengan seksama.

"Ada pindahan tenaga kerja dari Amerikaaaa..." Seru gadis itu membuat Livia menatapnya bingung. Memangnya kenapa jika ada pindahan tenaga kerja dari Amerika? Begitu melihat penampilan Hana dengan seksama Livia segera memahaminya.

"Cowo ya?" Tanya Livia membuat Hana segera mengangguk dengan kuat-kuat. "Astaga Hana. Memangnya cakep banget ya? Sampai penampilanmu kaya gini?" Gumam Livia cuek sambil menaruh tasnya ke kursi kerjanya.

" Ya ampun.. cakep banget.. Begitu liat semua orang gencar-gencar cari data dirinya dia." Terang Hana hiperbolis membuat Livia menatapnya dengan geli.

"Memangnya seperti apa sih?" Tanya Liva sambil perlahan duduk di kursinya dan diputarnya kursi agar menghadap Hana.

"Cakep banget. Matanya coklat pudar, hidungnya mancung, sekilas kaya orang amerika gitu, cuma ada unsur asianya. Pokoknya top deh. Bentar kayanya aku punya fotonya." Jelas Hana riang sambil mengetuk-ketuk layar ponselnya, sementara Livia, dia terperangah tidak percaya sebab saat mendengar Hana mendeskripsikan pria itu, dia malah membayangkan Rafael.

"Ini nih.." seru Hana membuat Livia buru-buru meraih HP Hana dari genggamannya, kemudian matanya menatap laki-laki itu dengan cermat. Sekilas wajahnya terlihat begitu serupa dengan Rafael.

"Namanya?" Tanya Livia santai sambil mengembalikkan ponsel Hana kepada pemiliknya.

"Rafael." Ungkap Hana, sukses membuat Livia terperangah dan membeku sesaat.

"Nama lengkapnya?" Desis Livia membuat Hana menautkan alisnya dengan samar, tanda jika ia sedang heran. Tetapi beberapa saat kemudian wajahnya terlihat tidak peduli.

"Entah aku tidak tahu. Yang penting namanya Rafael. Rasanya kok namanya familiar ya?" Jawab Hana sekenanya, kemudian ia mengetukkan jemarinya di atas meja sedangkan alisnya berkerut memikirkan sesuatu, tidak menyadari bahwa teman sekantornya telah berjalan dengan lunglai ke luar ruangan.

Samar-samar Livia mendengarkan gumaman Hana dari kejauhan, tetapi Livia tidak peduli. Sebab saat ini jantungnya tengah bergemuruh kencang, darahnya berdesir, dan pikirannya di penuhi oleh wajah Rafael saat ia SMA dan foto yang baru saja di lihatnya dari ponsel Hana. Bolehkah dia berharap?

Livia terus berjalan tanpa arah, sampai tiba-tiba tubuhnya berbenturan dengan sesuatu yang keras, membuat keseimbangan Livia goyah, dan terjatuh ke lantai. Pantanya dengan sukses mendarat diatas lantai kantor yang berwarna cream mengkilap.

"Aw.." gumam Livia pelan sambil berusaha bangkit berdiri. Setelah berdiri, Livia melanjutkan jalannya kembali tanpa menghiraukan benda yang baru saja di tabraknya.

"Hei.." Livia mendengar panggilan dari jauh, tetapi dia tidak memperdulikannya. "Grumpy!" Panggil suara itu kembali, tetapi tidak mengurangi kelajuan langkah kaki Livia. Langkah kaki berderap dengan cepat di belakangnya, sampai tiba-tiba cekalan kuat menarik Livia ke alam sadarnya.

"Aduh." Keluh Livia sambil berusaha melepaskan cekalan kuat di tangannya.

"Jam kerja mau kemana!" Seru four, membuat fokus Livia kembali seutuhnya. Dengan bingung, Livia mengamati sekitarnya, kemudian dia menghembuskan nafasnya dengan berat.

The Warm SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang