Kalium Permanganat (1)

11 2 0
                                    

Dr. Philips menuangkan cairan berupa campuran antara asam sulfat dan metana sehingga begitu disiram pada batang pohon bercahaya dengan cepat membakar batang pohon bercahaya yang menjadi sampel percobaan, api yang membakar pun berwarna hijau muda— seperti pertunjukan sulap. "Itu mungkin tidak cukup kuat, Dok. Dan kita sekarang menjadi kesusahan karena akar yang hidup itu" Ratna mengungkapkan apa pendapatnya akan cairan yang dapat membakar pohon bercahaya "kita juga tidak bisa mengabaikan dampak dari kobaran yang ditimbulkan, Dok."

"Aku tahu, Ratna. Namun, aku sudah menduga hal itu. Jika kita membakar pohon bercahaya dengan cairan campuran antara asam sulfat dan metanol akan menimbulkan kebakaran hebat— aku sudah memperhitungkan hal itu, di sekitar Kota Cirebon sekarang dipenuhi karbondioksida. Sudah tentu dampak pembakaran tidak sehebat itu, dan dengan kondisi angin yang sekarang pembakaran tidak akan merembet. Dan yang paling menguntungkan adalah, kamu lihat pembakaran tadi?" Dr. Philips melepas kacamata lab miliknya "pembakaran terjadi begitu cepat dan batang sampel tadi langsung menjadi abu" senyum sumringah Dr. Philips di bibir yang sekitarnya mulai ditumbuhi jambang dan kumis— artinya entah sudah berapa lama Dr. Philips tidak bercukur.

"Tunggu. Kau tambahkan apa dalam cairan itu? Harusnya pembakaran tidak terjadi secepat itu, kan? Kita pernah mencobanya" sementara itu Dr. Philips seakan senyum penuh kemenangan.

"Aku tambahkan klorin sebagai usaha dalam mempercepat pembakaran. Aku masukan ketiga cairan itu ke dalam wadah berbentuk bulat seperti ini" Dr. Philips memberikan bola sebesar bola kasti pada Ratna, bola itu seperti bola kaca dengan tiga ruang di dalamnya dan berisikan cairan yang berbeda "bola itu memiliki tiga ruang, satu untuk klorin, satu untuk metanol dan satu untuk asam sulfat. Di atasnya ada tombol yang membuka masing-masing gerbang dari ketiga ruang di dalam bola itu, dan langsung mencampurkan semua cairan dan dengan otomatis membukanya dan dapat menyiramkannya pada objek. Aku membuat tiga ruangan berbeda agar mencegah reaksi dari ketiga unsur sebelum benar-benar digunakan" Rata menggoyangkan bola yang berisi tiga cairan, dirasakan olehnya cairan itu memiliki volume yang berbeda-beda.

"Aku juga membuat ini" Dr. Philips menunjukkan sebuah alat seperti pistol air dengan tiga selang dan satu moncong untuk mengeluarkan isinya "aku membuat pistol ini sama cara kerjanya dengan bola tadi. Aku pisahkan ketiga cairan untuk menghindari reaksi tidak perlu, aku buat pistol ini dengan tiga selang sehingga sepersekian detik sebelum diluncurkan ketiga cairan itu menyatu lalu sepersekian detik sebelum ketiga cairan itu bereaksi, mereka sudah mendarat pada objek dan setelahnya reaksi pembakaran api hijau super cepat terjadi" Ratna kagum Dr. Philips bisa membuat benda-benda ini. Pistol itu tersambung pada ketiga selang lentur yang disatukan dan mengarah pada tas yang berisikan tiga cairan dalam tiga tabung masing-masing.

"Kau membuat ini, Dok? Aku pikir bidang Doktor adalah botani" Dr. Philips tertawa mendengar pernyataan Ratna. Memang bukan dirinya yang membuat benda-benda ini, dirinya hanya menyampaikan konsep yang ia mau pada temannya.

"Temanku yang ahli dalam bidang mesin dan ahli dalam membuat berbagai peralatan yang membuatkan benda-benda ini, aku hanya menyampaikan konsep" Dr. Philips membuat dua pistol dengan tiga selang dan tabung, dan banyak bola dengan tiga ruang di dalamnya.

"Kau berencana pergi ke sana, Dok?" Ratna jelas merasa khawatir mengenai niat mantan dosen pembimbing dirinya itu "tempat itu sangat berbahaya, kau tahu itu kan?"

"Aku tahu, Ratna. Namun aku harus mempertaruhkan segalanya demi kelangsungan hidup masyarakat Kota Cirebon, kita bisa membayangkan berapa banyak kerugian yang dapat ditaksir atas malapetaka ini. Aku tidak bisa membiarkan itu terus terjadi, hatiku terdorong kuat untuk segera menyelesaikannya. Lagipula anakku sudah pindah sekolah di Cirebon, repot jika harus pindah sekolah lagi" ucap Dr. Philips memasang senyum optimis "jadi, aku pasti berhasil."

"Itu baru Philips, teman yang aku kenal" Ratna dan Dr. Philips terkejut tiba-tiba seseorang masuk ke dalam ruangan Dr. Philips.

"Astaga, lama tidak jumpa kawan" Dr. Philips segera memeluk rekannya yang baru datang. Dr. Philips lupa jika hari ini adalah kawannya bisa datang.

"Wah, kalian sedikit kerepotan kalau aku boleh tebak" canda rekannya ditanggapi tawa ringan Dr. Philips.

"Dr. Rudi, ini Ratna dan Ratna, ini Dr. Rudi" Dr. Philips memperkenalkan mereka berdua.

"Ahli nuklir yang negara ini banggakan, tentu saja aku tahu" Ratna menyalami Dr. Rudi dengan senyum hangat. Siapa yang tidak tahu Dr. Rudi? Penelitian dan buku yang ia tulis selalu laku keras. Menjadi dosen di banyak kampus, orang yang cukup sibuk. Dr. Rudi seusia dengan Dr. Philips, mereka bertemu kala seminar di salah satu kampus, dan kenal dekat sejak saat itu meski di dua bidang yang berbeda. Dr. Rudi bertubuh tinggi, kulitnya gelap dan banyak bulu di tangannya juga memiliki jambang yang lebat, matanya terlihat besar dan tubuhnya lebih berisi daripada Dr. Philips.

"Kalau begitu, mungkin aku tidak perlu mengenalkan diri" canda Dr. Rudi.

"Keluar sudah sifat sombong mu Rud, eh Ratna— satu hal dari Rudi yang harus kau tahu adalah, jangan pernah percaya apa yang dia sampaikan kecuali tentang nuklir" Dr. Philips bertindak sekaan dirinya kakak yang melindungi Ratna adiknya.

"Jangan membuat kesan pertama jadi buruk begitu" Dr. Rudi menanggapi dengan tawa yang menaikturunkan bahunya yang lebar. Siang itu mereka basa-basi membahas banyak hal mulai dari yang penting, tidak penting, atau ini penting tidak ya? Setelah makan, istirahat dan Dr. Philips hendak mengajak Dr. Rudi ke Cirebon. Untuk menghilangkan pikiran negatifnya— atau yang lebih buruk, untuk membuktikan pikiran negatifnya.

"Kau sungguhan meminta aku untuk mengecek radiasi nuklir di area pohon bercahaya?" Dr. Rudi dan Dr. Philips mengenakan pakaian khusus yang menutup seluruh tubuhnya, baju yang terbuat dari plastik khusus untuk mencegah gas beracun masuk ke dalam tubuh entah itu melalui pori-pori ataupun melalui pernapasan.

"Kalau aku bercanda aku tidak akanmerusak acara liburan mu, kan?" Dr. Philips merasa jengkel karena Dr. Rudisering menanyakan hal yang sama "kau pegang ini bola-bola ini" Dr. Rudi jadikebingungan "jika ada akar yang menyerang, kau tekan dan lempar saja" ucap Dr.Philips membuat Dr. Rudi semakin ketakutan. Dr. Rudi tahu jika keadaan KotaCirebon benar-benar tidak aman.


p.s.

Aku juga nulis cerpen di Ig (IG: @andipati17) follow ya :)

Cirebon dan Pohon Balas Dendam (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang