50 detik itu Navaro melihat Karina yang beranjak dari kamar Devia menuju kamar tamu yang ada di bawah. Navaro mengernyit melihat Karina tersentak kaget, hampir menjatuhkan ponselnya.
"DAMN! S-sorry, sorry," tutur Karina agak speechless melihat Beno dan Devia yang tengah bercumbu di ruang tengah.
"Gue mau tidur di kamar tamu lo aja, Dev. K-kalian bisa pakai kamar atas."
Setelah mengatakannya, Karina lari terbirit-birit menuju kamar tamu yang ada di sebelah dapur. Karina menggelengkan kepalanya pelan, bisa-bisanya mereka bercumbu di saat berita viral mereka baru saja tersebar.
"Kenapa?" tanya Navaro dari sambungan video itu.
Karina bahkan belum sempat melihat wajah tampan Navaro karena lekas pindah kamar. Kali ini ia gugup melihat Navaro yang duduk menyila di atas kasur dan meletakkan ponselnya agak sedikit jauh di depannya. Karina bisa melihat jelas Navaro memakai celana hitam di atas lutut.
"Beno sama Devia mesra-mesraan terus. Nyesel banget aku ke sini. Mending aku pulang aja deh."
"Bentar lagi Beno juga balik. Biarin aja," ucap Navaro yang kini tengah meminum sebotol air.
"Kamu lagi di mana?"
"Di kamar tamunya Zayyan. Yang lain masih pada sibuk minum di belakang. Tadinya aku ngantuk, tapi pas tahu kamu belum tidur, jadi nggak ngantuk." Karina sedikit tidak menduga Navaro akan menjelaskan panjang lebar seperti itu.
"Tapi aku udah kangen sama kamu, Varo. Ck, masa baru jadian mesra-mesraannya kurang sih?!"
Navaro menggelengkan kepala tak habis pikir. Padahal kemarin mereka baru saja melakukan kegitan panas. Tapi Karina malah berkata bahwa itu masih kurang.
"Mau coba sesuatu yang mesra?"
Karina mengernyitkan dahi, "Apa?"
"Taruh ponselmu agak jauhan, Karina!"
Karina menurutinya saja. Ia melakukan hal yang sama seperti Navaro. Ia menaruh ponsel di depannya menggunakan tumpuan bantal pada belakangnya.
"Lepas bajumu!"
"Oh My God! Jangan bilang... Phone sex?!"
Navaro terkekeh mendengarnya, "Aku cuma mau bikin kamu senang."
Sebelum itu terjadi, Karina beranjak dan mengunci pintu kamar tamu itu. Karina kembali terduduk, kemudian menanggalkan kemejanya dan menyisakan celana serta bra warna hitam yang membungkus dada besarnya. Ia sedikit malu melihat pantulan tubuhnya sendiri di layar ponsel.
"Buka bra kamu, sayang."
Blush!
Karina merasa malu sekaligus senang mendengar Navaro memanggilnya demikian. Sepertinya kupu-kupu di perutnya pun berterbangan. Selanjutnya Karina membuka kaitan branya hingga kini terpampanglah dengan jelas bukit kembar Karina yang menggantung indah.
Navaro sendiri mulai gugup, sesuatu di bawah sana juga mulai menegak saat Karina melepas bra tersebut. Sepertinya ia sendiri tidak akan bisa menahan diri malam ini.
"Sekarang buka celana kamu!"
Perlahan Karina menurutinya saja. Kini ia hanya mengenakan celana dalam di hadapan ponselnya.
"Cantik," puji Navaro pelan namun masih dapat Karina dengar.
"Lebarin paha kamu," tutur Navaro. "Remas dada kamu," sambungnya.
Meskipun sedikit enggan, namun Karina gugup sekaligus penasaran dengan sensasi dari semua ini. Ia pun melebarkan pahanya, kemudian meremas-remas dadanya sendiri sambil memperlihatkan ekspresi sensual.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boy (18+)
Romance"Sshh!" desis Navaro saat merasa dua buah dada menyembul besar itu bersentuhan dengan dada bidangnya. Entah mimpi apa yang dialami oleh Navaro-anak seorang Ustadz yang dikejar-kejar oleh gadis terseksi di sekolah. Navaro harus menahan hasratnya mati...