Aku kira jadwal hari kedua ini akan sedikit lebih longgar, namun nyatanya tidak. Hingga jam dua siang, kami semua belum sempat makan dengan benar. Sampai akhirnya setengah jam berlalu, Reno memutuskan untuk beristirahat di salah satu rumah makan yang aku tunjuk secara random di pinggir jalan ketika ia meminta pendapat.
"Kamu mau makan apa, Ay?" Tanya Reno ketika semua anggota timku sudah memesan, sedangkan aku belum menyebutkan apapun karena terlalu bingung. Saking lelahnya, aku sudah tidak ada nafsu untuk makan siang.
"Saya soto ayam saja, Pak."
"Panas-panas kayak gini?"
Ah, iya, cuaca hari ini luar biasa sekali panasnya. Tak hanya wajah yang tidak karuan bentuknya, rambutku pun sudah sangat berantakan dan juga lepek akibat keringat.
Jika cuaca seperti ini, paling enak bersantai di ruang tamu sambil menonton tv ukuran 50 inci milik Mas Je. Tak lupa ditemani es sirup dan cemilan. Duh, dengan hanya membayangkannya saja sudah membuatku rindu rumah.
Berbicara tentang rumah, aku tiba-tiba teringat kalau belum membalas pesan Mas Je yang sempat aku lihat notifikasinya beberapa jam lalu.
Membuka aplikasi hijau adalah yang pertama kulakukan ketika sudah mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Tanpa perlu mencari kontaknya, aku dapat langsung melihat nama Mas Je terpampang paling atas. Dan aku dapat membaca obrolan tadi pagi bersamanya setelah menekan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Here With Me
ChickLitPerasaan kosong, kesepian, takut, dan ingin hilang dari Bumi adalah hal yang selalu ingin aku lupakan. Tapi nyatanya, mereka selalu kembali datang. Lagi dan lagi. Kadang kala ingin menyerah, namun aku masih waras untuk tidak mengakhiri hidup dengan...