Dengan perasaan takut, Dr. Rudi pergi dengan Dr. Philips menuju Kota Cirebon. Mereka sempat melalui pos penjagaan dan Dr. Philips menunjukkan kartu identitas, disapa oleh petugas jaga yang mengenalnya dan mereka melanjutkan perjalanan. Beberapa kilo meter dari pos penjagaan, kabut hijau pekat menyelimuti pandangan mereka, sekitar mereka benar-benar sepi tanpa ada orang satupun yang mereka temui. Dr. Philips terus memacu mobil membelah jalanan kota yang terbengkalai. Karena kabut, jarak pandang menjadi pendek. Itu adalah gas beracun.
Dan tak butuh waktu lama, mereka telah sampai di lingkungan pohon bercahaya dengan akar-akar yang hidup. Dr. Philips segera turun dari mobil setelah mencari tempat aman di sekitar gedung negara yang sepi itu untuk parkir mobilnya. Dr. Rudi dengan ketakutan mengikuti Dr. Philips dari belakang. Akar-akar itu bereaksi ketika menyadari ada seseorang yang datang.
"Kau jangan terlalu dekat, aku susah bergerak" Dr. Philips merasa risih dengan rekannya yang penakut. Dr. Philips buru-buru menembakkan cairan yang langsung mengenai akar pohon yang hendak menyerang mereka, akar itu dengan cepat terbakar dengan api hijau yang menyala dan langsung menjadi abu. "Kau segera deteksi nuklir, biar aku urus akar-akar pohon ini" teriak Dr. Philips. Dr. Rudi sempat merasa kikuk, namun dia mencoba menenangkan dirinya dan mengambil detektor nuklir seukuran handphone berwarna merah dengan layar sepertiga dari tubuh detektor tersebut. Dr. Rudi mengaktifkan detektor namun tidak ada reaksi.
"Tidak ada reaksi dari detektor!" Dr. Rudi berteriak, sementara itu Dr. Philips terus menembakkan cairan pada akar pohon yang dengan beringas menyerang mereka berdua.
"Coba di tempat lain!" perintah Dr. Philips.
Dr. Rudi mencari tempat aman untuk mencari tempat yang berkemungkinan menimbulkan reaksi detektor nuklir miliknya. Dr. Rudi melompat menghindari bongkahan beton yang berserakan, rupanya adalah puing-puing gedung negara yang sebagian tidak berbentuk. Sementara akar-akar terus bermunculan dan menyerang mereka berdua, namun Dr. Philips segera menembakkan cairan dan langsung terbakarlah akar itu. Dr. Rudi berdiri dan kembali mengaktifkan detektor nuklirnya, masih tidak terjadi apapun. Dia merasa kesal, mungkin ini hanya pikiran negatif rekannya. Hal itu membuat Dr. Rudi lengah sehingga akar pohon tanpa sadar menjerat kakinya dan menggantung tubuhnya— detektor nuklirnya yang masih aktif jatuh ke tanah dan langsung menimbulkan bunyi bising dari detektor nuklir miliknya.
"Astaga Philips, terkutuklah pikiran negatif milikmu itu!"
Dr. Philips menyadari rekannya tengah tergantung oleh akar pohon langsung menembakkan cairan dan terbakarlah akar pohon yang menjerat rekannya. Dr. Rudi jatuh ke tanah dan segera mengambil detektor nuklir miliknya dan matanya langsung terbelalak kala melihat layar detektor "sialan! Philips! Aku sudah dapat, kita harus pergi!" Dr, Philips langsung melemparkan bola dan terjadilah ledakan cairan dan langsung menimbulkan kebakaran yang besar dan luas kemudian langsung saja membakar akar-akar yang mencoba menyerang dengan cepat mengubah mereka menjadi abu. Sisa-sia api hijau dari reaksi bahan-bahan kimia lenyap dengan cepat.
Dr. Philips diikuti dengan Dr. Rudi memasuki mobil, mengerahkan kemudi dan langsung memacu mobilnya segera meninggalkan lokasi pohon bercahaya. Keduanya sama-sama berdebar karena merasakan ketegangan sesaat. Dr. Rudi bahkan tidak bernapas dengan lega kala belum mencapai pos penjagaan. Dan setelah sampai, mereka merumuskan apa yang harus dilakukan di ruangan Dr. Philips.
"Ini buruk, Philips. Kau tahu, detektor ini mustahil salah ataupun keliru. Bahkan sebelum ke sini aku sudah mengecek fungsinya— tidak ada masalah. Dan detektor ini menunjukkan, di bawah pohon itu, terkandung energi nuklir yang sangat besar" Dr. Rudi merasa ngeri membicarakan hal ini "jika meledak, kau tidak bisa membayangkan apa yang terjadi."
"Berapa meter dari pohon?" tanya Dr. Philips juga merasakan ketegangan.
"Mungkin lima ratus meter" jawab Dr. Rudi menelan ludah.
"Itu sangat dekat, dari yang aku tahu radius ledakan nuklir bisa mencapai delapan puluh kilometer" Ratna mendengar itu menjadi ngeri.
"Bagaimana cara meredam energi nuklir?" kini Dr. Philips benar-benar membenci pikiran negatifnya, dan mulai merasa semakin resah.
"Energi nuklir bisa meledak jika terus-terusan dihantarkan energi panas dengan jumlah tertentu, kita bisa memutus sumbernya dan justru bisa memanfaatkan energi nuklir di bawah tanah untuk kebutuhan energi." Dr. Rudi menjelaskan kemungkinan yang bisa mereka lakukan.
"Kalium permanganat, itu yang terus menghantarkan panas pada energi nuklir di bawah tanah menggunakan akarnya. Aku sudah mengkaji pohon itu, mereka mengandung kalium permanganat yang sangat banyak. Dan selama ini mereka menghantarkan panas terus menerus dan menimbun energi nuklir sebesar yang kau katakan" Dr. Philips menggigit bibirnya.
"Kalau begitu kita tebang saja pohon-pohon itu" usul Dr. Rudi.
"Tidak bisa ditebang— kita harus membakarnya dengan campuran ketiga cairan seperti rencana sebelumnya" Dr. Philips menunjuk bola yang cukup besar "itu baru datang, dengannya kita bisa membakar pohon bercahaya utama. Jika pikiranku benar, keempat pohon yang ada di tempat lain saling berhubungan."
"Tapi, apa itu tidak semakin menghantarkan energi panas pada energi nuklir, bagaimana jika energi nuklir meledak begitu kita selesai membakar pohon bercahaya dengan ketiga cairan itu, Dok?" Ratna menyampaikan kemungkinan terburuk yang ia pikirkan.
"Itu bisa dilakukan. Dari yang aku lihat tadi, api hijau itu dengan cepat membakar— kita bisa menggunakannya, dengan cepat pohon itu akan terbakar sehingga meminimalisir panas" Dr. Philips mengangguk mendengar pernyataan Dr. Rudi.
"Bagaimana kalau sampai energi nuklir di bawah tanah Kota Cirebon sampai meledak?" Ratna tidak bisa membayangkan bagaimana jika sampai terjadi ledakan besar di kota kelahirannya.
"Buruk, sangat buruk. Seperti yang kau katakan, ledakan nuklir bisa mencapai radius delapan puluh kilo meter. Jika aku tidak salah hitung, radius bisa mencapai Kuningan, Indramayu, Majalengka dan kita belum membicarakan dampak ledakan. Dampak ledakan salah satunya adalah gempa dengan kekuatan yang hebat, dan itu bisa saja memunculkan gempa susulan— kalau sudah begitu, gunung Ciremai bisa saja meletus bahkan terjadi tsunami di dataran Cirebon dan Indramayu. Belum lagi dampak dari tsunami dan gunung meletus, entah akan berapa kali gempa mengguncang Cirebon dan sekitar" Dr. Rudi menjelaskannya sembari meneteskan keringat di pelipis kirinya karena panik yang sedari tadi ia tahan.
"Oleh sebab itu kita harus segera membakar pohon bercahaya" Dr. Philips yakin, jika rencana ini akan berhasil "kita pasang terlebih dahulu bola besar itu di bawah pohon bercahaya utama di gedung negara. Kita akan menjauh dan menekan tombol yang membuat cairan itu meledak setelah tercampur dan menyiram pohon bercahaya, selanjutnya pohon bercahaya akan terbakar dengan cepat dan misi selesai" Dr. Rudi dan Ratna mengangguk paham.
"Siapa yang akan memasang bola besar itu?" tanya Dr. Rudi.
"Ratna, kau yang akan memasangnya.Rudi, kita lindungi Ratna dari akar-akar tadi" Dr. Rudi menelan ludah "danjangan panik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cirebon dan Pohon Balas Dendam (TAMAT)
Roman d'amourSUDAH TAMAT Satu hari di Kota Cirebon, tumbuh pohon misterius yang dapat tumbuh tinggi sampai mencakar langit dan kala malam dedaunan pohon menyemburkan cahaya kuning yang indah dan menenangkan. Di sisi lain, Gumitir adalah gadis yang selalu dirun...