"oke kok. Kalau emang mau keluar nggak masalah. Lagian, untuk bulan ini kan memang laporan udah selesai semua. Kamu emang harus fokus sama Strawberry sih Kak. Jadi, dia ada yang jaga dan ngawasin. Lingkungan kerja kayak gini nggak bagus buat anak kecil." Wiji mengatakan itu setelah Rey memberitahunya bahwa akan keluar dari klub.
Menurut Wiji memang klub tersebut tidak cukup baik lingkungannya untuk Strawberry. Karena anak itu seringkali dibawa ke sana, kurang beristirahat juga, karena musik yang seringkali diputar cukup kencang hingga ke ruang kerja.
"Aku minta maaf banget ya Kak." Rei sedikit merasa tidak enak karena ia harus keluar secara tiba-tiba.
"Nggak apa-apa kok Kak. Santai aja, lagian dari lama aku juga udah mikir kalau lingkungan kayak gini nggak bagus buat Bebe."
Setelah meminta izin kepada Wiji. Rei kembali berjalan menuju ruangannya di mana di sana ada Milo yang masih mengerjakan beberapa laporan. Rei kemudian berjalan dan duduk di samping sahabatnya itu.
"Gimana? Boleh sama Kak Wiji?"
"Boleh kok. Dan, dia bilang kalau lingkungan kerja kayak gini emang gak bagus buat anak-anak."
Milo menganggukan kepalanya
"Iya sih, gue setuju dengan apa yang dia bilang. Lingkungan kayak gini emang nggak bagus buat anak-anak. Meskipun mungkin nanti, gue bakal kesepian setelah lo keluar dari sini." Milo mengatakan itu tanpa menatap ke arah Rei. Tentu saja dia merasakan kesepian. Apalagi selama ini Rei adalah rekan debat dan kerjanya yang paling kompeten."Nanti pokoknya gue bakal sering main ke sini kok." Rei kemudian merangkul Milo.
Milo menjauhkan Rei. "Haish, jangan deket-deket gue. Bisa dibantai gue sama Pak Tedi sama Pak Yogi."
"Haih! Nyebelin Lo."
"Hahaha, benarkan? Gue bener kan? Lagian, lo buruan deh pilih salah satunya. Kayaknya milih sambil merempun nggak ada ruginya. Dua-duanya sama-sama menguntungkan."
"Aish, udah ah. Gue males bahas mereka."
Milo terus aja meledek rekan kerjanya itu. Lagi pula, kapan lagi kan dia bisa meledek Rei seperti ini. Apalagi wanita itu sudah memutuskan akan resign dari pekerjaannya.
Hari ini Rei memilih untuk merapikan semua perlengkapan dan barang-barang miliknya. Beruntung, barang yang berada di meja kerjanya tidak terlalu banyak. Saat jam makan siang, ponselnya berdering. Segera mengambil ponsel yang tergeletak di sampingnya, kemudian menatap layar ponsel melihat nama sang kakak yang berada di sana.
"Halo, iya Mas?"
"Kamu lagi ada di club kan?"
"Iya Mas, ada apa?"
"Aku udah suruh sopirku untuk antarkan mobil ke sana. Dia nanti mungkin sampai 10 menit lagi. Mobil aja kuncinya nanti, biarin dia balik ke kantor pakai ojek."
"Sekarang Mas?" Rei bertanya, karena menurutnya ini terlalu cepat.
"Iya, sekarang. Kamu tunggu aja. Nanti dia hubungi kamu. Ya udah ya, Mas masih ada kerjaan lain lagi." Jun segera mematikan panggilan. Karena sebenarnya dia tahu akan banyak pertanyaan yang terlontar dari bibir adik perempuannya. Dan itu juga adalah usahanya untuk menghindari pertanyaan itu.
Free kembali melanjutkan kegiatannya, kemudian saat ia mendapat panggilan dari sopir pilihan sang kakak yang mengantarkan mobil, segera saja melangkahkan kakinya keluar.
"Terima kasih ya Pak." Rei mengucapkan sambil menerima kunci tersebut.
"Sama-sama Bu. Kalau begitu saya permisi dulu." Pria usia 30-an tahun itu kemudian segera melangkahkan kakinya meninggalkan Rei.
Rei baru saja ingin melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam club. Tadi sudah meminta dibelikan nasi padang oleh Pras. Langkahnya terhenti saat mendengar sebuah suara memanggilnya.
"Rei!"
"Pak Yogi?"
Yogi berjalan dengan senyuman manis menghampiri wanita pujaannya. "Siapa laki-laki tadi?" Pertanyaan itu tiba-tiba saja meluncur. Karena dia tidak pernah melihat pria itu bersama dengan Rei sebelumnya.
"Itu, orang suruhan kakak laki-laki saya pak."
"Kapan kamu mau panggil saya Mas? Bosan Saya dengar kamu manggil saya pak pak terus." Yogi protes, sebal juga rasanya karena Rei bisa dengan mudah memanggil Tedi dengan sebutan Mas.
Rei menundukkan kepalanya, rasanya jadi sedikit tak enak juga karena sulit sekali untuk menyapa Yogi dengan panggilan Mas. "Iya Mas."
Yogi tersenyum senang, pria itu kemudian menggandeng tangan Rei dan mengajaknya berjalan masuk menuju ruang kerjanya. "Kita ke ruang kerja kamu. Nggak ada orang kan di sana? Karena saya mau ngajuin penawaran ke kamu."
"Enggak ada Mas," jawab Rei sambil melepaskan perlahan genggaman tangan Yogi.
Keduanya berjalan menuju ruangan dan segera masuk ke sana. Yogi melihat bungkus nasi padang di atas meja kerja.
"Kan kamu sambil makan. Aku akan ngomong."
"Kamu silakan ngomong aja duluan Mas. Setelah itu baru aku makan. Nggak enak rasanya kalau aku harus makan dulu?"
"Ya udah, kalau gitu kamu makan dulu." Yogi merasa tak enak tak tega juga kalau harus mengganggu jam makan siang Rei.
"Kalau aku mau kamu ngomong duluan nggak apa-apa kan?" Wanita itu meminta dengan nada suara yang sangat lembut, hingga membuat Yogi tersenyum tanpa sadar.
"Oke. Aku ke sini karena aku mau ngomong ke kamu. Aku mau, kamu jadi brand ambassador dari lipstik terbaru keluaran dari perusahaan aku. Lipstik ini dibuat dari bahan-bahan alami, dan aku sengaja menunjuk kamu untuk jadi brand ambassadornya."
Jelas mendengarkan hal itu membuat Rei merasa heran. Kenapa tiba-tiba sekali Yogi memilihnya menjadi brand ambassador?
"Saya? Jadi brand ambassador? Di Indonesia dan khususnya Jakarta itu kan masih banyak banget Mas, perempuan-perempuan yang cantik dan juga punya body goals. Aku rasa, ada yang salah di sini."
Jujur saja, Rei merasa tak percaya diri dengan itu."Nggak ada yang salah. Justru aku di sini mau ngambil poin penting. Kalau semua perempuan itu cantik dan berhak untuk cantik. Dan kamu memang cantik, kamu juga pintar. Apalagi yang kita butuhkan selain itu?" Yogi kemudian mengeluarkan lipstik dari dalam kantong kemejanya. "Coba kamu pakai ini. Ini adalah lipstik itu, dibuat dari bahan alami dan aku mencari bahan-bahan yang non alergi."
Rei menerima lipstik pemberian Yogi. Dia menghapus lipstik yang dikenakannya, kemudian mengganti dengan lipstik itu. Melihat Rei melakukan itu jelas membuat Yogi menjadi senang sekali. Wanita itu bahkan tanpa perlu dipaksa untuk menggunakannya. Setelah selesai, Rei menatap ke arah Yogi.
"Ini?" Rei suka dengan warnanya.
"Gimana menurut kamu?"
"Aku suka, tampilannya agak satin dan gak terlalu mate. Rasanya juga lembut banget waktu di apply dan nggak terasa berat." Rei jabarkan saat ia menggunakan lip cream tersebut.
"Kamu cantik, dan kamu pantas untuk jadi brand ambassador. Gimana? Kamu harus mau. Karena, aku udah memilih kamu dengan banyak pertimbangan. Mau ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
one night stand with janda Gendut
Любовные романы🍓Sudah tamat di karyakarsa 🍓 Reisya Clemira terbangun dengan Persentase 0% benang melekat pada tubuhnya. Tatapannya mengedar lalu menemukan sebuah note tertempel di cermin. Dengan menutupi tubuh dengan selimut, ia berjalan, lalu mengambil kertas t...